SOKOGURU, JATINANGOR- Universitas Padjadjaran (Unpad) dalam waktu dekat akan menerbitkan buku berjudul Biodiversity Fauna Kawasan Unpad Jatinangor.
Buku yang disusun oleh Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad itu telah melalui proses revisi berdasarkan masukan dari para editor, yakni Prof. Dr. Erri N. Megantara dan Prof. Johan Iskandar, M.Sc., Ph.D., dan tengah diajukan untuk memperoleh ISBN sebelum diterbitkan oleh Unpad Press.
Baca juga: Unpad Gelar Kegiatan ‘Level-Up’ , Bekali Calon Wisudawan Agar Lebih Kompetitif di Dunia Kerja
Demikian disampaikan Dr. Susanti Withaningsih, M.Si yang menyusun buku tersebut, dalam keterangan resmi Unpad yang diterima Sokoguru, Sabtu, 25 Oktober 2025.
“Selama bertahun-tahun, hasil pengamatan lapangan Unpad memiliki kekayaan fauna yang cukup tinggi, namun informasi itu belum pernah terdokumentasi secara menyeluruh,” paparnya, seperti dikutip Kanal Media Unpad, Jumat, 24 Oktober.
Buku yang memuat hasil dokumentasi 115 jenis satwa yang hidup di Kawasan kampus bagian utara Unpad Jatinangor itu menjadi langkah strategis Unpad dalam memperkuat komitmen terhadap prinsip Green Campus serta mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-15, Life on Land.
Baca juga: Unpad Cari Calon Anggota MWA dari Unsur Masyarakat, Pendaftaran 13–27 Oktober 2025
Susanti tidak seorang diri menyusun buku tersebut, tetapi bersama peneliti dan asisten peneliti di Center for Environment dan Sustainability Science (CESS) Unpad, yaitu Fakhrur Rozi dan Bilhaq Fahmi Ilmi.
Mereka menyusun buku tersebut sebagai upaya menggali dan merekam kekayaan fauna yang hidup di kawasan kampus.
Menurut Susanti, penyusunan buku dilakukan melalui kolaborasi antara dosen, mahasiswa, peneliti, dan alumni yang tergabung dalam Departemen Biologi FMIPA, Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio), serta CESS Unpad.
Baca juga: Fakultas Pertanian Unpad Hasilkan Bibit Stroberi Premium Berkelanjutan, Hasil Kerja Sama dengan JPV
Penerbitan buku itu turut didukung oleh Pusat Keselamatan, Keamanan, dan Ketertiban Lingkungan (K3L) Unpad dan Sekolah Pascasarjana.
“Buku itu memuat beragam jenis fauna meliputi 10 mamalia, 33 burung, 26 herpetofauna, dan 46 serangga,” imbuhnya.
Sejumlah di antaranya, lanjut Susanti, termasuk spesies langka dan dilindungi, seperti Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) yang berstatus critically endangered serta Elang Ular Bido (Spilornis cheela) yang tercantum dalam CITES Appendix II (tidak boleh diperdagangkan).
“Meskipun berada di kawasan pendidikan yang terus berkembang, kampus ini masih memiliki area hijau yang luas. Kombinasi vegetasi alami dan buatan menciptakan mosaik habitat yang mendukung keberadaan berbagai spesies,” jelas Susanti lagi.
Pengamatan lapangan siang dan malam
Proses penyusunan buku dilakukan melalui pengamatan lapangan siang dan malam hari dengan metode standar ekologi, seperti point count untuk burung, visual encounter survey untuk reptil dan amfibi, serta sweeping dengan insect net untuk serangga.
Data yang dikumpulkan diverifikasi melalui literatur ilmiah dan basis data biodiversitas internasional seperti IUCN Red List, CITES dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/Setjen/KUM.1/12/2018.
Lebih lanjut, Susanti menjelaskan bahwa tantangan terbesar dalam proses observasi adalah keterbatasan waktu pengamatan lapangan, terutama untuk mendeteksi spesies nokturnal seperti Kukang Jawa.
Selain itu, diperlukan ketelitian tinggi untuk memastikan akurasi identifikasi karena beberapa spesies memiliki kemiripan morfologi dan memerlukan verifikasi dari ahli taksonomi.
“Ke depan, saya berharap ada perhatian lebih besar terhadap upaya pelestarian fauna kampus. Saya juga berencana untuk bekerja sama dengan NGO dalam memasang penanda agar pergerakan dan daya jelajah kukang dapat dipantau secara berkelanjutan, sehingga keberadaannya tetap terjaga di kawasan Unpad,” ujar Susanti.
Ia menyampaikan pesan utama dari penerbitan buku itu adalah mengajak seluruh sivitas akademika dan masyarakat untuk memulai pelestarian keanekaragaman hayati dari lingkungan terdekat.
Melalui buku itu, diharapkan muncul kesadaran kolektif untuk menghargai, menjaga, dan melindungi keberadaan fauna kampus, karena keberlanjutan lingkungan bergantung pada keseimbangan ekosistemnya.
“Kita tidak harus pergi ke taman nasional untuk melihat keindahan dan pentingnya satwa liar, kampus tempat kita belajar pun menyimpan kehidupan yang luar biasa,” kata Susanti.
Setelah diterbitkan, buku itu akan tersedia bagi publik secara gratis melalui laman resmi K3L Unpad, sehingga dapat diakses oleh siapa pun yang ingin mempelajari keanekaragaman hayati di lingkungan kampus. (SG-1)