PERTAMINA kembali menunjukkan keseriusannya dalam mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui ajang internasional Pertamina Grand Prix of Indonesia 2024 di Mandalika.
Puluhan UMKM binaan, termasuk dari Rumah BUMN Lombok Timur, diberi kesempatan menjajakan produk mereka kepada para wisatawan dan pengunjung.
Inovasi yang ditawarkan kali ini adalah pemanfaatan aplikasi MyPertamina untuk kemudahan transaksi selama acara berlangsung.
Baca juga: Birokrasi dan Proteksi Asing: Tantangan UMKM Menuju Pasar Global
Namun, di balik segala pujian, pertanyaannya adalah: apakah ini benar-benar solusi digital yang dibutuhkan UMKM, atau hanya langkah kosmetik yang kurang menyentuh akar masalah?
Digitalisasi: Solusi atau Sekadar Gimmick?
Tidak bisa dipungkiri, digitalisasi adalah kunci penting bagi pertumbuhan UMKM.
Dalam konteks ini, aplikasi MyPertamina, yang diwajibkan bagi seluruh transaksi di area Mandalika, diharapkan mampu mempermudah proses penjualan dan pengelolaan stok secara otomatis.
Bahkan, promosi potongan 5% ditawarkan untuk menggoda konsumen agar bertransaksi melalui aplikasi ini.
Sepertinya, dari sudut pandang praktis, Pertamina menawarkan inovasi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, UMKM dan pembeli.
Namun, perlu diingat bahwa digitalisasi tidak sebatas penerapan aplikasi atau teknologi transaksi.
Masalah yang lebih mendasar, seperti literasi digital dan akses teknologi bagi pelaku UMKM, seringkali terabaikan.
Baca juga: Angkat UMKM Indonesia ke Panggung Global, Salut untuk Langkah Pertamina
Pertamina memang memfasilitasi UMKM binaan mereka, tetapi apakah semua pelaku UMKM memiliki kemampuan dan infrastruktur yang cukup untuk sepenuhnya memanfaatkan peluang ini?
Sosialisasi aplikasi MyPertamina mungkin dilakukan, tetapi bagaimana dengan UMKM di pelosok yang belum tersentuh teknologi secara maksimal?
Digitalisasi tidak seharusnya hanya sebatas kewajiban menggunakan aplikasi transaksi, tetapi juga soal kesiapan ekosistem yang menyeluruh.
UMKM Lokal: Siapkah Bersaing di Ajang Internasional?
Di Mandalika, UMKM binaan Pertamina akan memamerkan produk-produk mereka, termasuk kerajinan tangan dan makanan khas Indonesia.
Bagi banyak pelaku UMKM, ini adalah kesempatan emas untuk memperkenalkan karya mereka di pasar internasional. Tetapi, sekali lagi, apakah UMKM ini benar-benar siap bersaing di level global?
Kualitas produk tentu penting, dan UMKM seperti Loyok Kreatif serta UD Seribu Sukur patut diapresiasi atas kemampuan mereka membawa kerajinan tradisional ke ranah internasional.
Namun, persaingan global tidak hanya menuntut produk berkualitas, melainkan juga kemampuan pemasaran, manajemen rantai pasok, dan keberlanjutan bisnis.
Apakah Pertamina dan pemerintah telah memberikan dukungan yang cukup untuk membangun kapasitas UMKM ini dalam aspek-aspek tersebut?
Baca juga: Layak Diapresiasi, Tokopedia dan ShopTokopedia Bantu UMKM Batik Jadi Kreator Konten
Promosi melalui MyPertamina mungkin membantu dalam mencatat transaksi di Mandalika, tetapi ketika panggung besar usai, apakah UMKM ini dapat terus berkembang secara mandiri?
Inisiatif semacam ini cenderung menjadi solusi jangka pendek jika tidak didukung oleh strategi jangka panjang yang lebih komprehensif.
Net Zero Emission 2060: Pertamina dan ESG
Satu hal yang menarik dari inisiatif ini adalah bagaimana Pertamina mengaitkan acara di Mandalika dengan komitmen mereka dalam mencapai Net Zero Emission pada 2060.
Sebagai pemimpin dalam transisi energi, Pertamina seharusnya mendorong lebih banyak inisiatif berkelanjutan yang berdampak nyata pada UMKM dan masyarakat luas.
Namun, apakah kewajiban menggunakan aplikasi digital MyPertamina di Mandalika adalah langkah yang cukup berarti dalam konteks penerapan Environmental, Social & Governance (ESG)?
Sementara Pertamina menyatakan bahwa inisiatif ini sejalan dengan SDGs, realitanya, langkah-langkah seperti ini harus diiringi oleh perubahan yang lebih fundamental.
Apakah aplikasi MyPertamina mampu mengurangi emisi karbon atau meningkatkan keberlanjutan produk UMKM secara signifikan?
Kemungkinan besar, dampaknya masih minim dan terkesan sebagai langkah yang lebih bersifat kosmetik ketimbang substansial.
Masa Depan UMKM: Digitalisasi Bukan Sekadar Tren
Secara keseluruhan, Pertamina memang berupaya memajukan UMKM melalui digitalisasi, tetapi inisiatif ini tampaknya masih jauh dari menyentuh esensi dari tantangan yang dihadapi UMKM di Indonesia.
Jika benar-benar ingin meningkatkan daya saing UMKM di pasar global, diperlukan strategi yang lebih mendalam, yang tidak hanya berfokus pada transaksi digital selama satu ajang internasional.
Literasi digital, akses teknologi yang merata, dan dukungan berkelanjutan bagi UMKM harus menjadi prioritas utama.
Tanpa itu, penggunaan MyPertamina di Mandalika hanya akan menjadi solusi jangka pendek yang tidak memberikan dampak signifikan pada keberlanjutan dan pertumbuhan UMKM di masa depan.
Pertamina, sebagai salah satu BUMN terbesar di Indonesia, memiliki kapasitas untuk berbuat lebih banyak—dan seharusnya begitu. (SG-2)