SOKOGURU, KABUPATEN BOGOR- Di lahan bekas tambang batu gamping dan tanah liat, di Pabrik Narogong, Jawa Barat, kini menjadi kawasan hijau yang produktif.
Hingga 2024, tercatat 109,02 hektare (ha) lahan bekas tambang batu gamping dan tanah liat telah direklamasi dengan lebih dari 120 ribu pohon, mencakup jenis jati, trembesi, kayu putih, sengon, mahoni, merbau, dan jabon.
Di sekitar area pabrik Naragong itu, bahkan sejak 2021 sudah ada UMKM yang menjual aneka produk dari bahan serai wangi.
Corporate Secretary PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG), Vita Mahreyni, mengatakan, anak perusahaan SIG yakni PT Solusi Bangun Indonesia Tbk telah berhasil menyulap lahan pascatambang tersebut.
Baca juga: Rumah BUMN SIG Rembang Tempa Batik Sekar Mulyo Hingga Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah
“Reklamasi dan revegetasi itu merupakan wujud nyata tanggung jawab perusahaan dalam memulihkan fungsi lingkungan dan menjaga keanekaragaman hayati,” ujarnya dalam keterangan resmi Kementerian BUMN, Rabu, 23 April 2025.
Vita mengatakan pihaknya terus meneguhkan komitmennya dalam mewujudkan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
“Program reklamasi dan revegetasi lahan pascatambang merupakan bentuk tanggung jawab Perusahaan untuk menjaga kelestarian bumi dengan memulihkan fungsi lingkungan dan melindungi keanekaragaman hayati,” imbuhnya.
Selain itu, sambung Vita, SIG juga menghadirkan pendekatan inovatif melalui budidaya serai wangi di area seluas 10 ha di Pabrik Narogong.
Baca juga: PT SIG Perkenalkan Green Cement, Solusi Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Inisiatif tersebut menjadi bagian dari Sistem Reklamasi Tambang yang Berdampak Sosial dan Berkelanjutan, yang turut menggandeng masyarakat setempat.
“Rekomendasi budidaya serai wangi ini berasal dari riset yang dilakukan oleh Irdika Mansur, Peneliti Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB sekaligus Direktur SEAMEO Biotrop (Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology),” tambahnya.
SEAMEO Biotrop adalah sebuah lembaga regional yang memiliki mandat penelitian, peningkatan kapasitas, dan diseminasi informasi di bidang biologi tropika. Lembaga ini berlokasi di Tajur, Kota Bogor, dengan kampus utama seluas 12 ha.
Lebih lanjut, Vita menjelaskan, berdasarkan soil mapping tahun 2018, serai wangi terbukti cocok tumbuh di berbagai jenis tanah dan membantu mencegah erosi.
Baca juga: Bio Farma dan Wanadri Tanam Ribuan Pohon Mangrove di Pantai Pondok Bali, Subang
Sejak 2020, tanaman ini menjadi pilihan utama karena minim perawatan dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Sehingga nilai tambah dari budidaya serai wangi pun dimaksimalkan.
Kelompok perempuan Pusaka
Melalui kelompok perempuan lokal Perempuan Sadar Berkarya (Pusaka), serai wangi diolah menjadi berbagai produk minyak atsiri dengan merek SIJEBI sejak 2021.
Produk olahannya meliputi minyak esensial, hand sanitizer, karbol, minyak pijat, minyak angin, minyak telon, hingga sabun cuci tangan.
Proses produksi dilakukan di fasilitas penyulingan dengan teknologi distilasi uap berkapasitas 1,2 ton serai wangi. Adapun kapasitas panen saat ini berkisar 3–5 kg per hektare.
Bahkan limbah sisa tanaman tak terbuang sia-sia, bisa dimanfaatkan sebagai pakan untuk program penggemukan sapi di kandang komunal.
Seluruh kegiatan budidaya itu melibatkan sedikitnya 34 petani dan masyarakat di ring 1 wilayah Pabrik Narogong.
Mereka terlibat dalam berbagai aspek, mulai dari pembibitan, penanaman, penyulingan, hingga pengolahan produk akhir.
Pasar produk SIJEBI kini tak hanya terbatas di Kabupaten Bogor. Lewat platform digital, SIJEBI berhasil menembus pasar nasional, termasuk wilayah Jabodetabek, Bandung, Jawa Timur, hingga Kalimantan.
Tak hanya konsumen, para peneliti dan akademisi dari dalam dan luar negeri,termasuk dari SEAMEO Biotrop Filipina kerap mengunjungi sentra produksi SIJEBI sebagai bahan studi.
Promosi produk SIJEBI juga aktif dilakukan lewat berbagai ajang bergengsi, seperti Bazar UMKM Indonesia di Sarinah Jakarta (2024), Konferensi Nasional Minyak Atsiri di IPB International Convention Center (2024), hingga event internasional IFSC di Senayan Jakarta (2023).
SIG bahkan turut memperkenalkan produk tersebut sebagai souvenir kepada tamu mancanegara, memperluas eksposur global atas keberhasilan program pascatambang berkelanjutan.
Vita menyebutkan kelompok Pusaka mencatatkan pendapatan sebesar Rp227 juta dari penjualan produk SIJEBI sepanjang 2024, naik 17% dari Rp193 juta di 2023, dan melonjak 490% dibandingkan baseline tahun 2021 yang sebesar Rp38,41 juta.
“Program ini adalah terobosan dalam pengelolaan lahan pascatambang, dengan membangun rantai nilai dari kegiatan reklamasi yang memberikan dampak sosial dan ekonomi secara berkelanjutan.
"SIG dan entitas bisnisnya berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan program tanggung jawab sosial dan lingkungan yang inovatif sehingga manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh para pemangku kepentingan,” ujar Vita Mahreyni. (SG-1)