PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatatkan pencapaian signifikan dalam pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hingga Maret 2024, dengan total Rp46,62 triliun.
Angka ini menunjukkan pertumbuhan 12,4% secara tahunan dan melibatkan lebih dari 940 ribu nasabah.
Pertumbuhan ini, meskipun mengesankan, mengundang beberapa pertanyaan kritis tentang keberlanjutan dan kualitas pembiayaan tersebut.
Baca juga: Langkah Strategis Bandara DEO Sorong Dorong UMKM Naik Kelas
Pertumbuhan yang dilaporkan oleh BSI adalah indikasi positif dari meningkatnya akses UMKM terhadap pembiayaan.
Namun, penting untuk mempertanyakan apakah pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan kualitas kredit atau hanya sekadar ekspansi angka.
Sebuah pertumbuhan yang sehat harus memastikan bahwa kredit yang disalurkan tidak hanya bertambah dalam jumlah, tetapi juga menjaga kualitas pembiayaan agar tidak menimbulkan risiko kredit macet di kemudian hari.
BSI telah berupaya untuk mendukung UMKM melalui berbagai inisiatif, seperti mendirikan UMKM Center di beberapa kota besar dan meluncurkan program BSI Talenta Wirausaha.
Baca juga: Ubah Pola Pikir Usaha Mikro: Kunci Menuju Kemandirian Ekonomi
UMKM Center berfungsi sebagai wadah pelatihan, literasi, dan pendampingan bagi para pelaku usaha, sementara program Talenta Wirausaha telah menjaring ribuan calon pengusaha.
Inisiatif ini tentu patut diapresiasi, namun efektivitasnya dalam jangka panjang masih perlu dibuktikan.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah sejauh mana pelatihan dan literasi yang diberikan mampu meningkatkan kapasitas pengelolaan usaha UMKM.
Pelatihan yang efektif harus mampu membekali para pengusaha dengan pengetahuan praktis dan strategi bisnis yang dapat diterapkan secara langsung.
Pendampingan berkelanjutan sangat penting untuk memastikan bahwa usaha-usaha ini dapat berkembang dan beradaptasi dengan perubahan pasar.
Selain itu, pengembangan ekosistem yang mendukung UMKM juga menjadi tantangan tersendiri.
BSI perlu memastikan bahwa ekosistem halal dan lifestyle yang diusung benar-benar memberikan nilai tambah bagi UMKM.
Ini termasuk memperkuat jaringan bisnis, memfasilitasi akses pasar, dan menciptakan sinergi antara berbagai pelaku usaha dalam ekosistem tersebut.
Namun, tantangan terbesar mungkin terletak pada bagaimana BSI dapat mengelola risiko kredit di tengah pertumbuhan pesat ini.
Pembiayaan yang tumbuh pesat tanpa pengelolaan risiko yang memadai bisa berakhir dengan tingginya rasio kredit bermasalah (NPL).
Baca juga: Membangkitkan UMKM Kepri Melalui Pinjaman Modal Tanpa Bunga
Oleh karena itu, BSI harus memperkuat mekanisme pengawasan dan penilaian kredit untuk memastikan bahwa pertumbuhan pembiayaan tidak mengorbankan kualitas.
Sementara BSI berambisi untuk terus meningkatkan penyaluran kredit UMKM, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa setiap rupiah yang disalurkan benar-benar memberikan dampak positif bagi para pelaku usaha.
Ini bukan hanya tentang mencapai target angka, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan kata lain, keberhasilan BSI dalam pembiayaan UMKM tidak hanya diukur dari seberapa besar dana yang disalurkan, tetapi juga dari seberapa efektif dana tersebut dalam meningkatkan kapasitas dan daya saing UMKM.
BSI harus terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan model pembiayaan yang tidak hanya bertumbuh dalam angka, tetapi juga berkelanjutan dalam dampaknya. (SG-2)