SokoBisnis

Kemendag Dorong Desa Binaan di Jawa Timur Mendunia, 171 Desa Siap Ekspor

Desa BISA Ekspor merupakan program kolaborasi dan gerakan bersama antara pemerintah dan swasta untuk menjadikan desa motor penggerak ekspor Indonesia.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
08 Desember 2025
<p>Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Fajarini Puntodewi di acara Forum Desa BISA Ekspor: Dari Desa untuk Dunia – Chapter Jawa Timur yang digelar Kementerian Perdagangan di Malang, Jawa Timur, Selasa, 2 Desember 2025. (Dok. Kemendag)</p>

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Fajarini Puntodewi di acara Forum Desa BISA Ekspor: Dari Desa untuk Dunia – Chapter Jawa Timur yang digelar Kementerian Perdagangan di Malang, Jawa Timur, Selasa, 2 Desember 2025. (Dok. Kemendag)

SOKOGURU, MALANG- Sebanyak 171 dari 340 desa binaan di Jawa Timur telah siap didorong ekspor. Sementara, untuk 169 desa binaan lainnya masih membutuhkan pendampingan intensif guna dapat masuk ke rantai nilai ekspor. 

Sebab itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) berkomitmen memperkuat sinergi Program Desa BISA Ekspor untuk memastikan lebih banyak produk desa terlibat dalam aktivitas ekspor. 

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Dirjen PEN Kemendag), Fajarini Puntodewi, menyampaikan hal itu pada Forum Desa BISA Ekspor: dari Desa untuk Dunia – Chapter Jawa Timur yang digelar Kementerian Perdagangan, di Malang, Jawa Timur pekan lalu.

Baca juga: Mendag Busan Pimpin Peluncuran Program Desa BISA Ekspor di Jembrana, Siap Jadi Lokomotif Ekspor Indonesia

“Kami akan terus memberikan pendampingan hingga 2026 mendatang, baik di Provinsi Jawa Timur maupun provinsi lainnya di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi Kemendag, Senin, 8 Desember 2025.

Komitmen dan konsistensi Kemendag melalui Program Desa BISA Ekspor, lanjut Puntodewi,  dilanjutkan di Jawa Timur. 

“Sebagai provinsi dengan jumlah desa binaan terbanyak di Indonesia, sebanyak 171 desa di Jawa Timur masuk dalam klaster 1 atau klaster siap ekspor dari total 340 desa binaan yang dipetakan, sementara sisanya di klaster 2 yang masih memerlukan pendampingan,” imbuhnya.

Baca juga: Lagi, UMKM Asal Klaten Ekspor 2 Ton Adonan Roti ke UEA, Dilepas Mendag Busan

Di hari yang sama kegiatan forum, dilakukan juga penjajakan bisnis (business matching) dengan buyer mancanegara. 

Business matching ini merupakan tindak lanjut dari lima desa di Jawa Timur yang telah melakukan sesi pitching pada Juli-Agustus 2025 lalu, yaitu Desa Devisa Kelor, Desa Sejahtera Astra (DSA) Turen, DSA Yayasan Maritim Nusantara, Desa Devisa Kakao dan DSA Temon Agro.

“Pada business matching, Desa BISA Ekspor bertemu dengan buyer dari Amerika Serikat, Australia, Polandia, dan Jerman. Pertemuan ini difasilitasi oleh perwakilan perdagangan RI di luar negeri. Kami berharap, akan lebih banyak produk dari desa yang dapat menembus pasar ekspor dan dapat meningkatkan perekonomian desa,” kata Puntodewi.

Baca juga: Lagi, Produk Alami Dekorasi Rumah Asal Bantul Diekspor Ke Eropa dan Amerika, Penuhi Permintaan Global

Salah satu peserta business matching, perwakilan DSA Yayasan Maritim Nusantara (Aruna Group), Elkana, menyampaikan, apresiasinya atas penyelenggaraan acara ini. 

Aruna Group merupakan off-taker dari produk perikanan dari beberapa desa di Indonesia, termasuk desa di Bangkalan, Masalembu, Sedayu dan Paciran untuk wilayah Jawa Timur.

“Kami mengapresiasi acara ini. Kami diberi kesempatan untuk bertemu dengan buyer dari Australia yang difasilitasi oleh ITPC Sydney yang berminat tuna dan crab meat. Sebagai tindak lanjut kami akan mengirimkan price list dan berdiskusi langsung untuk pengiriman sampel produk tuna dan crab meat ke Australia dalam waktu dekat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Puntodewi menyampaikan, Jawa Timur memiliki sumber daya melimpah, mencakup produk potensial seperti makanan olahan, pertanian, perkebunan, perikanan dan hasil laut, kriya, furnitur, dan dekorasi rumah. “Namun, tantangan terbesar bukanlah kurangnya potensi, tetapi memastikan terpenuhinya kualitas produk, standardisasi, desain kemasan, konsistensi suplai, dan keterhubungan dengan pasar,” urainya.

