SokoKreatif

Inacraft 2025 Panggung Kerajinan Nusantara dengan Spirit Ramah Lingkungan, tidak Cuma Jual Produk

Inacraft 2025 tegaskan komitmen pada kelestarian lingkungan. Lewat program Go Green, setiap stan dilengkapi tempat untuk pilah sampah organik dan nonorganik.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
06 Oktober 2025
<p> Kepala Koordinator program Go Green Inacraft, Yanna Diah Kusumawati, mengatakan, setiap hari ada 25 anak dari Sekolah Abdi Siswa yang datang untuk belajar pilah sampah, sekaligus memberi edukasi kepada tenant dan pengunjung. (Dok. Asephi)</p>

<p> </p>

 Kepala Koordinator program Go Green Inacraft, Yanna Diah Kusumawati, mengatakan, setiap hari ada 25 anak dari Sekolah Abdi Siswa yang datang untuk belajar pilah sampah, sekaligus memberi edukasi kepada tenant dan pengunjung. (Dok. Asephi)

 

SOKOGURU, JAKARTA- Pada penyelenggaraan sebelumnya, The Jakarta International Handicraft Trade Fair (Inacraft) menghasilkan 1.200 ton sampah, namun hanya 20% yang berhasil dimanfaatkan. 

Untuk itu, pada pada pameran Inacraft October 2025 Vol.4 Youthpreneurs pada 1-5 Oktober 2025, di Jakarta International Convention Center (JICC) diperkenalkan Program Go Green dengan tagline Mencintai Bumi, Merawat Budaya.

Menurut Kepala Koordinator program Go Green Inacraft, Yanna Diah Kusumawati, Program Go Green itu dilakukan secara menyeluruh. 

Baca juga: Inacraft Beri Ruang Lebih Besar ke Pelaku Usaha Muda, 20 UMKM Tempati Area Youth Tunnel Gratis

Melalui program Go Green, lanjutnya, setiap stan peserta dilengkapi dengan tempat khusus untuk memilah sampah organik dan non-organik.

Selama lima hari event tersebut memang tampak di setiap titik pameran tersedia fasilitas pemilahan sampah organik dan anorganik.

Penyelenggara juga berupaya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan menyediakan tumbler station dan kantong belanja berbahan daur ulang. 

Baca juga: Buka INACRAFT October 2025, Mendag Busan Ajak Wirausahawan Muda Gencarkan Inovasi Produk Budaya

“Program Go Green Inacraft 2025 menjadi sorotan utama. Edukasi tentang pengelolaan sampah juga diberikan kepada peserta maupun pengunjung, sebagai bagian dari kampanye gaya hidup berkelanjutan,” ujar Yanna, seperti dikutip keterangan resmi Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi), Minggu, 5 Oktober 2025.

“Misi kita mengajak para anggota untuk peduli, mulai dari pemilihan bahan hingga proses produksinya,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Yanna yang juga Ketua Badan Pertimbangan Asephi itu menambahkan,  setiap hari ada 25 anak dari Sekolah Abdi Siswa yang datang untuk belajar pilah sampah, sekaligus memberi edukasi kepada tenant dan pengunjung. 

Baca juga: Di Hari Pertama Inacraft Oktober 2025, UMKM Mitra Pertamina Catat Transaksi Rp1,2 Miliar

Dari waste hub, setiap hari ada 10 volunteer yang bertugas di area pameran. Program Go Green itu menunjukkan kepedulian lingkungan bukan sekadar tren, melainkan komitmen bersama. 

Dukungan dari berbagai pihak, dan komunitas kreatif membuat program Go Green menjadi lebih nyata, bukan hanya seremonial. 

“Dengan langkah-langkah tersebut, pameran ini diharapkan dapat menginspirasi industri kerajinan Indonesia untuk tumbuh tanpa meninggalkan tanggung jawab ekologis,” tambah Yanna.

Penyelenggara menekankan konsep Go Green sebagai bagian dari identitas pameran, sejalan dengan tren global industri kreatif yang berkelanjutan. 

Bahan daur ulang dan pewarna alami

Sementara itu, sari sisi produk, banyak pengrajin memamerkan karya yang berbahan dasar daur ulang, mulai dari plastik, kain perca, hingga limbah kayu.

Produk-produk tersebut disulap menjadi kerajinan bernilai tinggi seperti

tas, aksesoris, hingga dekorasi rumah.

Tak hanya itu, pewarnaan alami semakin menjadi tren. Pengrajin batik dan tenun dari berbagai daerah menggunakan bahan pewarna dari tumbuhan, akar, dan buah-buahan untuk menghasilkan warna yang indah sekaligus ramah lingkungan. 

