ACARA Jalin Lokal 2024 yang diinisiasi Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), menjadi langkah strategis dalam mendorong pertumbuhan sektor (UMKM).
Dengan tema "Membangun Koneksi, Mendorong Pertumbuhan UMKM", kegiatan ini bertujuan menciptakan ekosistem kolaboratif yang melibatkan pelaku UMKM, ahli industri, mitra strategis, dan investor.
Dalam dua hari penyelenggaraan di The Kasablanka Hall, Jakarta, Jalin Lokal 2024 menghadirkan rangkaian kegiatan mulai dari investment and market matching, pitching, hingga layanan pendukung UMKM seperti sertifikasi, pembiayaan, dan akses pasar.
Baca juga: ITS Gelar Pelatihan Branding untuk Tingkatkan Nilai Jual UMKM Pesisir
Menteri UMKM Maman Abdurrahman menegaskan pentingnya kolaborasi antara UMKM dan perusahaan besar, termasuk BUMN dan sektor swasta, demi keberlanjutan pertumbuhan UMKM di Indonesia.
Namun, meskipun acara ini penuh janji dan optimisme, sejumlah tantangan strategis masih membayangi.
Kolaborasi: Kata Kunci yang Belum Optimal
Kolaborasi antara UMKM dan perusahaan besar sering menjadi topik populer dalam diskusi ekonomi.
Tetapi, di lapangan, pelaksanaannya tidak selalu semudah narasi yang dibangun. Sebagian besar UMKM masih menghadapi kesenjangan akses terhadap mitra strategis dan investor.
Dukungan dari perusahaan besar, baik BUMN maupun swasta, juga sering terhambat oleh regulasi yang kurang fleksibel atau minimnya keberpihakan pada usaha kecil.
Baca juga: Gebrakan Awal Menteri Maman Abdurrahman Bangkitkan UMKM Cukup Menjanjikan?
Meskipun pemerintah berupaya mendorong kolaborasi ini, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ketimpangan kekuatan antara UMKM dan perusahaan besar menjadi hambatan besar.
Banyak UMKM yang terjebak sebagai subkontraktor dengan margin keuntungan minim, tanpa peluang untuk mengembangkan daya saing mereka.
Regulasi yang Belum Mengakar
Menteri Maman menyoroti perlunya regulasi yang mendukung kerja sama UMKM dengan perusahaan besar.
Ini adalah poin yang sangat penting, namun pelaksanaannya sering kali tertunda atau tidak berdampak signifikan.
Regulasi yang dirancang harus memastikan posisi UMKM tidak sekadar menjadi pelengkap dalam ekosistem ekonomi, tetapi benar-benar mendapatkan manfaat optimal dari kolaborasi tersebut.
Contoh konkret yang masih menjadi persoalan adalah akses UMKM terhadap rantai pasok besar, di mana dominasi perusahaan besar sering kali menyulitkan pelaku UMKM untuk masuk.
Pemerintah perlu memastikan bahwa regulasi yang ada tidak hanya mengidentifikasi potensi keuntungan, tetapi juga melindungi UMKM dari risiko eksploitasi.
Dukungan Anggaran yang Minim
Isu keterbatasan anggaran kementerian menjadi tantangan lain yang patut dicermati.
Baca juga: Menteri UMKM Maman Abdurrahman Fokus Lanjutkan Program dan Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi
Dengan anggaran yang terbatas, pemerintah tidak dapat sepenuhnya mendanai program-program untuk mendukung UMKM.
Oleh karena itu, keterlibatan sektor swasta menjadi sangat penting. Namun, sejauh mana sektor swasta mau berkontribusi secara substansial masih menjadi pertanyaan besar.
Momentum yang Harus Dimanfaatkan
Jalin Lokal 2024 adalah inisiatif yang patut diapresiasi, tetapi langkah ini harus diikuti dengan komitmen yang berkelanjutan.
Pemerintah perlu memastikan bahwa acara ini bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan menghasilkan dampak konkret bagi UMKM.
Kolaborasi dengan perusahaan besar harus benar-benar diarahkan untuk mendukung pertumbuhan UMKM secara menyeluruh, bukan hanya menguntungkan salah satu pihak.
Regulasi yang adil, pengawasan yang ketat, dan komitmen bersama dari semua pihak adalah kunci untuk memastikan tujuan ini tercapai.
Acara ini adalah momentum strategis untuk memposisikan UMKM sebagai pilar utama perekonomian Indonesia.
Namun, jika tantangan-tantangan yang ada tidak segera diatasi, Jalin Lokal 2024 berisiko menjadi sekadar panggung indah tanpa hasil nyata bagi UMKM di negeri ini. (SG-2)