Pertanian

Uskup Agung Merauke: Cetak Sawah Proyek Memanusiakan Rakyat Papua

Semua kebaikan termasuk upaya membangun cetak sawah harus diterima sebagai kebaikan yang mendapat restu dari Tuhan. Jangan sampai, kebaikan itu malah menimbulkan keburukan akibat. mendapat penolakan dengan alasan yang tidak rasional.


 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
27 September 2024
Uskup Agung Mandagi, mengatakan, pertanian adalah sektor yang berkaitan erat dengan kebutuhan pokok sehari-hari, yaitu makanan. Karena itu, apa yang dicanangkan pemerintah melalui cetak sawah memiliki tujuan yang sama dengan hukum agama yang masyarakat Papua anut. (Dok.Kementan)

PROYEK cetak sawah yang akan dilakukan pemerintah RI pada 2025 merupakan proyek kemanusiaan bagi masyarakat papua yang selama ini memiliki tanah subur namun belum dikelola secara baik.
 

Uskup Agung Kabupaten Merauke, Papua Selatan, Mgr. Petrus Canisius Mandagi mengatakan hal itu di Merauke,  Rabu (25/9).

 

Untuk itu, lanjutnya, ia sangat mendukung upaya cetak sawah tersebut, terutama di Tanah Papua Selatan.


Baca juga: Cetak Sawah Penting untuk Ketahanan Pangan di Tengah Pertumbuhan Penduduk

 

Menurut Mgr.Mandagi, pertanian adalah sektor yang berkaitan erat dengan kebutuhan pokok sehari-hari, yaitu makanan. Karena itu, apa yang dicanangkan pemerintah melalui cetak sawah memiliki tujuan yang sama dengan hukum agama yang masyarakat Papua anut.

"Saya dukung program ini 100% karena disitu ada tujuan memanusiakan orang dengan pertanian. Maka kami dari gereja-gereja juga punya tujuan yang sama yaitu memanusiakan orang, bukan mengkotak-kotakan orang. Orang itu harus selaras dengan hukum kemanusiaan yang kita anut," imbuhnya.

 

Uskup Mandagi pun meminta agar pemerintah secara masif melakukan sosialisasi dan pendekatan kemanusiaan. Jangan sampai, kata dia, program yang sudah bagus itu malah diprovokasi oleh segelintir orang yang tidak paham akan pentingnya kesatuan dan persatuan bangsa sesuai pancasila yang diwariskan para pendahulu untuk memberi keadilan pada masyarakat papua.
 

Aca juga: Peneliti Padi Arkansas Sebut Program Cetak Sawah Langkah Rasional untuk Swasembada


"Kadang-kadang ada aktivis yang belum mengerti apa itu pancasila karena menilai cetak sawah ini dari satu sisi. Padahal ini adalah proyek pancasila karena disitu ada kemanusiaan. Jadi menurut saya pemerintah perlu melakukan lebih banyak sosialisasi supaya orang baik kita perbanyak dan orang jahat kita singkirkan," katanya.

Kendati begitu, Uskup Agung Mandagi meminta agar pemerintah betul-betul merealisasikan cetak sawah ini hingga tuntas 100% dan menjadikan tanah papua sebagai tanah paling subur di Indonesia.
 

"Saya sudah katakan ini adalah program bagus namun harus ada bukti. Karena kenapa? Orang Papua ini sudah banyak makan janji sehingga janji yang ini harus betul-betul dikerjakan," katanya.
 

Baca juga: Presiden Jokowi: 31 Pompa di Kota Waringin Timur Baru Bisa Mengairi 435 Ha Sawah


Namun disisi lain, Uskup Agung Mandagi meminta masyarakat Papua menerima apa yang sudah digariskan Tuhan melalui program cetak sawah. Jangan sampai, kata dia, masyarakat berkonflik karena tanah yang digarap malah dihalang-halangi.

"Menurut saya, Ini tanah milik Tuhan Allah dan orang papua menyerahkan tanah tuhan ini untuk kepentingan masyarakat banyak. Kenapa? Ini Proyek kemanusiaan dan ini harus berdampingan dengan tuhan," katanya.

Mengenai hal ini, Uskup Agung Mandagi merasa yakin masyarakat Papua menyambut baik program yang dijalankan ini. Tapi dia ingin, pemerintah juga memberi kepastian agar masyarakat di sana diberdayakan sesuai dengan kearifan lokalnya.

"Saya pastikan orang papua pasti mendukung jika perusahaan-perusahaan atau proyek-proyek yang ada di sana bertujuan memanusiakan. nah jangan sampai masyarakat tidak dilibatkan," katanya.

Lebih lanjut, Uskup Mandagi mengatakan, semua kebaikan termasuk upaya membangun cetak sawah harus diterima sebagai kebaikan yang mendapat restu dari Tuhan. Jangan sampai, kebaikan itu malah menimbulkan keburukan akibat mendapat penolakan dengan alasan yang tidak rasional.


"Seperti apa kata Gus Dur yang selalu saya ingat. Dia katakan, kalau kita berbuat baik, orang tidak akan bertanya soal agama kita. Orang tidak akan bertanya kepada saya atau Bapak, asal kita berbuat baik," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Pendeta Petrus mengatakan perhatian pemerintah terhadap masyarakat adat. Salah satunya dengan menjaga lingkungan dari kerusakan. Sebab, alam yang sudah bagus ini harus diolah untuk kebermanfaatan.

"Proyek ini harus memperhatikan alam, jangan menghancurkan adat yang ada di sana, jangan menghancurkan alam yang ada di sana. Justru kita harus memeliharanya. Karena seringkali orang Papua merasa, Ini punya kami, tidak usah ada yang mengolah. Tapi kan itu salah. Tuhan menciptakan alam ini supaya dikelola," katanya.

Sebelumnya, diketahui, pemerintah berencana melakukan proyek cetak sawah 1 juta ha di Kabupaten Merauke. Program ini perlu dilakukan untuk membuat Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Selain cetak sawah, pemerintah juga tengah melakukan program optimalisasi lahan rawa sebagai upaya meningkatkan produksi.

 

Hingga September 2024, realisasi pada program tersebut telah mencapai 95% dari target penggarapan 40 ribu ha lahan yang berlokasi di Kabupaten Merauke, Papua Selatan. Dari jumlah tersebut, 30 ribu di antaranya dalam masa pertanaman. (SG-1)