Soko Bisnis

QRIS Bikin Amerika Panik! Visa dan Mastercard Terancam Tersingkir dari Indonesia

QRIS bikin geger Amerika! Visa dan Mastercard kehilangan dominasi di Indonesia, transaksi triliunan rupiah pindah ke sistem lokal. Apa yang sebenarnya terjadi?

By Ramadhan Safrudin  | Sokoguru.Id
10 Mei 2025
<p>Illustrasi QRIS sebagai standar QR Code Pembayaran yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. QRIS dikembangkan oleh industri sistem pembayaran bersama dengan Bank Indonesia agar proses transaksi dengan QR Code dapat lebih cepat, mudah, murah, aman, dan andal (CEMUMUAH). Foto: Dok. bi.go.id</p>

Illustrasi QRIS sebagai standar QR Code Pembayaran yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. QRIS dikembangkan oleh industri sistem pembayaran bersama dengan Bank Indonesia agar proses transaksi dengan QR Code dapat lebih cepat, mudah, murah, aman, dan andal (CEMUMUAH). Foto: Dok. bi.go.id

SOKOGURU – Sistem pembayaran digital nasional Indonesia, QRIS, kini bukan hanya membanggakan di dalam negeri, tapi juga mengguncang dunia.

Saking suksesnya, Amerika Serikat disebut mulai ketar-ketir, dua raksasa finansial mereka, Visa dan Mastercard, mengalami penurunan dominasi yang signifikan di pasar Indonesia.

QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) memang bukan satu-satunya sistem QR nasional di dunia.

India punya UPI (Unified Payments Interface), Brasil punya PIX, Thailand punya PromptPay, Malaysia mengembangkan DuitNow QR, dan Singapura memperkenalkan SGQR. Namun dari segi skala, Indonesia tampil sebagai pemimpin.

Hingga tahun 2024, QRIS tercatat digunakan oleh 36 juta merchant. Jumlah ini bahkan melampaui India yang saat itu "hanya" mencapai 9 juta merchant, padahal secara populasi dan luas wilayah, India jauh lebih besar.

"QRIS bukan cuma sukses secara lokal, tapi bikin Amerika ketar-ketir. Visa dan Mastercard digempur, bahkan mulai kehilangan pangsa pasar di Indonesia."

Pernyataan itu merujuk pada data penurunan signifikan pangsa pasar dua raksasa keuangan asal AS tersebut. Sebagaiaman dikutip oleh sokoguru.id di kanal YouTube Raymond Chin, pada Sabtu, 10 Mei 2025.

Kenapa Amerika Ketar-ketir?

Negara-negara Barat justru tertinggal dalam adopsi QR code sebagai metode pembayaran. Di Amerika Serikat dan Eropa, masyarakat lebih akrab dengan metode tapping menggunakan kartu atau ponsel.

QR code bukan opsi utama. Maka tak heran jika proyek QRIS dinilai sebagai inovasi nasional yang tidak hanya inklusif, tetapi juga mengancam dominasi sistem global yang selama ini mereka kuasai.

Pemerintah Amerika Serikat bahkan mengajukan protes resmi terhadap kebijakan sistem pembayaran Indonesia melalui lembaga USTR (United States Trade Representative).

Dalam laporan tersebut, sistem QRIS dan GPN (Gerbang Pembayaran Nasional) dianggap menekan keberadaan perusahaan Amerika seperti Visa dan Mastercard.

Sebelum QRIS diterapkan secara luas, Visa menguasai 57% pangsa pasar, sementara Mastercard 26%.

Setelah QRIS berkembang pesat, pangsa pasar keduanya turun menjadi 38% dan 24%. Pada 2024, QRIS bahkan mencatat volume transaksi sebesar 43 miliar dolar AS, mendekati total volume dari kedua perusahaan tersebut di Indonesia.

UMKM Diuntungkan, Visa-Mastercard Kelabakan

Selain mendisrupsi dominasi global, QRIS memberikan keuntungan nyata bagi pelaku usaha kecil.

Biaya transaksi melalui QRIS, terutama untuk UMKM dengan nominal di bawah Rp500.000 adalah 0% alias gratis. Sebaliknya, penggunaan Visa dan Mastercard bisa dikenai biaya hingga 2% melalui skema Merchant Discount Rate (MDR).

Dalam video yang sama, Raymond Chin menyebut, “Yang nolak QRIS ya cuma orang bodoh. Sistem ini bikin efisiensi, hemat biaya, dan bikin kita enggak lagi tergantung sama perusahaan asing.”

QRIS bukan sekadar proyek digital, tapi juga simbol kedaulatan ekonomi digital Indonesia yang berhasil mengusik kenyamanan raksasa keuangan global.(*)