SOKOGURU, GQEBERHA- Menteri Perdagangan RI Budi Santoso (Busan) kembali menegaskan dukungan Indonesia terhadap reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan perdagangan yang inklusif.
Menurutnya, komitmen kolektif anggota WTO penting bagi keberhasilan reformasi WTO. Keberhasilan reformasi tersebut akan menjadi kunci dalam memulihkan kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan (rules-based).
Penegasan Mendag Busan disampaikan usai penutupan rangkaian G20 Trade and Investment Ministerial Meeting (TIMM) pada Jumat, 10 Oktober 2025, di Gqeberha, Afrika Selatan. Di bawah Presidensi Afrika Selatan untuk 2025, rangkaian pertemuan ini dilaksanakan pada 9-10 Oktober 2025.
“Indonesia menegaskan pentingnya komitmen kolektif untuk memperkuat sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan. Reformasi WTO, terutama pada sistem penyelesaian sengketa, harus menjadi prioritas untuk memulihkan kepercayaan dunia terhadap perdagangan global,” tegasnya dalam keterangan resmi Kementerian Perdagangan, Minggu malam, 12 Oktober.
Turut mendampingi Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Djatmiko Bris Witjaksono dan Direktur Perundingan Antar Kawasan dan Organisasi Internasional, Natan Kambuno.
Mendag Busan menyampaikan, dalam G20 TIMM, para menteri perdagangan negara-negara G20 telah menyepakati beberapa pernyataan bersama yang memiliki beberapa poin penting.
Pertama, menegaskan komitmen terhadap sistem perdagangan multilateral yang adil, inklusif, transparan, dan berkelanjutan melalui agenda reformasi WTO.
Kedua, mendukung kesuksesan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-14 WTO pada Maret 2026 mendatang di Kamerun. Ketiga, menekankan pentingnya diversifikasi rantai pasok global dalam mencapai pertumbuhan yang inklusif. Keempat, mendukung kontribusi perdagangan dan investasi dalam industrialisasi.
“Indonesia mengajak seluruh negara anggota G20 untuk menahan diri agar tidak menjadikan perdagangan sebagai instrumen politik, serta terus mengedepankan dimensi pembangunan bagi negara berkembang dalam setiap perjanjian perdagangan internasional,” tambah Mendag Busan.
Baca juga: Mendag Busan Tekankan Pentingnya Reformasi WTO yang Inklusif dan Berorientasi Anggota
Dukungan Politik Global untuk Reformasi WTO
Pada sesi ketiga G20 TIMM yang membahas WTO Reform Including the Development Dimension, Mendag Busan juga menyampaikan intervensinya.
Pada sesi tersebut, Mendag Busan menekankan perlunya dukungan politik yang kuat untuk menjaga nilai dan prinsip dasar WTO.
“Para menteri harus mengambil langkah pertama untuk mencari titik temu, membangun kembali kepercayaan terhadap sistem, dan mendorong pemanfaatan mekanisme WTO. Meskipun, dalam beberapa hal, kita harus bersiap menghadapi badai,” tegasnya.
Dalam konteks itu, Indonesia mengapresiasi proses reformasi WTO yang tengah difasilitasi di Jenewa oleh Duta Besar Peter Ølberg.
Indonesia mendorong agar hasil-hasil positif dari area yang masih berfungsi dengan baik di WTO dapat disebarluaskan kepada khalayak politik yang lebih luas.
Mendag Busan juga menegaskan kembali pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan (preamble) Persetujuan Marrakesh sebagai pedoman bagi sistem perdagangan multilateral.
“Komitmen bersama ini mencerminkan pengakuan akan peran vital perdagangan dalam mendorong pertumbuhan dan pembangunan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Mendag Busan menambahkan, pembahasan mengenai reformasi WTO sangat penting dan mendesak di tengah meningkatnya langkah-langkah unilateral yang mengancam prinsip dasar sistem perdagangan multilateral.
Proliferasi langkah-langkah unilateral telah menimbulkan skeptisisme dan mengikis kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral. Akibatnya, sebagian anggota mulai melihat WTO bukan lagi solusi permasalahan perdagangan.
“Dengan segala kekurangannya, saya yakin WTO adalah aset global yang berharga dan esensial. Kita perlu menavigasinya di antara karang dan batu karang untuk menciptakan pelabuhan yang aman,” pungkas Mendag Busan. (SG-1)