SOKOGURU, ST.PETERSBURG- Di sela berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Uni Ekonomi Eurasia di St. Petersburg, Rusia, Indonesia menandatangani Persetujuan Perdagangan Bebas antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia (Indonesia–EAEU FTA).
Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Perdagangan RI Budi Santoso (Mendag Busan) bersama para jajaran Komisi Uni Ekonomi Eurasia, Minggu, 21 Desember 2025 waktu setempat.
Adapun Komisi Uni Ekonomi Eurasia terdiri dari Wakil Perdana Menteri Armenia Mher Grigoryan, Wakil Perdana Menteri Belarusia Natalia Petkevich, Wakil Perdana Menteri Kazakhstan Zhumangarin Serik, Wakil Perdana Menteri Kirg iztan Daniyar Amangeldiev, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexey Overchuk, dan Kepala Komisi Uni Ekonomi Eurasia Bakytzhan Sagintayev.
Penandatanganan disaksikan langsung kepala pemerintahan dari setiap negara anggota Uni Ekonomi Eurasia, termasuk Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin.
Demikian disampaikan keterangan resmi Kementerian Perdagangan, Senin, 22 Desember 2025.
Dalam kesempatan tersebut, Mendag Busan menyampaikan, salam hangat dari Presiden Prabowo dan seluruh masyarakat Indonesia.
“Indonesia-EAEU FTA bukan hanya gestur politik atau ekonomi, tetapi FTA ini menandai suatu babak baru kemitraan strategis antara Indonesia dengan Uni Ekonomi Eurasia,” tegasnya.
Baca juga: Pertemuan Bilateral Indonesia dengan Rusia dan Hong Kong, Bahas RI-EAEU FTA Hingga Aksesi ke RCEP
Selanjutnya, kedua pihak merepresentasikan mesin ekonomi dengan potensi pasar yang besar, sumber daya kuat, produk yang saling komplementer, serta dapat saling mendorong peningkatan posisi strategis dalam rantai nilai perdagangan global.
Bagi Indonesia, sambung Mendag, persetujuan itu akan menciptakan peluang perluasan pasar nontradisional di kawasan Eurasia yang memiliki populasi 180 juta penduduk dan Produk Domestik Bruto (PDB) USD2,56 triliun.
Sedangkan bagi Eurasia, Indonesia menawarkan peluang ekonomi dengan populasi 281,6 juta penduduk serta PDB USD1,4 triliun dan kelas menengah yang terus tumbuh secara eksponensial.
Baca juga: Pertemuan Prabowo-Putin Hasilkan Kesepakatan Penting, Nilai Perdagangan Indonesia-Rusia Naik
“Menindaklanjuti arahan Presiden untuk membuka pasar baru bagi pelaku usaha Indonesia, hari ini saya menandatangani persetujuan dagang bersejarah dengan Uni Ekonomi Eurasia,” imbuh Busan.
Indonesia- EAEU FTA, lanjutnya, bukan hanya tentang penurunan tarif, melainkan membangun jembatan ekonomi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Penandatanganan ini juga merupakan upaya diversifikasi pasar tujuan ekspor Indonesia, dan potensi sumber investasi baru khususnya terkait sektor manufaktur dan pertanian,” kata Mendag Busan.
Perundingan Indonesia-EAEU FTA dimulai pada 2023 dan rampung dalam waktu dua tahun. Mendag Busan menilai, capaian ini merupakan hasil kerja keras, rasa saling percaya, serta komitmen kuat seluruh pemangku kepentingan.
“Proses ini mencerminkan tekad bersama untuk memperkuat perdagangan di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah,” tuturnya.
Kemudian, Busan menjelaskan, Indonesia-EAEU FTA terdiri atas 15 bab yang mencakup, antara lain, pembukaan akses pasar barang, fasilitasi perdagangan, serta kerja sama ekonomi.
Uni Ekonomi Eurasia memberikan komitmen preferensi tarif kepada Indonesia sebesar 90,5% dari total pos tarif, atau mencakup 95,1% dari total nilai impor kawasan tersebut dari Indonesia.
“Dengan preferensi tarif hingga 90,5% dari total pos tarif Uni Ekonomi Eurasia, produk unggulan Indonesia akan memperoleh akses pasar yang lebih luas dan kompetitif.” ujarnya.
“Hal itu mendorong peningkatan ekspor sawit dan turunannya, alas kaki, tekstil dan produk tekstil, produk perikanan, karet alam, furnitur, serta produk manufaktur seperti elektronik. Preferensi dan berbagai kemudahan tersebut membuka peluang besar bagi Indonesia untuk merebut pangsa pasar dari negara pesaing,” tambah Mendag Busan.
