Editorial

Hari Mangrove Sedunia, Saatnya Benahi Permasalahan Mangrove di Indonesia

Hari Mangrove Sedunia harus menjadi momentum bagi kita semua untuk bertindak nyata dalam melestarikan ekosistem mangrove. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
25 Juli 2024
Indonesia, dengan salah satu hutan mangrove terluas di dunia, menghadapi berbagai tantangan serius dalam melestarikan ekosistem mangrovenya. (Dok.KLHK)

SETIAP tanggal 26 Juli, dunia memperingati Hari Mangrove Sedunia, atau yang dikenal juga sebagai Hari Internasional untuk Konservasi Ekosistem Mangrove. 

 

Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya ekosistem mangrove dan mendorong tindakan nyata untuk melindungi serta melestarikannya. 

 

Namun, di Indonesia, peringatan ini lebih dari sekadar seremonial—ini adalah panggilan darurat untuk menghadapi berbagai permasalahan serius yang mengancam keberadaan mangrove.

 

Baca juga: Hari Mangrove Sedunia, Peraih Kalpataru Berbagi Pengalaman Jaga Kelestarian Alam

 

Sejarah dan Makna Peringatan

 

Hari Mangrove Sedunia diresmikan oleh UNESCO pada Konferensi Umum ke-38 yang diadakan pada November 2015. 

 

Tanggal 26 Juli dipilih untuk menghormati kematian Hayhow Daniel Nanoto, seorang ekowisatawan yang meninggal saat bekerja untuk menyelamatkan ekosistem mangrove. 

 

Penetapan hari ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya ekosistem mangrove, ancaman yang dihadapinya, dan perlunya tindakan konservasi.

 

Pentingnya Ekosistem Mangrove

 

Mangrove memiliki peran krusial dalam menjaga kesehatan pesisir dan ekosistem laut. 

 

Mereka berfungsi sebagai penahan gelombang badai, mencegah erosi pantai, menyerap karbon dioksida, dan menyediakan habitat bagi berbagai spesies ikan dan satwa liar lainnya. 

 

Sayangnya, manfaat besar ini sering kali diabaikan dalam pembangunan ekonomi yang tidak berkelanjutan.

 

Indonesia, dengan salah satu hutan mangrove terluas di dunia, menghadapi berbagai tantangan serius dalam melestarikan ekosistem mangrovenya. 

 

Berikut beberapa masalah utama. Pertama, banyak hutan mangrove dikonversi menjadi tambak, lahan pertanian, dan perkebunan. 

 

Baca juga: Tingkatkan Kunjungan Wisatawan, Ekowisata Mangrove Pangkal Babu, Jambi, Perlu Dibenahi

 

Budi daya udang dan ikan, perluasan perkotaan, serta pembangunan infrastruktur mengancam keberadaan mangrove.

 

Kedua, pemanfaatan kayu mangrove untuk bahan bakar, konstruksi, dan industri menyebabkan deforestasi yang signifikan. 

 

Eksploitasi ini sering kali dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian ekosistem.

 

Ketiga, limbah industri, rumah tangga, dan pertanian yang dibuang ke laut mencemari ekosistem mangrove. Polusi ini mengganggu kesehatan tanaman dan organisme yang hidup di dalamnya.

 

Keempat, kenaikan permukaan laut dan badai yang semakin sering dan kuat memperburuk kondisi mangrove. Erosi pantai yang meningkat juga mengancam keberadaan hutan mangrove.

 

Kelima, banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya mangrove bagi ekosistem dan kehidupan mereka. Kurangnya edukasi membuat upaya pelestarian sering kali kurang mendapat dukungan dari masyarakat lokal.

 

Keenam, meskipun ada regulasi untuk melindungi hutan mangrove, implementasi dan penegakan hukum sering kali lemah. Korupsi dan kurangnya sumber daya untuk pengawasan juga memperburuk masalah ini.

 

Ketujuh, beberapa daerah mangrove terancam oleh spesies asing invasif yang mengganggu ekosistem asli dan mengurangi keanekaragaman hayati.

 

Baca juga: Tanam 500 Mangrove di Hari Lingkungan Hidup, Pertagas Hijaukan Pesisir Indramayu

 

Kedelapan, banyak program rehabilitasi mangrove tidak dilakukan secara berkelanjutan dan tidak mempertimbangkan faktor ekologis yang penting. Hal ini menyebabkan banyak upaya rehabilitasi yang gagal atau tidak efektif.

 

Tindakan yang Diperlukan

 

Upaya untuk mengatasi masalah-masalah ini memerlukan pendekatan yang holistik dan partisipatif. 

 

Pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan harus terlibat aktif dalam program edukasi, penegakan hukum yang lebih ketat, serta rehabilitasi yang berbasis komunitas. 

 

Hari Mangrove Sedunia harus menjadi momentum bagi kita semua untuk bertindak nyata dalam melestarikan ekosistem mangrove. 

 

Melalui kolaborasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, komunitas lokal, dan sektor swasta, diharapkan tercipta kerjasama global untuk konservasi mangrove. 

 

Tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga mendukung kesejahteraan komunitas yang bergantung pada sumber daya pesisir. 

 

Mari kita jadikan Hari Mangrove Sedunia sebagai panggilan aksi nyata, untuk menjaga ekosistem mangrove bagi generasi mendatang. (SG-2)