Nama Anda Belum Terdaftar Bansos? Begini Cara Usul dan Sanggah di Aplikasi Kemensos

SOKOGURU - Di banyak rumah sederhana, pertanyaan soal bantuan sosial kerap muncul berulang: apakah nama kami sudah tercatat, mengapa tetangga dapat sementara kami tidak, dan ke mana harus bertanya tanpa harus bolak-balik ke kantor desa. 

Situasi semacam ini menjadi potret keseharian warga yang bergantung pada akurasi data, sekaligus cermin betapa pentingnya transparansi dalam penyaluran bantuan. 

Dari kebutuhan itulah, aplikasi Cek Bansos Kemensos hadir sebagai jalan tengah antara negara dan warganya.

Bantuan sosial bukan sekadar angka dalam laporan anggaran, melainkan denyut hidup bagi keluarga yang bertahan di tengah tekanan ekonomi. 

Pemerintah melalui Kementerian Sosial mencoba menjawab tantangan klasik penyaluran bansos—soal tepat sasaran dan keterbukaan—dengan memanfaatkan teknologi digital yang bisa diakses langsung oleh masyarakat.

Aplikasi Cek Bansos menjadi salah satu instrumen penting dalam upaya tersebut. Aplikasi ini terhubung langsung dengan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), basis data nasional yang digunakan untuk menentukan penerima berbagai program bantuan, mulai dari Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), hingga Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

Berbeda dengan pengecekan konvensional yang bergantung pada aparat setempat, aplikasi ini memberi ruang bagi warga untuk melihat sendiri status kepesertaan mereka. 

Cukup bermodal ponsel pintar, masyarakat dapat mengetahui apakah namanya tercatat sebagai penerima bantuan, jenis bantuan apa yang diterima, dan pada tahap apa proses penyalurannya.

Tak berhenti di situ, aplikasi Cek Bansos juga membuka partisipasi publik melalui dua fitur krusial: Usul dan Sanggah. 

Fitur Usul memungkinkan warga mengajukan nama yang dinilai layak menerima bantuan namun belum masuk data, baik itu diri sendiri, anggota keluarga, maupun tetangga sekitar. 

Di sisi lain, fitur Sanggah memberi kesempatan bagi masyarakat untuk menilai ulang kelayakan penerima bantuan di lingkungannya.

Di lapangan, fitur ini kerap digunakan ketika warga menemukan kondisi janggal, misalnya penerima bansos yang secara ekonomi sudah mapan atau memiliki aset memadai. 

Melalui mekanisme sanggah, warga dapat menyertakan alasan dan bukti pendukung, sehingga proses validasi tidak hanya bertumpu pada data administratif, tetapi juga realitas sosial.

Untuk bisa mengakses seluruh fitur tersebut, pengguna perlu melalui proses registrasi akun. 

Prosedurnya menuntut ketelitian karena seluruh data harus sesuai dengan KTP dan Kartu Keluarga. 

Mulai dari Nomor Induk Kependudukan, alamat lengkap, hingga unggahan foto KTP dan swafoto, semuanya menjadi bagian dari verifikasi yang dilakukan admin Kemensos. 

Proses ini memang tidak instan, namun menjadi pintu awal menjaga akurasi data nasional.

Setelah akun aktif, proses pengecekan bansos dapat dilakukan dengan langkah sederhana. Pengguna tinggal memilih wilayah administratif dan memasukkan nama sesuai KTP. 

Hasil pencarian akan menampilkan informasi dasar penerima manfaat beserta status bantuannya. 

Bagi sebagian warga, layar ponsel ini menjadi jawaban atas penantian panjang yang sebelumnya hanya bergantung pada kabar dari mulut ke mulut.

Meski demikian, pemerintah juga menyediakan alternatif bagi masyarakat yang terkendala gawai atau memori ponsel. 

Pengecekan tetap bisa dilakukan melalui situs resmi Kemensos, meskipun fiturnya terbatas hanya untuk melihat status penerima tanpa fasilitas usul dan sanggah.

Keberadaan aplikasi Cek Bansos pada akhirnya bukan hanya soal teknologi, melainkan soal relasi kepercayaan. 

Ketika data dibuka dan masyarakat dilibatkan, ruang dialog antara negara dan warga menjadi lebih setara. 

Pertanyaannya kini bukan lagi apakah bansos ada, tetapi apakah kita bersama-sama mau menjaga agar bantuan itu benar-benar sampai kepada mereka yang paling membutuhkan.

Tabel Data & Fakta 

(*)