SOKOGURU, JATINANGOR- Dedikasi dan inovasi mampu mengantarkan karya ilmiah menembus panggung internasional. Hal itulah yang diperoleh Dr. Buntora Pasaribu, dosen High Quality Talent (HQT) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran (Unpad).
Dari kerja senyap di laboratorium hingga riset lapangan yang penuh tantangan, dosen tetap nonPNS itu berhasil menembus persaingan global dan meraih Young Researcher Award (YRA) 2025 untuk kategori dosen.
Buntora menjadi periset terbaik dan meraih penghargaan prestisius dari Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) yang bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Baca juga: Mahasiswa Magister Unpad, Sugeng, Raih DPD RI Awards 2025, Kembangkan Desa Wisata Nglanggeran
Demikian keterangan resmi Direktorat Pemasaran Unpad yang diterima Sokoguru, Rabu, 17 Desember 2025.
Kepala BRIN, Prof. Arief Satria menyerahkan penghargaan tersebut pada Puncak Penganugerahan Young Researcher Award 2025 di Ball Room BRIN, Jakarta, Selasa, 16 Desember 2025.
Acara tersebut sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi para periset muda Indonesia yang telah membuktikan bahwa kerja ilmiah yang konsisten mampu menembus batas pengakuan nasional dan internasional.
Sebelum kembali ke tanah air, Buntora bekerja sebagai postdoctoral associate di Amerika Serikat, melanjutkan riset pemenang Wolf Prize, yang dikenal sebagai Nobel Prize bidang Pertanian, dengan misi memetakan kode genetik tanaman air untuk energi terbarukan.
Keberhasilannya kini telah dipublikasikan di jurnal ilmiah bergengsi dunia, menjadi modal berharga yang memperkaya riset kelautan dan energi terbarukan di Indonesia.
Dengan total sekitar 14.000 peneliti muda Indonesia pada tahun 2020, YRA 2025 berhasil menarik ratusan pendaftar dari dalam dan luar negeri sebelum akhirnya mengerucut pada 23 finalis terbaik, yang berasal dari sektor krusial pertanian, kesehatan, pangan, energi, dan lingkungan.
Baca juga: CESS Unpad akan Terbitkan Buku Hasil Dokumentasi Kekayaan Fauna di Kawasan Utara Kampus Jatinangor
Keunggulan Buntora terletak pada konsistensinya mengembangkan riset kesehatan laut Indonesia melalui pendekatan molekular dan multidisipliner, yang mengaitkan isu energi, sumber daya air, polusi, hingga sekuester karbon laut.
“Pendekatan lintas-organisme dan multidisipliner itu membuka perspektif baru dalam memahami respons dan adaptasi ekosistem laut dangkal, sekaligus memperkuat posisi riset kelautan Indonesia di tingkat nasional dan internasional,” ujar Buntora, seperti dikutip Kanal Media Unpad.
Setelah melewati tiga tahap seleksi yang ketat, capaian itu menjadi pengakuan atas ketekunan dan arah riset yang dibangun secara berkelanjutan.
Bagi PPI, kontribusi ilmiah Buntora mencerminkan wajah baru riset Indonesia yang kritis, kolaboratif, dan relevan dengan tantangan masa depan.
Prestasi dosen tersebut bukan menjadi sekadar kebanggaan Unpad, tetapi juga inspirasi bagi generasi peneliti muda Indonesia, sekalogus menegaskan, riset inovatif dan berdampak mampu membawa Indonesia bersinar di panggung dunia.
Buntora yang fokus pada biosistem laut dangkal di departemen ilmu kelautan, menyatakan riset yang nobel harus didukung infrastruktur, tim, dan sistem yang bagus. Tanpa itu, periset tidak dapat membuat hal-hal yang baru.
Di Indonesia, kesempatan untuk menjadi nobel person sangatlah tinggi karena kompleksitas lingkungan dan sistem sosial. (SG-1)