SOKOGURU, VATICAN- Paus Fransiskus akan selalu dikenang sebagai seorang Paus perdamaian. Paus Fransiskus tidak kenal lelah menyerukan perdamaian dan menunjukkan kedekatannya dengan mereka yang menderita akibat perang.
Dalam pesannya yang terakhir sebelum memberikan berkat ‘Urbi et Orbi’, Seperti dilaporkan Vatican News, Minggu, 20 April 2025 pada Hari Paskah, Paus kembali menekankan masalah perdamaian.
Paus yang memiliki nama Jorge Mario Bergoglio menyerukan dan mendesak diupayakannya perdamaian di Timur Tengah (perang antara Israel dan Palestina), di Ukraina, Republik Demokrasi Kongo, Sudan Selatan, Kaukasus Selatan, Armenia, Azerbaijan, Sahael, dan Tanduk Afrika, serta Myanmar.
Baca juga: Jenazah Paus Fransiskus Disemayamkan di Basilisika Santo Petrus
Paus Fransiskus mendedikasikan pesan Paskah Urbi et Orbi untuk menyerukan perdamaian di seluruh dunia, perlucutan senjata global, dan pembebasan tahanan.
Dari balkon Basilika Santo Petrus, Paus, yang masih dalam tahap pemulihan dari sakitnya menyapa khalayak yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus yang dipenuhi bunga tulip.
Pesan Paus dibacakan oleh Uskup Agung Diego Ravelli, Pemimpin Perayaan Liturgi Kepausan.
"Cinta telah menang atas kebencian, terang atas kegelapan, dan kebenaran atas kepalsuan. Pengampunan telah menang atas balas dendam," katanya.
Paus juga mengingatkan bahwa kejahatan belum lenyap dari sejarah, kejahatan akan tetap ada sampai akhir, tetapi kejahatan tidak lagi berkuasa.
“Kejahatan tidak lagi berkuasa atas mereka yang menerima rahmat hari ini."
Paus juga menyerukan perdamaian di Tanah Suci dan di seluruh Timur Tengah. Ia menyoroti konflik di Gaza yang tidak berkesudahan.
“Saya mohon sekali lagi,” untuk segera melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza, pembebasan para sandera dan akses terhadap bantuan kemanusiaan,” ujarnya.
Paus mengatakan situasi di Gaza dramatis dan menyedihkan. “Saya menyatakan kedekatan saya dengan penderitaan seluruh rakyat israel dan rakyat Palestina. Saya mengimbau pihak-pihak yang bertikai, menyerukan gencatan senjata, membebaskan para sandera dan membantu orang-orang yang kelaparan yang mendambakan masa depan yang damai,” kata Paus Fransiskus
Baca juga: Paus Fransiskus Wafat dalam Usia 88 Tahun
Lalu ia juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk bertindak dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang kelaparan yang mendambakan masa depan yang damai.
Lalu doa Paus beralih ke Yaman yang mengalami salah satu krisis kemanusiaan paling serius dan berkepanjangan di dunia akibat perang. Paus Fransiskus mengundang semua pihak yang terlibat untuk menemukan solusi ‘melalui dialog yang konstruktif’.
Hancurkan penghalang
“Cahaya Paskah mendorong kita untuk meruntuhkan penghalang yang memisahkan kita (manusia),” kata Paus Fransiskus.
(File Photo 2018): Paus Fransiskus melepaskan seekor merpati, tanda perdamaian (Dok.AFP atau pemberi lisensi)
Penghalang yang dimaksud Paus tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga politik, ekonomi, dan spiritual. Ia meminta negara-negara untuk menggunakan sumber daya mereka bukan untuk persenjataan kembali, tetapi untuk memerangi kelaparan, berinvestasi dalam pembangunan, dan saling peduli.
Paus mengimbau semua orang yang memegang posisi tanggung jawab politik di dunia kita untuk tidak menyerah pada logika ketakutan tetapi menggunakan sumber daya kita untuk membantu mereka yang membutuhkan,
"Untuk memerangi kelaparan dan mendorong inisiatif yang mempromosikan pembangunan. Ini adalah 'senjata' perdamaian: senjata yang membangun masa depan, alih-alih menabur benih kematian!”
Semoga semua yang terlibat, katanya, melanjutkan upaya menuju “perdamaian yang adil dan abadi.”
Dengan suaranya yang lembut dan tak kenal lelah, Paus Fransiskus mengingatkan dunia akan persaudaraan manusia dan keadilan sosial, bersaksi, sampai akhir, dengan teladan- Nya, tentang kedekatan dengan yang termiskin, yang terlupakan, yang terpinggirkan.
Paus dengan penuh tekad, selalu mencari dialog dan perdamaian. Bapa Suci yang “datang dari ujung dunia” memberi visi kepada siapa saja, di mana seluruh umat manusia dipeluk dalam satu pelukan.
Oleh karena, Paus Fransiskus selalu mengatakan, semua manusia diciptakan dengan harkat dan martabat yang sama. Maka semua adalah saudara (Fratelli tulli). Satu saudara yang tinggal dan hidup di dunia yang sama yang harus dijaga dan dipelihara (Laodato Si). (SG-1)