Batik Tanah Liek, Galeri Songket Warna Alam, dan Ecoprint Pesona Ratu Nusantara adalah beberapa merek yang berfokus pada pewarna alam dan ecoprint untuk produknya yang ramah lingkungan.

“Pewarna alami bukan hanya aman bagi lingkungan, tetapi juga membawa filosofi budaya lokal. Setiap warna punya makna tersendiri,” jelas seorang pengrajin tenun Buna asal Nusa Tenggara Timur (NTT)

 

Sustainability Meets Creativity

Momentum keberlanjutan di ajang Inacraft 2025 semakin kuat dengan digelarnya Craft Talk bertema Sustainability Meets Creativity. 

Diskusi tersebut menghadirkan perwakilan dari WWF, Center for Entrepreneurship, Change, and Third Sector (CECT) Universitas Trisakti, Daemeter, RSPO, hingga Control Union.

Para narasumber berbagi pengalaman mengenai penerapan sertifikasi bagi usaha kecil, strategi menjaga jejak keberlanjutan dalam produk kreatif, hingga tren konsumen yang semakin kritis menilai asal-usul produk.

Direktur Eksekutif CECT Universitas Trisakti, Maria Utha, menegaskan, prinsip keberlanjutan tidak hanya diterapkan di sektor hulu, tetapi juga dapat diwujudkan dalam produk hilir yang dekat dengan kehidupan konsumen serta memperkaya ekosistem pariwisata.

RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil), organisasi nirlaba global yang mengembangkan dan menerapkan standar global untuk minyak sawit berkelanjutan (CSPO) untuk kesekian kalianya hadir di INACRAFT. Organisasi itu menyatukan berbagai pemangku kepentingan dari seluruh rantai pasokan minyak sawit untuk menciptakan proses produksi yang

meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, satwa liar, dan masyarakat.

Melalui kolaborasi dengan sejumlah produsen dan asosiasi, Inacraft mengedukasi pengunjung tentang pentingnya standar keberlanjutan dalam industri kelapa sawit. 

RSPO hadir sebagai bukti bahwa komoditas unggulan Indonesia dapat dikelola dengan lebih bertanggung jawab, tanpa merusak lingkungan dan tetap memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Kerajinan berbasis sawit kini diarahkan untuk memenuhi standar RSPO. Dengan begitu, produk tidak hanya bernilai seni, tapi juga menjunjung keberlanjutan.

Pada perhelatan  NACRAFT on October 2025, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) menorehkan capaian penting dalam industri kreatif. 

Setelah berhasil merumuskan lilin batik berbahan dasar kelapa sawit, yang sudah diperkenalkan pada pameran Inacraft Februari 2025, FPKBL resmi meraih Sertifikasi RSPO Supply Chain Certification (SCC), yang menegaskan bahwa inovasi lokal mampu berjalan seiring dengan standar praktik global.

Tak hanya pada batik wax, FPKBL juga memperluas inovasi dengan meluncurkan produk baru berupa lilin dekoratif dan lilin aromaterapi, hasil kolaborasi dengan Daemeter. Produk-produk tersebut diperkenalkan dalam ajang INACRAFT 2025 ini.

Pencapaian tersebut merupakan hasil kerja sama lintas lembaga. WWF Indonesia bersama CECT Universitas Trisakti mendampingi proses sertifikasi, sementara Control Union berperan sebagai lembaga yang melakukan audit sertifikasi. 

“Momentum ini membuktikan bahwa keberlanjutan dapat menjadi nilai tambah bagi daya saing UMKM, tidak hanya di pasar domestik tetapi juga di kancah global,” ujar Maria.

Kehadiran produk bersertifikasi RSPO di INACRAFT menjadi simbol pertemuan antara tradisi, kreativitas, dan keberlanjutan, sekaligus menegaskan potensi kriya lokal untuk menembus pasar global.

Selain itu, Managing Director Control Union Indonesia, Gayan Wejesiriwardana, menekankan pentingnya sertifikasi bagi UMKM di sektor hilir.

Menurutnya, sertifikasi membuktikan bahwa standar keberlanjutan kini dapat diakses oleh usaha kecil. 

“Ini adalah jembatan agar UMKM naik kelas dan memperkuat kepercayaan konsumen. Kreativitas lokal kini bisa disejajarkan dengan standar global,” ujarnya.

Acara ini menjadi salah satu momentum penting di Inacraft 2025 yang menegaskan posisi UMKM sebagai pelaku utama dalam membangun industri kerajinan berkelanjutan. (SG-1)