SOKOGURU, IBU KOTA NUSANTARA- Diaspora Indonesia di seluruh dunia diajak untuk turut mendorong peningkatan ekspor nasional melalui peran aktif sebagai importir dan promotor produk-produk dalam negeri. Sebab, peran aktif diaspora di berbagai negara dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ajakan tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Budi Santoso saat berdiskusi bersama diaspora Indonesia dalam Congress of Indonesian Diaspora ke-8 (CID-8) yang diselenggarakan oleh Indonesian Diaspora Network (IDN) Global di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Jumat, 1 Agustus 2025.
"Ekspor kita terus mengalami kenaikan. Ekspor Indonesia dari Januari hingga Juni 2025 tercatat tumbuh sebesar 7,7%, melampaui target tahunan yang sebesar 7,1%. Ini tentu tidak terlepas dari kontribusi Bapak dan Ibu semua,” ujarnya dalam keterangan resmi Kementerian Perdagangan (kemendag).
Baca juga: Perkuat UMKM Tembus Pasar Global, Mendag Busan Resmikan Export Center Balikpapan dan Batam
“Untuk itu, melalui sinergi dengan diaspora di berbagai negara, kita dapat terus mendorong peningkatan ekspor dan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sesuai dengan target program pemerintah,” imbuh Mendag.
Turut hadir sebagai pembicara lainnya, Presiden Indonesian Diaspora Network (IDN) Global, Sulistyawan Wibisono.
Kegiatan itu diikuti sebanyak 80 peserta diaspora dari berbagai negara termasuk, Amerika Serikat (AS), Australia, Singapura, Taiwan, Qatar, Prancis, dan Kanada.
Baca juga: Mendag Busan: Kolaborasi Kemendag dan ERIA Perkuat Riset Perdagangan RI Lebih Unggul
Mendag Busan, sapaan akrab Budi Santoso, didampingi oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan, Isy Karim, serta Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Fajarini Puntodewi.
Lebih lanjut, Mendag Busan mencontohkan, peran diaspora Indonesia di luar negeri yang telah menjadi pelaku usaha, termasuk importir produk Indonesia.
Salah satu kisah sukses yang dibagikan, yaitu produk makanan instan Indonesia seperti mi instan yang menyebar luas ke berbagai negara, seperti India dan Nigeria, berkat peran Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan diaspora yang mengenalkan produk tersebut secara organik kepada masyarakat lokal.
Baca juga: Kemendag Catatkan Transaksi Kegiatan Business Matching UMKM pada Semester I 2025 Senilai USD 87,04 Juta
"Awalnya mi instan ini dikonsumsi oleh PMI, lalu dikenalkan kepada keluarga tempat mereka bekerja. Anak-anak majikan yang tadinya sekadar mencoba, lama-kelamaan menyukai rasa mi Indonesia. Dari situ, merek ini tumbuh kuat dan dikenal luas ke berbagai negara hingga ke Afrika," jelas Mendag Busan.
Menurutnya, pendekatan itu merupakan contoh strategi pemasaran yang efektif dan dapat ditiru untuk produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lainnya.
Untuk itu, Kemendag siap memberikan dukungan penuh melalui fasilitasi penjajakan kerja sama bisnis (business matching) yang mempertemukan diaspora dengan pelaku UMKM dalam negeri.
Dalam kegiatan itu, diaspora yang menjadi importir dapat langsung berinteraksi dengan UMKM yang didampingi oleh perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri.
"Silakan bergabung di Export Center atau kantor perwakilan perdagangan kita. Asal ada komitmen menjadi buyer atau mencarikan buyer, kami akan bantu mencarikan suplai dari UMKM di Indonesia. Kami percaya, kerja sama dengan diaspora akan semakin memperkuat keberlanjutan ekspor kita," tambah Busan lagi.
Ia meyakini, peran diaspora sebagai mitra UMKM akan memudahkan proses ekspor karena kedekatan budaya, bahasa, dan jejaring yang sudah dimiliki. Ia berharap sinergi ini dapat mempercepat pertumbuhan ekspor nasional dan mendukung pencapaian target pembangunan ekonomi Indonesia.
Memberi ruang
Sementara Sulistyawan menyambut baik dialog dengan pemerintah Indonesia. Ia berharap dialog ini dapat memberi ruang seluas-luasnya bagi para pelaku usaha diaspora untuk menyampaikan pengalaman, tantangan, serta aspirasi dalam mengembangkan usaha dan mendorong produk UMKM masuk ke pasar global.
Kehadiran diaspora sangat diharapkan menjadi pintu pembuka ekspor karena memiliki pemahaman budaya, selera pasar, dan bahasa yang memudahkan penetrasi produk Indonesia ke luar negeri.
“Kami harap pemerintah dan diaspora dapat bersinergi untuk menemukan solusi yang mendukung kelangsungan ekspor produk Indonesia, khususnya dari pelaku UMKM yang berada di bawah naungan dan dukungan diaspora,” tambah Sulistyawan.
Salah satu diaspora dari AS mengungkapkan, kebijakan tarif bea masuk oleh Presiden AS menjadi peluang baik bagi produk Indonesia, khususnya UMKM, untuk menembus pasar AS.
Namun, tentu diperlukan strategi bertahap dan terkoordinasi. Salah satu pendekatan yang bisa dipertimbangkan adalah penyesuaian harga dari hulu ke hilir agar tetap kompetitif di pasar tujuan.
Menurutnya, dengan mekanisme yang tepat, daya beli konsumen tetap terjaga tanpa mengorbankan kualitas produk. Ini saat yang tepat untuk melakukan penetrasi pasar secara lebih agresif dan terstruktur.
Ia pun berharap, Kemendag dapat mempertimbangkan kebijakan yang memberikan kemudahan dalam pengiriman untuk mendukung ekspor UMKM.
Sulistyawan juga mendorong agar diaspora di negara tujuan ekspor dapat dilibatkan dalam pengadaan barang oleh pemerintah Indonesia di luar negeri. Dengan melibatkan diaspora sebagai mitra strategis, harga dan distribusi produk akan lebih efisien karena mereka memahami dinamika pasar setempat.
CID-8 tahun 2025 diselenggarakan untuk pertama kalinya di Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan mengusung tema Bersama Diaspora Mewujudkan IKN Menjadi Kota Dunia untuk Semua.
Pemilihan IKN sebagai lokasi mencerminkan komitmen diaspora dalam mempromosikan dan membangun IKN sebagai pusat peradaban global.
Sementara itu, IDN Global merupakan organisasi nirlaba yang bersifat nonpemerintah, nonpolitik, dan nonpartisan, yang dibentuk pada Kongres Diaspora Indonesia pertama di Los Angeles pada 2012.
Organisasi ini memiliki misi utama memperkuat kontribusi diaspora Indonesia bagi tanah air secara lebih efektif dan berdampak nyata. Kongres diaspora diselenggarakan setiap dua tahun sebagai wadah pertukaran ide dan kolaborasi antara diaspora, pemerintah, dan masyarakat Indonesia. (SG-1)