SOKOGURU, PERSIB - Stadion Gelora Bandung Lautan Api sore itu terasa berbeda.
Bukan hanya karena hiruk pikuk jelang kick-off Super League 2025-2026, tapi karena Persib Bandung memperkenalkan tiga wajah baru—masih belia, namun sarat mimpi.
Mereka adalah M. Rhaka Syafaka Bilhuda (17 tahun, kiper), Kevin M. Islami Pasha (18 tahun, bek), dan Athaya Zahran (19 tahun, penyerang).
Baca Juga:
Tiga pemain ini baru saja menandatangani kontrak profesional berdurasi tiga tahun, sebuah langkah berani yang jarang diambil klub papan atas Indonesia.
Nama Rhaka mungkin sudah akrab di telinga pencinta sepak bola nasional.
Ia adalah bagian dari Timnas U-17 Indonesia di Piala Asia U-17 2025, turnamen yang membawa Garuda Nusantara melaju ke perempat final dan memastikan tiket ke Piala Dunia U-17 2025.
Namun, cerita Rhaka tidak seperti kisah bintang utama. Dengan tinggi 178 cm, ia duduk di bangku cadangan sepanjang turnamen.
Bagi sebagian orang, itu mungkin membuat sorotan padam. Tapi bagi Rhaka, pengalaman itu justru menyalakan semangat baru.
"Banyak pengalaman yang didapat dari Timnas dan melewati persaingan yang cukup ketat," kata Rhaka.
"Dengan modal percaya diri dan mental yang kuat merupakan kunci untuk bersaing secara sehat," tambahnya mantap.
Rhaka sadar, dirinya belum sempurna. Ia mengakui masih banyak kekurangan, terutama dalam membangun serangan dari lini belakang.
Namun justru rasa lapar untuk belajar itulah yang membuatnya kini berdiri di gerbang Liga Super bersama klub sebesar Persib.
Bagi Persib, promosi Rhaka, Kevin, dan Athaya bukan sekadar mengisi slot pemain.
Deputy CEO PT Persib Bandung Bermartabat, Adhitia Hermawan, menegaskan bahwa ini bagian dari proses regenerasi berkelanjutan.
"Berdasarkan penilaian selama latihan dengan tim utama, Rhaka, Athaya dan Kevin masih bisa berkembang," ujarnya.
Langkah ini juga menjadi pesan bagi ratusan pemain muda di akademi Persib dan klub lain di Indonesia, panggung profesional tidak selalu dimulai dari sorotan besar.
Kadang, seperti Rhaka, perjalanan dari bangku cadangan bisa berujung di lapangan utama—asal mental dan kerja keras terus dijaga. (*)