Soko Berita

Produksi Beras Selama Empat Bulan di 2025 Capai 16,5 juta Ha, Tertinggi dalam satu dekade terakhir

Evaluasi Luas Tambah Tanam (LTT) harus dilakukan harian, bukan bulanan. Untuk mencapai swasembada pangan LTT minimal harus mencapai 1,6 juta hektare.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
10 April 2025

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono saat rapat evaluasi Luas Tambah Tanam (LTT), optimasi lahan (oplah), serta program cetak sawah rakyat (CSR) dan padi gogo di Jakarta, Rabu (9/4). (Dok. Kementan)

SOKOGURU, Jakarta- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan capaian produksi padi nasional pada Maret 2025 meningkat dari 900-an ribu hektare (ha) menjadi lebih dari 1,2 juta ha dibandingkan tahun sebelumnya.

“Ini capaian bagus, tetapi kita tidak boleh lengah,” ujarnya dalam rapat evaluasi Luas Tambah Tanam (LTT), optimasi lahan (oplah), serta program cetak sawah rakyat (CSR) dan padi gogo di Jakarta, Rabu (9/4). 

Ia menekankan pentingnya pengawasan harian terhadap capaian tanam. Pasalnya, untuk mencapai swasembada pangan Pemerintah menargetkan peningkatan signifikan pada produksi padi nasional pada 2025. 

"Kalau mau pangan terpenuhi, harus evaluasi harian, bukan bulanan," tambahnya dalam keterangan resmi Kementan, Kamis (10/4).

Pada kesempatan itu dilakukan pula penandatanganan kontrak kerja pemenuhan target LTT, Oplah, CSR dan Padi Gogo oleh para penanggung jawab wilayah.

Baca juga: BPS Laporkan Produksi Beras pada Januari–April 2025 Diperkirakan Naik Jadi 13,95 Juta Ton

Mentan menargetkan LTT minimal mencapai 1,6 juta hektare. Untuk mencapai target itu peran semua pihak diperlukan  dalam menjaga ritme tanam. 

“Kalau target tidak tercapai, kamu yang jadi target,” katanya, sambil merujuk pada para penanggung jawab di lapangan yang harus lengser dari jabatannya jika target tidak tercapai.

Amran juga menyampaikan apresiasinya atas lonjakan serapan gabah oleh Bulog yang disebut meningkat hingga 2.000% dibandingkan periode sebelumnya. 

Data dari BPS, lanjutnya, menunjukkan bahwa capaian produksi saat ini merupakan yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Ia juga menyoroti penindakan terhadap praktik mafia pangan yang telah menyeret lebih dari 20 tersangka.

 "Presiden memerintahkan untuk berantas korupsi dan mafia. Kami bekerja untuk rakyat, berpihak pada rakyat kecil tanpa membedakan suku dan agama, demi tegaknya merah putih di sektor pangan," imbuhnya.

Baca juga: Tertinggi dalam Sejarah, Jawa Timur Ditargetkan Naikkan Produksi Beras 2 Juta Ton

Pentingnya LTT 

Di tempat yang sama Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menambahkan bahwa perhatian Presiden Prabowo terhadap sektor pertanian sangat besar. 

"Saya dan Pak Menteri sering mendapat telepon dari Presiden. Memang sektor pangan dan pertanian ini saling berkaitan. Beliau sangat concern terhadap ketahanan pangan kita, ketersediaan pangan bagi rakyat kita, bukan hanya beras tapi yang lain-lainnya juga.," ungkapnya. 

Ia juga menekankan pentingnya LTT, karena jumlah hasil produksi sangat ditentukan oleh luas panen, dimana keberhasilannya sangat ditentukan oleh proses-proses sebelumnya seperti pembibitan dan pembenihan, ketersediaan pupuk, dan irigasi yang memadai. 

“Makanya acara hari ini dipimpin Pak Menteri untuk memastikan LTT, karena begitu nanam banyak, maka insya Allah panennya pun akan banyak,” katanya.

Baca juga: Optimalkan Produksi Beras Nasional, Kementan Siapkan Brigade Pangan dari Bone, Susel

Menurut Sudaryono yang akrab dipanggil Mas Dar ini, evaluasi LTT dilakukan setiap hari dan dilaporkan secara nasional. Dalam satu bulan terakhir, angka harian menunjukkan tren cukup positif. 

Ia juga menambahkan bahwa dari sisi kesejahteraan petani, harga gabah disebut mengalami peningkatan signifikan. 

"Dulu harga gabah di tingkat petani hanya Rp 5.000 hingga Rp 5.500 per kilogram, sekarang sudah di atas Rp 6.500. Ini tentu membuat petani bahagia," ujarnya.

Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian, juga terus memantau harga gabah secara langsung di setiap kabupaten. Rata-rata nasional saat ini berada pada kisaran Rp 6.520 hingga Rp 6.530 per kilogram.

Mentan menegaskan kegiatan evaluasi itu akan dilakukan secara rutin dan intensif. Setiap penurunan produksi akan direspons dengan pemanggilan penanggung jawab program di daerah. 

"Ini tentang kerja nyata, bukan sekadar omon-omon," tegasnya.

Dengan strategi tanam yang lebih ketat, pengawasan berlapis, serta dukungan kebijakan dari pusat, pemerintah optimistis produksi beras 2025 akan melebihi capaian tahun lalu, bahkan hasil evaluasi angkat tetap (ATAP) menunjukkan kenaikan sebesar 60%. 

BPS juga mencatat produksi beras dalam 4 bulan di tahun ini mencapai 16,5 juta, tertinggi dalam satu dekade terakhir. (SG-1)