Soko Bisnis

Harga Emas Ambles Parah! Padahal Dolar dan Yield AS Ikutan Anjlok: Kenapa Tetap Ambruk?

Harga emas terjun ke level terendah 2 minggu meski dolar dan yield turun. Gencatan senjata Timur Tengah ubah arah pasar, emas diprediksi rebound akhir tahun.

By Ulfah Wafa Almubarokah  | Sokoguru.Id
25 Juni 2025
<p>Harga emas jeblok meski dolar anjlok! Sentimen global ubah arah pasar. Emas turun, tapi peluang akhir tahun tetap terbuka.</p>

Harga emas jeblok meski dolar anjlok! Sentimen global ubah arah pasar. Emas turun, tapi peluang akhir tahun tetap terbuka.

SOKOGURU- Harga emas dunia 25 Juni 2025 kembali jadi sorotan utama setelah anjlok tajam ke level terendah dalam dua minggu terakhir. Ironisnya, harga emas turun drastis justru di saat dolar AS melemah dan imbal hasil US Treasury juga jatuh, dua faktor yang biasanya jadi "musuh abadi" dan justru menguntungkan bagi harga emas batangan. 

Fakta mengejutkan ini membuat para analis dan investor mempertanyakan arah harga emas dunia hari ini, khususnya ketika konflik geopolitik yang melibatkan Israel dan Iran mulai mereda berkat kesepakatan gencatan senjata.

Sementara itu, pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell yang menegaskan belum ada kepastian penurunan suku bunga dalam waktu dekat juga membuat pasar emas makin tertekan. 

Kondisi ini menunjukkan bahwa meski dolar ambruk dan suku bunga belum naik, minat terhadap aset safe haven seperti emas tetap merosot akibat meningkatnya selera risiko investor. 

Apakah ini sinyal emas akan turun lebih dalam? Atau justru kesempatan beli di harga diskon?

Emas Jeblok Meski Dolar dan Yield Jatuh

Pada perdagangan Selasa, 24 Juni 2025, harga emas dunia terpuruk 1,33% dan ditutup di level US$3.323,75 per troy ons, posisi terendah sejak 10 Juni 2025. 

Sementara pagi ini, Rabu (25/6/2025), harga emas kembali melemah tipis 0,03% ke US$3.322,80 per troy ons.

Padahal, secara historis, saat dolar AS melemah dan imbal hasil Treasury turun, harga emas biasanya menguat.

Indeks dolar anjlok ke 97,858, level terendah sejak Maret 2022, dan yield US Treasury 10 tahun juga menyentuh 4,29%, terendah sejak Mei 2025. 

Namun kenyataannya, harga emas tetap jatuh, membuat banyak investor dan trader bertanya-tanya.

Gencatan Senjata Israel-Iran Ubah Sentimen Safe Haven

Menurut analis senior Ricardo Evangelista dari ActivTrades, "Harga emas sedang menurun hari ini, didorong oleh pergeseran ke arah selera risiko yang lebih besar, karena optimisme tumbuh atas potensi berakhirnya permusuhan di Timur Tengah."

Pengumuman gencatan senjata Israel-Iran oleh Presiden AS Donald Trump membuat pasar saham dunia melonjak dan permintaan aset safe haven seperti emas menurun. 

Bahkan meski Menteri Pertahanan Israel menyatakan siap menyerang Teheran jika gencatan dilanggar, sentimen positif tetap mendominasi.

The Fed Tahan Suku Bunga, Tapi Emas Tak Tertolong

Dalam testimoninya di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS, Jerome Powell menyebutkan:

"Dampak dari tarif akan bergantung, antara lain, pada seberapa besar akhirnya tarif itu diterapkan."
"Untuk saat ini, kami berada dalam posisi yang cukup baik untuk menunggu dan melihat arah perekonomian sebelum mempertimbangkan penyesuaian kebijakan."

Pernyataan itu menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga The Fed belum akan terjadi dalam waktu dekat, padahal pasar sebelumnya berharap akan ada pelonggaran.

Ketiadaan kejelasan membuat investor mencari aset berisiko seperti saham, dan menjauhi emas.

Proyeksi Harga Emas Akhir 2025

Meski saat ini harga emas dunia melemah, analis ANZ tetap optimistis:
"Harga emas kemungkinan akan berkonsolidasi sebelum kembali naik ke level US$3.600 per troy ons pada akhir tahun."

"Dalam jangka panjang, kami memperkirakan emas akan mencapai puncaknya pada akhir tahun 2025, diikuti oleh penurunan bertahap pada tahun 2026 seiring membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya ketidakpastian perdagangan global."

Dengan asumsi gejolak geopolitik dan kebijakan moneter AS tidak memberikan kejutan besar, harga emas diprediksi tetap punya peluang untuk rebound.

Turunnya harga emas hari ini menjadi pengingat bahwa pasar bisa sangat sensitif terhadap perubahan sentimen global. 

Meski dua indikator utama, dolar dan imbal hasil US Treasury, sudah melemah, gencatan senjata di Timur Tengah dan ketidakjelasan kebijakan The Fed membuat pasar lebih condong pada risiko. 

Namun, dengan proyeksi positif akhir tahun dan potensi ketegangan geopolitik yang belum sepenuhnya reda, emas masih menyimpan peluang bagi investor jangka panjang.(*)