SOKOGURU, JAKARTA- Perempuan bukan hanya konsumen aktif, tetapi juga produsen, inovator, dan pemimpin usaha terutama di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan ekonomi kreatif.
Perempuan juga berperan sebagai motor penggerak ekonomi dan perdagangan di berbagai daerah, mulai dari kewirausahaan berbasis rumah tangga, pertanian keluarga, hingga industri kreatif dan digital.
Demikian disampaikan Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri pada sesi kedua diskusi panel CNBC Indonesia Top Women Fest 2025, di Sarinah, Jakarta, Sabtu, 24 Mei 2025.
Baca juga: Tinjau UMKM Tenun di Pekanbaru, Wamendag Dorong Pelaku Usaha Tembus Pasar Global
“Meski kontribusinya signifikan, partisipasi perempuan dalam sektor formal dan posisi kepemimpinan masih perlu terus ditingkatkan agar peran penting mereka semakin tercermin dalam indikator ekonomi nasional,” ujarnya, seperti dikutip dalam keterangan resmi Kemendag, Minggu, 25 Mei.
Pada diskusi panel yang mengusung tema Perempuan Penggerak Ekonomi itu, Wamendag Roro menambahkan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) berkomitmen mendorong partisipasi aktif perempuan dalam perdagangan melalui program strategis, seperti peluncuran SheTrades Outlook Indonesia bekerja sama dengan International Trade Centre (ITC) pada Agustus 2024.
Peluncuran tersebut bertujuan mengidentifikasi hambatan dan merancang kebijakan pemberdayaan perempuan yang tepat sasaran.
Baca juga: Wamendag Roro Dukung Inovasi Ritel, Sektor Ritel Masih Jadi Tulang Punggung Perdagangan Nasional
Diskusi panel diikuti 100 peserta dan diisi panelis perempuan inspiratif lainnya, yaitu Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf) Irene Umar dan Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamendukbangga) Isyana Bagoes Oka.
Selain itu, Pendiri dan Direktur Utama Widya Esthetic Clinic Ayu Widyaningrum turut menjadi panelis secara daring.
Dalam gelaran diskusi panel tersebut, CNBC Indonesia menganugerahi Wamendag Roro beserta ketiga panelis lainnya penghargaan untuk kategori Inspiring Woman Leader.
Baca juga: Wamendag dan Wamen Ekraf Bertemu Bahas Fesyen, Gim Lokal, Kriya, dan Produk Halal
Pada kesempatan itu, Wamendag mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk bermimpi besar dan berani mengambil ruang dalam pembangunan ekonomi dan perdagangan nasional.
Menurutnya, perempuan Indonesia memiliki kapasitas, kecerdasan, dan kekuatan untuk menjadi agen perubahan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan perdagangan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
“Perempuan Indonesia harus berani bermimpi besar. Saya pastikan, negara hadir untuk mendukung setiap langkah perempuan dalam berkarya. Oleh karena itu, teruslah belajar, bangun jejaring, dan dorong produk-produk unggulan kalian untuk menembus pasar yang baru,” ungkap Wamendag Roro.
Penyumbang tenaga kerja
Lebih lanjut, Wamendag Roro menunjukkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perempuan menyumbang sekitar 38,3% dari total tenaga kerja Indonesia pada 2023, dengan mayoritas berkiprah di sektor informal UMKM, serta pertanian.
Pemerintah, lanjutnya, menyadari sebesar 64,5% UMKM Indonesia dimiliki oleh perempuan.
Sebab itu penting bagi pemerintah untuk mendukung UMKM agar semakin berdaya sehingga para perempuan yang berperan aktif di dalam pengembangan UMKM tersebut juga ikut merasakan dampak positifnya.
Meski demikian, Wamendag Roro juga menekankan masih terdapat tantangan yang dihadapi perempuan, seperti keterbatasan akses terhadap pelatihan, pembiayaan, dan pasar.
Untuk itu, kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk menjawab tantangan tersebut dan memastikan perempuan mendapatkan kesempatan yang setara dalam mengembangkan potensi ekonominya.
Lebih lanjut, Wamendag Roro menjelaskan, salah satu bentuk dukungan konkret yang dilakukan Kementerian Perdagangan adalah melalui pelatihan UMKM.
Kemendag memiliki Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan (PPEJP) di Jakarta. Lembaga itu secara aktif memberikan pelatihan kepada pelaku UMKM, antara lain terkait prosedur ekspor-impor, perhitungan biaya dan penetapan harga ekspor (export costing and pricing), hingga strategi penetrasi pasar global guna meningkatkan kapasitas UMKM dalam mendukung pertumbuhan dan peningkatan ekspor.
“Selain pelatihan tatap muka, Kemendag juga menyediakan pelatihan daring yang dapat diakses UMKM di seluruh Indonesia,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, Kemendag menargetkan perwakilan perdagangan Indonesia di 33 negara menyelenggarakan penjajakan kesepakatan bisnis (business matching) setiap harinya.
Kegiatan itu melibatkan pembina UMKM dari Badan Usaha Milik Negera (BUMN) maupun swasta untuk mempertemukan pelaku UMKM dalam negeri dengan calon pembeli dari luar negeri.
“Upaya ini diharapkan membuka akses pasar global bagi produk Indonesia. Pada April 2025, kegiatan business matching tersebut berhasil mencatatkan potensi transaksi sebesar USD 43,74 juta atau setara Rp722,76 miliar,” terang Roro lagi.
Pemberdayaan ekonomi perempuan, lanjut Wamendag Roro, harus dilakukan secara komprehensif dan lintas sektor. Oleh karena itu, Kemendag juga menjalin kolaborasi dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam mengembangkan industri kreatif berbasis komunitas perempuan.
Salah satu contohnya, melalui penyelenggaraan Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) yang memberi ruang bagi produk dan pelaku ekonomi kreatif perempuan untuk menjangkau pasar global.
Selain itu, Kemendag bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) serta Ikatan Pimpinan Tinggi (PIMTI) Perempuan Indonesia dalam menyelenggarakan program Edukasi Konsumen Cerdas kepada perempuan indonesia.
Program tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman perempuan terhadap hak-hak dan perlindungan konsumen, sehingga perempuan dapat menjadi agen edukasi di lingkungan keluarga dan masyarakat.
“Inisiatif ini juga diharapkan dapat memacu perempuan menjadi konsumen yang cerdas, kritis, dan berdaya, serta berkontribusi pada peningkatan indeks keberdayaan konsumen nasional,” tambahnya.
Wamendag Roro.
Ditemui di lokasi diskusi panel, Saphira Handajani dari Perempuan Berkebaya Indonesia, menyampaikan harapannya kepada Kemendag untuk bersama-sama menggiatkan generasi muda agar lebih peduli terhadap budaya Indonesia, khususnya kerajinan tangan seperti tenun dan batik.
Menurutnya, perajin yang masih aktif umumnya berasal dari kalangan yang sudah lanjut usia. Hal itu dikhawatirkan akan menyebabkan hilangnya keberlanjutan warisan budaya tersebut.
“Pelestarian budaya itu tidak hanya penting untuk identitas bangsa, tetapi juga dapat menopang pertumbuhan UMKM di daerah. Oleh karena itu, saya berharap dukungan dari Kementerian Perdagangan untuk membuka ruang yang lebih luas bagi regenerasi pengrajin muda di seluruh Indonesia,” tutupnya. (SG-1)