SOKOGURU, JAKARTA- Perkembangan harga berbagai komoditas pada September 2025, berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS), secara umum menunjukkan adanya kenaikan.
Dan hasil pemantauan di 150 kabupaten/kota, pada bulan tersebut terjadi inflasi year-on-year (y-on-y) sebesar 2,65%, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,93 pada September 2024 menjadi 108,74 pada September 2025. Tingkat inflasi m-to-m sebesar 0,21% dan tingkat inflasi y-to-d sebesar 1,82%.
Demikian laporan Direktur Statistik Harga BPS, Windhiarso Ponco Adi P, dalam keterangan resmi BPS, Rabu, 1 Oktober 2025.
Baca juga: BPS: Inflasi Juni 2025 sebesar 1,87%, Kenaikan Berbagai Komoditas Dalang Naiknya Inflasi
“Inflasi provinsi y-on-y tertinggi terjadi di Sumatera Utara sebesar 5,32% dengan IHK sebesar 111,11 dan terendah terjadi di Provinsi Papua sebesar 0,99% dengan IHK sebesar 104,94. Sedangkan deflasi provinsi y-on-y, terjadi di Maluku Utara sebesar 0,17% dengan IHK sebesar 108,48,” ujarnya.
Sementara inflasi kabupaten/kota y-on-y tertinggi, sambung Windhiarso, terjadi di Kabupaten Deli Serdang sebesar 6,81% dengan IHK sebesar 111,99 dan terendah terjadi di Kota Ternate sebesar 0,06% dengan IHK sebesar 108,70.
Adapun deflasi kabupaten/ kota y-on-y terjadi di Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 1,21% dengan IHK sebesar 107,51.
Baca juga: Pertahankan BI-Rate 5,75%, BI Konsisten dengan Upaya Jaga Prakiraan inflasi 2025 dan 2026
Lebih lanjut, Windhiarso menyampaikan, penyebab Inflasi y-on-y karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.
“Yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 5,01%; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,79%; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,64% dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,30%,” jelasnya.
Selain itu, kelompok kesehatan juga menjadi penyebab naiknya inflasi yakni sebesar 2,01%; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,07%; kelompok pendidikan sebesar 1,15%; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,80%; serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 9,59%.
Baca juga: Jaga Inflasi 2025, Pemerintah dan Bank Indonesia Perkuat Sinergi
“Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok transportasi sebesar 0,15% dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,31%,” imbuhnya.
Windhiarso mengatakan tingkat inflasi month-to-month (m-to-m) September 2025 sebesar 0,21% dan tingkat inflasi year-to-date (y-to-d) September 2025 sebesar 1,82%.
Tetap terjaga
Sementara itu secara terpisah, Bank Indonesia (BI) menilai
Inflasi IHK pada September 2025 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%.
Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan resmi BI.
“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2025 dan 2026,” ujarnya.
Ramdan mengatakan inflasi inti pada September 2025 tercatat sebesar 0,18% (m-t-m), lebih tinggi dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 0,06% (mtm).
Realisasi inflasi inti pada September 2025 disumbang terutama oleh komoditas emas perhiasan dan biaya kuliah akademi/perguruan tinggi. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas emas global serta faktor musiman dimulainya tahun ajaran baru pendidikan akademi/perguruan tinggi, di tengah ekspektasi inflasi yang tetap terjaga. Secara tahunan, inflasi inti September 2025 tercatat sebesar 2,19% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,17% (yoy).
Kelompok volatile food mengalami inflasi. Kelompok volatile food pada September 2025 mengalami inflasi sebesar 0,52% (mtm), meningkat dibandingkan dengan realisasi bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,61% (mtm).
Inflasi kelompok volatile food disumbang antara lain oleh komoditas aneka cabai dan daging ayam ras seiring dengan pasokan yang terbatas akibat berakhirnya masa panen dan peningkatan biaya input produksi.
Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 6,44% (yoy), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 4,47% (yoy).
“Ke depan, inflasi volatile food diprakirakan tetap terkendali didukung oleh eratnya sinergi antara Bank Indonesia bersama TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah,” imbuhnya.
Kelompok yang juga mengalami inflasi pada September 2025 adalah administered prices sebesar 0,06% (mtm). Angka itu meningkat dibandingkan dengan realisasi bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,08% (mtm).
Inflasi kelompok administered prices terutama disumbang oleh komoditas sigaret kretek mesin dan tangan seiring dengan berlanjutnya kenaikan harga jual eceran rokok.
Secara tahunan, kelompok administered prices tercatat inflasi sebesar 1,10% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,00% (yoy). (SG-1)