 

Dari desa untuk dunia

Komitmen Kemendag dalam penguatan ekosistem ekspor juga dilakukan melalui kegiatan Forum Desa BISA Ekspor-Dari Desa untuk Dunia yang dihadiri lebih dari 100 peserta yang merupakan desa binaan, petani milenial, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS), mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang serta penyuluh pertanian.

Forum Desa BISA Ekspor dirancang sebagai program pendampingan berkelanjutan yang menekankan penguatan kapasitas desa melalui pelatihan ekspor, pemahaman sistem keamanan pangan, pengembangan desain kemasan, hingga perluasan akses ke agregator. 

Dalam pelatihan ini, para peserta mendapatkan materi langsung dari para pakar, mulai dari tenaga ahli ekspor Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan (PPEJP) Kemendag yang memaparkan prosedur dan peluang ekspor, ahli keamanan pangan dari FoodStandards Consl.ID yang menjelaskan pentingnya sertifikasi, hingga desainer kemasan dari IDDC yang menekankan peran kemasan dalam meningkatkan daya saing produk di pasar global.

Selain pelatihan, forum juga menggelar sesi briefing dan pitching produk desa bersama agregator Malindo dan Yayasan Cah Angon. Melalui sesi itu, agregator diharapkan dapat menjadi penghubung yang memperluas jangkauan produk desa ke pasar internasional.

Para peserta yang terdiri dari BUMDes, koperasi, hingga pelaku usaha perorangan memberikan respons positif, termasuk ketertarikan pada produk kopi robusta desa yang dinilai sangat potensial. 

Produk tersebut sesuai dengan rencana agregator untuk membuka 10 pop-up kios di sekitar Universitas Selangor, Malaysia, yang memerlukan pasokan green bean dan roasted bean bersertifikasi halal.

 

Potensi Desa BISA Ekspor

Desa BISA Ekspor merupakan program kolaborasi dan gerakan bersama antara pemerintah dan swasta untuk menjadikan desa motor penggerak ekspor Indonesia. 

Program itu adalah bentuk sinergi berbagai program produktivitas desa yang sudah ada. 

Program-program tersebut, antara lain, UMKM BISA Ekspor dari Kemendag, Desa Ekspor dari Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Desa Organik dari Kementerian Pertanian, Desa Devisa dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank, dan Desa Sejahtera Astra dari PT Astra Internasional Tbk.

Hingga kini, pemerintah telah memetakan 2.357 desa di Indonesia ke dalam dua klaster. Sebanyak 741 desa telah masuk dalam klaster 1 dan dinyatakan siap untuk didorong ke pasar global, sementara 1.616 desa lainnya masuk ke klaster 2 yang masih butuh pendampingan untuk masuk ke rantai nilai ekspor.

Untuk mempromosikan potensi produk unggulan Desa BISA Ekspor di klaster 1, Kemendag mengintegrasikan data perusahaan eksportir/off-taker ke dalam platform INAEXPORT untuk memudahkan pencarian buyer, informasi pendukung, serta fasilitasi ekspor lainnya. 

Kemendag juga telah memfasilitasi business pitching antara 31 perusahaan eksportir/off-taker dengan perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri selama rentang April hingga Agustus 2025.

Kemendag juga memfasilitasi business matching antara eksportir/off-taker dengan buyer

Pada Juli 2025, Kemendag telah memfasilitasi dua business matching dalam skema Desa BISA Ekspor, yaitu business matching antara DSA Yayasan Maritim Nusantara Lestari (Aruna Group) dengan buyer Australia untuk produk tuna saku melalui Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) di Sydney. 

Selain itu, Universitas Mataram dengan off-taker turut difasilitasi dalam pertemuan bisnis dengan buyer India untuk produk kacang mete yang difasilitasi ITPC Chennai. 

Kemendag juga memfasilitasi paviliun Desa BISA Ekspor dalam pameran TEI 2025 dan Agrinex 2025.

Potensi produk Desa BISA Ekspor cukup luas, mulai dari pertanian, kerajinan, dan makanan olahan. 

Pada Januari-September 2025, nilai ekspor produk pertanian Indonesia mencapai USD 5,19 miliar. Sementara itu, nilai ekspor produk kerajinan USD 412,05 juta dan makanan olahan USD 4,5 miliar.

Nilai ekspor nasional yang signifikan ini merupakan cerminan tingginya permintaan global terhadap komoditas yang juga dikembangkan oleh Desa BISA Ekspor. Dengan demikian, desa-desa binaan memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada rantai ekspor Indonesia. (SG-1)