SOKOGURU - Menjelang pergantian tahun, banyak keluarga penerima manfaat masih rutin mengecek ponsel dan buku tabungan dengan satu harapan sederhana: bantuan yang dijanjikan negara benar-benar tiba.
Di tengah kebutuhan rumah tangga yang tak pernah menunggu, keterlambatan pencairan bansos kerap menimbulkan kecemasan, meski faktanya tidak selalu berarti bantuan itu hilang.
Dalam banyak kasus, bantuan sosial justru masih berjalan, hanya saja prosesnya membutuhkan waktu dan antrean.
Penyaluran bantuan sosial memang tidak berlangsung serentak. Pemerintah menerapkan sistem bertahap yang bergantung pada pembaruan data, validasi rekening, hingga kesiapan teknis di lapangan.
Karena itu, wajar jika satu keluarga sudah menerima bantuan, sementara tetangganya masih menunggu.
Perbedaan waktu cair bukan penanda pembatalan, melainkan bagian dari mekanisme yang berjalan.
Bagi penerima Program Keluarga Harapan atau PKH tahap keempat, proses pencairan masih tercatat aktif hingga akhir Desember.
Meski sebagian besar KPM sudah menerima, sistem menunjukkan masih ada rekening yang berada pada tahap pengecekan dan instruksi pencairan.
Untuk pemegang KKS lama dengan status kepesertaan aktif dan data valid, peluang menerima bantuan tetap terbuka sebelum tutup tahun.
Situasi serupa juga terjadi pada Bantuan Pangan Non Tunai atau BPNT. Penyaluran bantuan ini belum mencapai seratus persen karena mengikuti jadwal termin yang telah ditetapkan.
Di banyak wilayah, perbedaan waktu pencairan antarwarga sering disalahartikan sebagai kendala serius, padahal sebenarnya hanya soal urutan proses.
Sementara itu, bagi pemegang KKS baru, prosesnya cenderung lebih panjang. PKH dan BPNT untuk kelompok ini mencakup beberapa tahap sekaligus, mulai dari tahap dua hingga empat.
Aktivasi kartu dan penyesuaian data menjadi alasan utama mengapa pencairannya tidak bisa disamakan dengan penerima lama, meski tetap tercatat dalam sistem bantuan berjalan.
Selain bantuan tunai, bantuan berbentuk barang seperti beras dan minyak goreng juga masih didistribusikan di sejumlah daerah.
Karena melibatkan logistik fisik, penyalurannya sangat bergantung pada kesiapan gudang, transportasi, dan kebijakan lokal.
Di beberapa wilayah, musyawarah warga dilakukan untuk menyesuaikan pembagian agar bantuan bisa dirasakan lebih merata, terutama bagi keluarga yang dinilai layak meski belum terdaftar sebagai penerima utama.
Di sektor pendidikan, Program Indonesia Pintar atau PIP masih berada pada termin ketiga yang berlangsung di bulan Desember.
Meski belum seluruh siswa menerima, proses penyaluran masih berjalan. Orang tua dan peserta didik disarankan aktif memantau informasi sekolah dan rekening masing-masing agar tidak melewatkan pencairan.
Bantuan Atensi YAPI untuk anak yatim piatu juga tercatat sudah masuk ke rekening sebagian besar penerima dengan nominal Rp600.000.
Penyalurannya ditargetkan rampung sebelum 31 Desember, sehingga bagi yang belum menerima, masih ada peluang dalam sisa waktu akhir tahun.
Sementara itu, BLT Kesra tahap kedua dengan nominal Rp900.000 masih berada pada tahap proses.
Laporan pencairan memang belum banyak, namun dorongan percepatan terus dilakukan.
Di beberapa daerah, kendala teknis, termasuk sistem pengantaran tertentu, berpotensi membuat pencairan bergeser ke awal Januari.
Jika hingga akhir Desember bantuan belum juga diterima, penyebabnya umumnya berkaitan dengan data yang perlu disinkronkan ulang.
Kondisi ini bukan akhir dari segalanya, karena peluang pencairan di periode berikutnya masih terbuka selama status kepesertaan tetap aktif.
Di tengah penantian, satu hal yang penting diingat publik: bantuan sosial adalah proses panjang yang tidak selalu rapi, namun tetap bergerak, meski pelan. (*)