Hadirkan berbagai peluang bisnis
Indonesia–EAEU FTA menghadirkan berbagai peluang bisnis. Untuk itu, Mendag Busan mendorong para eksportir Indonesia agar segera memanfaatkan berbagai fasilitas dalam perjanjian tersebut.
Persetujuan itu akan memberikan kepastian kerangka hukum dan transparansi bagi dunia usaha, sehingga iklim perdagangan menjadi lebih dapat diprediksi dan kondusif.
“Selain itu, Pemerintah Indonesia akan memastikan implementasi persetujuan ini berjalan efektif, transparan, dan berpihak pada dunia usaha dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” katanya lagi.
Menurut Mendag, semakin terbuka lebarnya pasar Uni Ekonomi Eurasia juga akan menjadi daya tarik bagi pelaku usaha di kawasan tersebut.
Para importir di kawasan ini akan semakin mudah memasukkan produk-produk Indonesia ke pasar Uni Ekonomi Eurasia, bahkan berpotensi menyentuh pasar wilayah sekitarnya, seperti negara-negara di Asia Tengah.
Ia juga menekankan, Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia sepakat memandang kerja sama ekonomi sebagai pilar penting dengan mendorong kolaborasi di berbagai bidang strategis. Bidang-bidang ini, antara lain, pertanian, industri, energi, transportasi, logistik, ekonomi digital, serta pengembangan rantai nilai yang berkelanjutan.
Pada kesempatan itu, Kepala Komisi Uni Ekonomi Eurasia, Bakytzhan Sagintayev, menyampaikan, pertemuan tersebut membahas sejumlah isu strategis terkait mencakup sektor perdagangan, logistik, serta berbagai bidang yang mendukung penguatan kerja sama ekonomi antara kedua pihak.
“Hari ini kami menandatangani dokumen penting, yaitu FTA antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia. Kami berharap, setelah perjanjian ini mulai diimplementasikan, perdagangan antara negara-negara kami dapat meningkat hingga dua kali lipat,” ujarnya.
Turut mendampingi Mendag Busan dalam sesi penandatanganan tersebut, yaitu Dubes RI untuk Federasi Rusia, Jose Tavares dan Staf Ahli Menteri Perdagangan RI Bidang Hubungan Internasional Johni Martha.
Johni berperan sebagai Chief Negosiator Indonesia pada perundingan Indonesia- EAEU FTA.
Dorong keterlibatan pelaku usaha
Dalam kesempatan terpisah menanggapi penandatangan tersebut, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono mendorong keterlibatan pelaku usaha dan pemangku kepentingan terkait, untuk memastikan keberhasilan implementasi FTA dan menjadikannya manfaat ekonomi yang nyata.
"Walaupun perundingan telah selesai, pekerjaan sebenarnya baru dimulai. Kolaborasi seluruh pihak dibutuhkan untuk memastikan bahwa FTA dengan Uni Ekonomi Eurasia dapat dimanfaatkan secara optimal dan berbagai tantangan implementasi dapat diatasi secara efektif," tambahnya.
Perdagangan RI-Uni Ekonomi Eurasia
Total perdagangan Indonesia dengan Uni Ekonomi Eurasia pada Januar-Oktober 2025 tercatat sebesar USD4,4 miliar dengan ekspor Indonesia ke kawasan tersebut USD1,76 miliar dan impor Indonesia dari kawasan tersebut sebesar USD2,64 miliar.
Pada 2024, Uni Ekonomi Eurasia merupakan tujuan ekspor ke-24 dan sumber impor ke-17 bagi Indonesia dengan total perdagangan kedua pihak mencapai USD4,52 miliar.
Ekspor Indonesia ke kawasan tersebut sebesar USD1,89 miliar dan impor Indonesia dari kawasan tersebut sebesar USD2,63 miliar.
Produk ekspor utama Indonesia ke Uni Ekonomi Eurasia, antara lain, produk pertanian dan kehutanan seperti minyak sawit, minyak kelapa, kopi, dan produk kakao.
Sementara itu, produk utama impor Indonesia dari Uni Ekonomi Eurasia, antara lain, batu bara, pupuk kalium, gandum, dan besi baja.
Indonesia-EAEU FTA menjadi perjanjian dagang kedua yang dimiliki Indonesia dengan kawasan Eropa setelah European Free Trade Association (EFTA). Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-EFTA sendiri telah diimplementasikan sejak 1 November 2021. (SG-1)
