DI tengah perkembangan ekonomi digital, inisiatif “Pasar Berdaya Digital” yang diresmikan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta dengan menggandeng Tokopedia dan ShopTokopedia.
Upaya Pemkot Yogyakarta merupakan langkah penting dalam memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Dengan menggandeng pelaku usaha tradisional dan membawa mereka ke ranah digital, program ini membuka peluang baru yang berpotensi besar meningkatkan daya saing dan skala usaha.
Baca juga: Target Ambisius UMKM Digitalisasi Jangan Hanya Fokus pada Reseller Tetapi Produsen
Program ini bukan hanya soal membawa pedagang ke dunia online, melainkan juga menghadirkan sebuah ekosistem holistik yang mencakup edukasi, pelatihan bisnis, hingga pemanfaatan teknologi untuk memperluas pasar.
Langkah ini sangat relevan mengingat tantangan UMKM saat ini bukan hanya soal produk, tetapi juga bagaimana mereka mampu beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen yang semakin digital.
Dengan memanfaatkan platform digital, pedagang tradisional dapat mengakses pasar yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun global.
Transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan jika UMKM ingin tetap kompetitif di era industri 4.0.
Baca juga: Digitalisasi UMKM, Lebih dari 1,2 Juta Transaksi Gunakan QRIS Jakarta Entrepreneur
Namun, pertanyaannya adalah, sejauh mana kesiapan para pelaku UMKM di Yogyakarta untuk benar-benar meraih manfaat dari program ini?
Digitalisasi pasar yang fokus pada pemberdayaan produk lokal seperti batik dan fesyen menawarkan kesempatan emas untuk mengangkat identitas budaya Yogyakarta ke tingkat yang lebih tinggi.
Produk-produk seperti batik tidak hanya memiliki nilai ekonomis, tetapi juga mengandung nilai budaya yang harus dipromosikan dengan cara yang tepat.
Sayangnya, potensi besar ini seringkali terbentur pada tantangan dalam hal kualitas produksi, keterbatasan akses teknologi, serta kemampuan pemasaran yang masih minim di kalangan pelaku usaha kecil.
Di sinilah peran pemerintah dan platform e-commerce menjadi krusial. Pemerintah harus memastikan bahwa program-program digitalisasi ini tidak hanya sebatas acara seremonial atau formalitas, tetapi benar-benar mencakup pendampingan yang berkelanjutan.
Selain itu, platform digital seperti Tokopedia juga harus lebih aktif mengatasi tantangan di lapangan, seperti memfasilitasi akses teknologi dan informasi yang dibutuhkan para pelaku UMKM.
Baca juga: Banjir Produk China di Marketplace, UMKM Lokal Kian Terhimpit
Terlebih lagi, program seperti ini perlu dilengkapi dengan kebijakan yang mendukung persaingan yang adil di pasar digital.
Para pelaku UMKM seringkali dihadapkan dengan tantangan besar dalam bersaing dengan ritel besar yang memiliki sumber daya dan modal jauh lebih besar.
Tanpa adanya kebijakan yang melindungi mereka, upaya digitalisasi ini bisa jadi hanya menguntungkan segelintir pihak yang lebih kuat di pasar.
Sementara itu, inisiatif untuk memberikan edukasi digital, termasuk melalui workshop yang berlangsung selama dua hari, adalah langkah yang baik.
Edukasi ini tidak hanya memberikan pengetahuan dasar, tetapi juga keterampilan yang lebih praktis, seperti membangun personal branding di media sosial.
Penguasaan keterampilan ini akan sangat penting dalam era pemasaran modern yang semakin mengandalkan konten dan interaksi dengan konsumen secara langsung.
Namun, mengandalkan workshop singkat saja tentu tidak cukup. Transformasi digital adalah perjalanan panjang yang memerlukan adaptasi terus-menerus.
Pemerintah dan pihak platform e-commerce harus berkomitmen untuk memberikan pendampingan jangka panjang dan menyediakan akses berkelanjutan ke pelatihan serta teknologi baru.
Selain itu, pengurangan biaya logistik, salah satu manfaat utama dari e-commerce, harus benar-benar dirasakan oleh para pelaku UMKM.
Jika tidak, mereka tetap akan kesulitan bersaing di pasar digital yang sangat kompetitif. Regulasi dan dukungan dari pemerintah dalam hal ini juga harus diarahkan untuk mengatasi kendala logistik yang seringkali menjadi momok bagi pelaku usaha kecil.
Pada akhirnya, “Pasar Berdaya Digital” adalah sebuah upaya yang layak diapresiasi, tetapi perlu dikritisi agar program ini tidak berhenti pada seremonial belaka.
Kesuksesannya akan sangat bergantung pada pelaksanaan yang berkelanjutan, dukungan regulasi yang tepat, serta sinergi antara pemerintah, platform digital, dan pelaku UMKM sendiri.
Jika semua pihak bisa memainkan perannya dengan baik, digitalisasi bisa menjadi jembatan emas bagi UMKM di Yogyakarta untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang pesat di era digital. (SG-2)