SOKOGURU, VATIKAN- Lebih dari 250 ribu orang dari semua lapisan masyarakat memadati Lapangan Basilika Santo Petrus dan area di sekitarnya pada Sabtu, 26 April 2025 pagi.
Mereka hadir untuk menyampaikan salam perpisahan terakhir kepada Paus Fransiskus dalam Misa Requiem.
Dan lebih dari 150.000 orang lainnya berbaris di jalan-jalan Roma saat peti jenazahnya dibawa dalam prosesi ke Basilika Santa Maria Mayor (Maggiore).
Misa yang dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re dimulai pukul 10.00 waktu Roma itu diikuti oleh sekitar 250 Kardinal, Patriark, Uskup Agung, Uskup, imam, dan biarawan yang ditahbiskan.
Sekitar 170 delegasi negara dan organisasi internasional, menghadiri Misa Pemakaman Paus Fransiskus. Tampak hadir dan duduk di barisan depan Presiden AS Donald Trump, Pangeran William dari Inggris dan PM Keir Starmer, raja dan ratu Spanyol, juga dari Kerajaan Belgia, Swedia, Norwegia, dan Monako.
Baca juga: Paus Dimakamkan Sabtu, Peti Jenazah Telah Disegel
Sementara Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) tampak duduk di sebelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.
Selain itu, hadir pula para pemimpin negara dan pemerintahan Eropa, Sekjen PBB, Presiden Brasil dan Argentina asal Paus Fransiskus, Iran, sejumlah pemimpin negara Afrika, Balkan, Asia Tengah, juga ASEAN seperti Filipina dan Malaysia juga Timor Leste.
Dalam khotbah (homili)-nya, seperti dilaporkan Vatican News, Dekan Dewan Kardinal membahas banyak hal penting dari 12 tahun masa kepausannya yang luar biasa dan intens.
Hal itu ditandai oleh gaya kedekatannya dengan umat dan gerakan spontanitasnya hingga akhir hidupnya.
“Tetapi yang terpenting, cintanya yang mendalam kepada Gereja,” ujar Kardinal Re.
Menyentuh hati dan pikiran banyak orang
Sebelum melanjutkan khotbahnya, Re mengucapkan terima kasih kepada semua yang hadir, menyampaikan salam kepada banyak Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, dan delegasi resmi dari seluruh dunia yang menghadiri misa.
Kardinal Re pun menyampaikan sosok seorang Paus Fransiskus, yakni Seorang Paus yang menyentuh hati dan pikiran banyak orang, seorang ‘gembala’ yang baik dan dekat dengan umatnya hingga akhir hidupnya.
Ia juga menyebut Paus Frasiskus sebagai sosok yang terbuka bagi semua orang dan penuh perhatian terhadap tanda-tanda zaman.
Baca juga: Pesan Terakhir Paus: Akhiri Kekerasan dari Gaza hingga Sahael
Penekanan Paus yang tak henti-hentinya pada belas kasihan dan selalu berani menyuarakan perdamaian. Namun begitu, jelas Kardinal Re, evangelisasi menjadi pusat visi Paus Fransiskus.
Jenazah Paus dibawah ke lapangan Basilika Santo Petrus, Sabtu (26/4). (Dok. Vatican Media)
“Gambarannya tentang Gereja sebagai field hospital mencirikan gereja yang secara aktif menangani luka-luka dunia. Penjangkauannya kepada para migran dan pengungsi, yang dicontohkan oleh kunjungan ke Lampedusa, Lesbos, dan perbatasan AS-Meksiko, merupakan simbol yang sangat dalam dari solidaritasnya kepada mereka yang menderita,” imbuh Re.
Di antara 47 Perjalanan Apostoliknya, Kardinal Re menyoroti kunjungannya ke Irak, yang menurutnya, sebagai ‘obat mujarab’ dan seruan untuk dialog antaragama.
Kardinal Re mencatat bahwa curahan hati yang disaksikan dalam minggu berkabung itu menunjukkan betapa kepausan Paus Fransiskus ‘menyentuh hati dan pikiran’ banyak orang, tidak hanya di dalam Gereja.
“Dia adalah seorang Paus di antara umat. Dengan hati yang terbuka terhadap semua orang, terutama yang terpinggirkan, yang paling kecil di antara kita,” ungkapnya.
Mengakhiri khotbahnya, Kardinal Re dengan nada lembut dan mengutip kata-kata yang selalu diucapkan Paus Fransiskus saat mengakhiri audiensi dan pertemuannya: "Jangan lupa berdoa untukku."
Ungkapan Re pun disambut tepuk tangan dari mereka yang hadir.
Setelah prosesi misa selama 2 jam lebih, jenazah Paus Frasiskus pun diberangkatkan menuju tempat peristirahatannya terakhir di Basilika Santa Maria Maggiore.
Mobil yang membawa jenazah Paus sengaja berjalan memutar untuk memberi kesempatan kepada warga Roma yang sudah menunggu di pinggir jalan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada paus mereka. (SG-1)