Editorial

Ubah Pola Pikir Usaha Mikro: Kunci Menuju Kemandirian Ekonomi

Para pelaku usaha mikro harus beralih dari sekadar bertahan hidup menuju mentalitas pengusaha sejati yang berorientasi pada pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
23 Mei 2024
Ilustrasi.  Pola  pikir bagi pelaku usaha mikro perlu bertransformmasi. (Ist).

MENTERI Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menekankan pentingnya transformasi pola pikir bagi pelaku usaha mikro.

 

Dalam Forum Pendampingan Usaha Mikro Mandiri di Bogor, Teten menyampaikan bahwa para pelaku usaha mikro harus beralih dari sekadar bertahan hidup menuju mentalitas pengusaha sejati yang berorientasi pada pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan.

 

Selama ini, banyak pelaku usaha mikro merasa cukup dengan sekadar menghidupi keluarga. 

 

Baca juga: Membangkitkan UMKM Kepri Melalui Pinjaman Modal Tanpa Bunga

 

"Masalahnya itu ada di pola pikir usaha mikro yang merasa sudah cukup," ujar Teten. 

 

Tantangan yang mereka hadapi juga mencakup kesulitan akses pasar, bahan baku, dan teknologi. 

 

Padahal, peluang untuk berkembang sangat terbuka lebar jika diiringi dengan inovasi dan kreativitas, seperti yang ditunjukkan oleh usaha mikro di Jepang yang sukses dengan produk oleh-oleh berkemasan menarik.

 

Untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut, Kemenkop UKM telah menggagas program pendampingan yang memberikan akses ke sertifikasi produk, peningkatan kompetensi kewirausahaan dan manajemen, serta dukungan finansial dari perbankan dan lembaga keuangan lainnya. 

 

Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM, Yulius, menjelaskan bahwa program ini juga menyediakan platform untuk memamerkan produk unggulan dan membangun jejaring pasar.

 

Baca juga: Penundaan Kewajiban Sertifikasi Halal UMKM Hingga 2026 sebagai Langkah Realistis

 

Dalam rangka memperkuat program ini, Kemenkop UKM menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gajah Mada (UGM). 

 

Kerja sama dengan institusi pendidikan ini diharapkan dapat memperkaya pola pendampingan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan.

 

Hasil dari program pendampingan tahun 2023 menunjukkan dampak positif: 36% peserta mengalami kenaikan omzet, 28% mengalami peningkatan aset, dan 23% berhasil menambah tenaga kerja. 

 

Baca juga: Konsistensi Pihak Swasta Bantu Kembangkan UMKM Patut Diapresiasi

 

Selain itu, program ini juga menghubungkan peserta dengan agregator pasar seperti Evermos, Transmart, Yomart, Krisna, dan Hamzah Batik.

 

Namun, meskipun angka-angka tersebut menggembirakan, perubahan mentalitas tidak bisa terjadi dalam semalam. 

 

Diperlukan komitmen jangka panjang dan sinergi berbagai pihak untuk memastikan bahwa usaha mikro tidak hanya bertahan tetapi juga mampu berkembang dan berkontribusi pada perekonomian nasional.

 

Ke depan, Teten berharap agar UMKM berbasis kewirausahaan bisa menciptakan ekonomi baru di berbagai subsektor, termasuk kuliner, fesyen, kriya, jasa, dan digital seperti game, aplikasi, film, musik, dan fotografi. 

 

Untuk itu, dukungan yang berkelanjutan dan program pendampingan yang solid menjadi kunci.

 

Transformasi usaha mikro menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh bukan hanya tentang angka dan statistik. 

 

Ini tentang membangun mentalitas pengusaha yang siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang. Dengan perubahan pola pikir ini, usaha mikro Indonesia bisa naik kelas, mandiri, dan berkelanjutan. 

 

Namun, perubahan ini menuntut lebih dari sekadar program pendampingan. Diperlukan strategi yang holistik dan menyeluruh yang mencakup peningkatan akses ke pasar, dukungan teknologi, dan pembiayaan yang memadai. 

 

Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan yang diimplementasikan benar-benar menjawab kebutuhan riil pelaku usaha mikro. 

 

Selain itu, pelaku usaha mikro sendiri juga harus proaktif dalam mengadopsi perubahan dan terus belajar untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing mereka.

 

Perubahan mentalitas ini adalah langkah pertama menuju kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.

 

Dengan komitmen dan kolaborasi yang kuat dari semua pihak, usaha mikro di Indonesia bisa menjadi tulang punggung ekonomi nasional yang kuat dan berdaya saing tinggi. (SG-2)