Pertanian

Shindy Soge Sukses Lestarikan Pangan Lokal di Tengah Perubahan Iklim

Di tengah perubahan iklim yang semakin tidak menentu, Shindy Soge berhasil menggerakkan komunitasnya dengan inovasi berkelanjutan untuk menghadapi tantangan ini.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
08 Agustus 2024
Shindy Soge, seorang pejuang pangan lokal dari Desa Hewa di Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menjadi pelopor dalam melestarikan dan mempromosikan pangan lokal. (SG/Fajar Ramadan) 

SHINDY Soge, seorang pejuang pangan lokal dari Desa Hewa di Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menjadi pelopor dalam melestarikan dan mempromosikan pangan lokal di wilayahnya selama bertahun-tahun. 

 

Di tengah perubahan iklim yang semakin tidak menentu, Shindy berhasil menggerakkan komunitasnya dengan inovasi berkelanjutan untuk menghadapi tantangan ini.

 

Dalam sebuah diskusi yang disiarkan langsung melalui Instagram Live bertajuk "Peran Hutan dalam Menjaga Keanekaragaman Pangan Lokal dan Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim" pada Rabu (7/8), Shindy berbagi pengalaman.

 

Baca juga: UKM Pangan Award 2024: Tingkatkan Daya Saing dan Jaring Produk Pangan Lokal Inovatif

 

Ia juga memaparkan langkah-langkah konkret yang telah diambilnya untuk melindungi dan mengembangkan pangan lokal. 

 

Acara ini diselenggarakan Fun Hutan sebagai bagian dari peringatan Hari Hutan Nasional dengan tema "Jaga Hutan, Jaga Iklim."

 

Pangan Lokal sebagai Warisan Leluhur

 

Bagi Shindy, pangan lokal bukan sekadar makanan, melainkan warisan yang telah diturunkan oleh leluhur dari generasi ke generasi. 

 

"Pangan lokal itu adalah pangan yang kita konsumsi setiap hari, yang mana pangan ini kita budidayakan sesuai tradisi dan kearifan lokal. Pangan ini adalah warisan dari leluhur," tutur Shindy.

 

Ia percaya bahwa pangan lokal dapat tetap tumbuh dalam berbagai kondisi iklim yang kini tak menentu. 

 

Baca juga: ID FOOD - NFA Berkolaborasi Kembangkan Pangan Lokal

 

Meskipun produktivitasnya menurun, pangan lokal tetap kaya gizi dan dapat mengurangi jejak karbon karena distribusi yang lebih pendek.

 

Jaga Keberlanjutan di Tengah Perubahan Iklim

 

NTT, sebuah provinsi di Indonesia yang rentan terhadap perubahan iklim, menghadapi tantangan seperti kekeringan berkepanjangan dan ketidakpastian musim tanam. 

 

Di Desa Hewa, masyarakat percaya bahwa benih yang mereka gunakan adalah warisan dari leluhur dan sudah bersahabat dengan kondisi iklim setempat. 

 

"Meskipun iklim berubah, benih ini tetap bisa tumbuh, walau produktivitasnya mungkin menurun," ujar Shindy. 

 

"Di Desa Hewa, ada 17 jenis padi yang bisa kami tanam. Jadi, jika satu jenis gagal, kami masih punya alternatif benih lain yang sesuai dengan kondisi iklim saat itu," papar Shindy

 

Edukasi dan Inovasi untuk Masa Depan

 

Sebagai titik temu masyarakat dalam gerakan pangan lokal dan jaga bumi, melalui Local Champion Pangan Baik, Shindy terus melakukan berbagai inisiatif yang melibatkan masyarakat sekitar.

 

Baca juga: Lembah Tumaritis Pasir Impun, Sulap Lahan Sitaan Jadi Pusat Ketahanan Pangan

 

Edukasi untuk mengonsumsi pangan lokal dan membeli langsung bahan pangan dari petani terdekat kini menjadi suasana baru yang terus dibangun di Desa Hewa. 

 

Masyarakat didorong untuk memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayuran dan hortikultura lainnya yang membantu mengurangi dampak perubahan iklim dan meningkatkan kemandirian pangan.

 

"Kami selalu mengajak masyarakat untuk tanam apa yang kita makan, dan makan apa yang kita tanam," ungkapnya. 

 

Upaya ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga mengurangi jejak karbon dan biaya transportasi karena pangan diproduksi dan dikonsumsi secara lokal. 

 

Pengetahuan ini pun diwariskan oleh para penggerak Local Champion Pangan Baik mulai dari anak-anak belia demi mencetak masyarakat yang sadar akan pangan dan iklim.

 

Bangun Potensi Wirausaha Hijau

 

Shindy juga mendorong masyarakat untuk mengembangkan potensi wirausaha hijau yang berbasis pangan lokal.

 

 "Usaha yang kami buat di sini tidak hanya memikirkan omzet, tetapi juga kontribusi terhadap alam," ujarnya. 

 

Dengan mengajak berinovasi dalam pengolahan pangan lokal, seperti membuat variasi rasa pada rebusan pisang dan pengolahan sorgum, Shindy berharap pangan lokal berterima dengan cita masyarakat,

 

Dengan begitu,  masyarakat tidak ketergantungan pada pangan yang bukan berasal dari tempat mereka tinggal.

 

Harapan untuk Generasi Muda

 

Shindy berharap bahwa edukasi tentang pangan lokal bisa terus berlanjut dan diteruskan kepada generasi muda. 

 

"Kami sering mengajar anak-anak tentang pentingnya pangan lokal dan perubahan iklim. Dengan demikian, mereka akan tertarik dan menghargai pangan lokal," kata Shindy.

 

Melalui kerja kerasnya, Shindy telah membuktikan bahwa dengan membawa pangan lokal.

 

Ia turut mengajak masyarakat berkontribusi dalam mengatasi tantangan perubahan iklim sekaligus meningkatkan kesejahteraan baik secara ekonomi maupun lahir. 

 

"Ketika alam memberikan yang terbaik, kita juga harus memberikan yang terbaik untuk alam," tutup Shindy. (Fajar Ramadan/SG-2)