SOKOGURU - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tetap menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.
Data Kementerian Koperasi mencatat, sektor ini menyumbang lebih dari 60% PDB nasional.
Tapi tahun 2025 membawa tantangan baru: digitalisasi, persaingan global, dan perubahan perilaku konsumen.
Dari Warung ke Marketplace
Contohnya Mak Ketut, penjual ayam betutu di Bali. Usahanya yang semula hanya mengandalkan pelanggan sekitar.
Kini bisa menjangkau konsumen luar daerah berkat GoFood dan ShopeeFood. “Kuncinya promosi rutin dan jaga kualitas rasa,” ujarnya.
Kolaborasi dengan Fintech
Banyak UMKM kini memanfaatkan fintech untuk modal. Pinjaman mikro dengan bunga rendah dan fitur cicilan membuat pengusaha kecil lebih leluasa mengembangkan usaha tanpa terjerat rentenir.
Peluang Ekspor Produk Lokal
Menariknya, produk kuliner dan kerajinan UMKM mulai menembus pasar ekspor. Dari kopi Toraja hingga kerajinan rotan Jepara, pasar global kini terbuka lebar lewat e-commerce cross-border.
Perubahan ini menunjukkan bahwa UMKM bukan hanya sekadar bertahan, tapi juga mampu naik kelas jika pintar memanfaatkan teknologi.
Perubahan besar yang dihadapi UMKM di 2025 bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk naik kelas.
Dari dapur rumahan hingga produk ekspor digital, UMKM bisa tetap relevan jika berani beradaptasi dengan teknologi.
Satu hal yang pasti: masa depan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh semangat wirausaha rakyat kecil yang terus bertumbuh.(*)