EKONOMI digital di seluruh dunia termasuk Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.
Pernyataan tersebut disampaikan Managing Director of the KIT Knowledge Unit Mayada El-Zoghbi saat menjadi pembicara dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024, baru-baru ini.
KIT Royal Tropical Institute merupakan pusat studi independen bagi para expert yang berfokus pada sustainable economic development, global health, gender.
Baca juga: Digitalisasi Miliki Peran Kunci Berdayakan dan Bangun Keberlanjutan UMKM
Adapun di Indonesia sendiri, pertumbuhan digitalisasi dibuktikan oleh jumlah pengguna internet yang sudah mencapai 202,6 juta pengguna dan 64% dari total penduduk Indonesia juga sudah memiliki ponsel.
“Sebanyak 89% rumah tangga memiliki setidaknya satu telepon, lalu dua juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menggunakan e-commerce, dan 90% pedagang telah mengadopsi pembayaran QRIS,” ujar Mayada El-Zoghbi sebagaimana yang dilansir situs BRI.
Dalam hal ini, khususnya untuk UMKM, digitalisasi memainkan peran kunci dalam pemberdayaan dan membangun keberlanjutan usaha. Pasalnya, bisnis di Indonesia mayoritas UMKM, bahkan berkontribusi 60% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Bagi BRI, digitalisasi menjadi salah satu pondasi transformasi digital yang selama ini dilakukan. Sepanjang tahun 2023, tercatat sebesar 99% dari total transaksi BRI dilakukan melalui kanal digital.
Baca juga: Onin Creative Siap Bantu UMKM Tumbuh Melalui Digitalisasi dan Media Sosial
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari juga mengungkapkan bahwa pemanfaatan teknologi digital mampu menjangkau pelaku usaha secara masif untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas pelaku usaha, efisiensi operasional hingga membukakan akses pasar yang lebih luas.
“Pendekatan holistik program pemberdayaan BRI disesuaikan dengan kebutuhan UMKM menjadi kunci penting dalam mengurai kompleksnya permasalahan pengembangan usaha mikro,” ujarnya.
Melalui percepatan digitalisasi, menurut Supari, proses literasi mampu menjangkau lebih luas kepada pelaku usaha mikro dengan memberi banyak manfaat, termasuk efisiensi operasional, meningkatkan produktivitas, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan daya saing.
Hingga akhir tahun 2023, BRI sebagai bank yang terus berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi hingga interkoneksi.
Konsep revitalisasi tenaga pemasar mikro (mantri) yang menjadi financial advisor dengan konsep penguasaan ekosistem suatu wilayah menjadi backbone pelaksanaan.
Baca juga: Digitalisasi Bisnis, Kunci Keberhasilan Kadar, Petani Kaktus Lembang
Keberagaman jenis pemberdayaan yang BRI miliki menjadi bukti nyata komitmen perusahaan untuk selalu memberikan solusi terhadap pengembangan ekosistem UMKM, khususnya segmen mikro dan ultra mikro.
Pada level ultra mikro contohnya, BRI melalui aplikasi Senyum Mobile mencoba menjembatani bagaimana 3 entitas membentuk ekosistem layanan yang terintegrasi.
Selain itu, dalam mendorong digitalisasi kelompok ultra mikro juga dikembangan AgenBRILink mekaar yang mampu mendorong inklusi dan literasi keuangan digital pada segmen masyarakat ultra mikro.
“BRI memiliki konsep pemberdayaan UMKM secara end to end, yakni pemberdayaan dari fase dasar hingga pengembangan platform berbasis digital yang mampu menjadi solusi pengembangan ekosistem UMKM,” jelas Supari.
“Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa UMKM mempunyai daya saing dan mampu beradaptasi dengan pasar,” tambah Supari. (SG-2)