DI tengah gemuruh perubahan, Lembah Tumaritis di Kelurahan Pasir Impun, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung, telah menjelma menjadi ikon kemandirian pangan dan pemberdayaan masyarakat.
Dulu lahan ini hanyalah bekas sitaan narapidana korupsi yang dibiarkan terlantar, kini berubah menjadi pusat pertanian terintegrasi berkat inisiatif pemuda setempat melalui program Buruan Sae.
Program Buruan Sae yang berarti halaman atau pekarangan sehat dan alami, mengubah lahan terbengkalai menjadi oasis hijau yang produktif.
Baca juga: Berkat Program Buruan Sae, Kota Bandung Jadi Tuan Rumah ASEAN Summer School
Lembah Tumaritis kini dipenuhi dengan green house, rumah maggot, kolam ikan, dan berbagai jenis tanaman.
Dua saung indah juga didirikan sebagai tempat pengunjung menikmati pemandangan Pasim yang kini memukau.
Perjalanan Menuju Kemandirian
Andri Rohendi, 27, adalah salah satu sosok kunci di balik perubahan ini. Sebelum bergabung dengan Buruan Sae, Andri pernah mencoba beternak merpati namun gagal.
Ia berjuang keras, mengunjungi dinas-dinas pemberdayaan, termasuk balai benih, untuk mencari bantuan.
Baca juga: Hasil Panen Program 'Buruan Sae' Masuk Restoran dan Supermarket
Di sanalah ia mendapat saran yang mengubah hidupnya: "Kalau mau benih, bikin Buruan Sae, baru balik lagi ke sini."
Dengan tekad kuat, Andri pulang dan mengajukan gagasan mendirikan Program Buruan Sae di RW 05 Kelurahan Pasir Impun kepada Deni Sugandi, 43, seorang warga yang mendukung kegiatan pemuda.
Kolaborasi manis ini juga melibatkan Sopandi, 33, yang bersama-sama mengincar lahan pemkot yang terbengkalai akibat kasus korupsi. Pada November 2023, mereka mulai mendirikan Buruan Sae di lahan tersebut.
Memanfaatkan Potensi Alam
Lembah Tumaritis yang strategis berada di pinggir sungai memanfaatkan potensi air yang melimpah untuk kolam ikan dan berbagai proyek lainnya.
Karang taruna yang awalnya hanya meminta bantuan, memutuskan untuk mandiri dan mendirikan usaha pada Agustus 2023.
Perizinan didapat pada September, dan meski awalnya terdiri dari 4-5 orang, kini hanya lima orang yang tetap berkomitmen.
Desember 2023 menandai selesainya pembangunan rumah maggot dan dimulainya produksi pada Januari 2024.
Karang taruna tetap menjadi penggerak utama dengan pemasaran yang dilakukan oleh mereka di RW 05 dan RT 06. Hasil alam dari Buruan Sae dijual kepada warga, sebagian diberikan gratis.
Produksi utama adalah kangkung, serta tanaman lain seperti sosin, terong, cabe rawit, ronen, toga, dan berbagai jenis ikan seperti nila merah, nila nirwana, bawal, dan lele.
Partisipasi Masyarakat dan Dampaknya
Kesadaran masyarakat dalam memilah sampah meningkat berkat program ini. Warga RW 05 Kelurahan Pasir Impun kini aktif memisahkan sampah organik dan non-organik.
Sampah organik yang terkumpul diolah menjadi pakan maggot, yang kemudian dijadikan pupuk atau pakan ikan. Hasilnya, lingkungan sekitar menjadi lebih bersih dan sehat.
Rumah maggot menjadi pusat pengolahan sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar. Setiap hari, sekitar 3 kilogram maggot diproduksi dengan total 150 kilogram maggot per bulan.
Baca juga: Warga Kota Bandung Tuai Panen dari Program 'Buruan Sae' di Kelurahan Jatihandap
Maggot ini tidak hanya digunakan sebagai pakan ikan, tetapi juga dijual untuk mendapatkan tambahan penghasilan.
Program Buruan Sae ini mendapat bantuan dari Corporate Social Responsibility (CSR) Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung serta kelurahan.
Produksi maggot mencapai 150 kg per bulan dengan harga jual Rp 5000 - Rp 7000 per kg. Meski menghadapi kendala keterbatasan sumber daya manusia, dengan hanya empat orang yang mengelola, semangat gotong royong tetap menyala.
Tujuan Besar dan Masa Depan Cerah
Tujuan utama proyek ini adalah menjadi ekowisata dan pusat edukasi, serta mendukung ketahanan pangan setiap kampung.
Mereka berencana membuat taman edukasi di mana produk lokal seperti kue dan puding akan diambil dari warga setempat.
Buruan Sae juga menjadi tempat belajar bagi anak-anak dari TK hingga perguruan tinggi.
Baru-baru ini, mahasiswa dari Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung dan anak-anak PAUD mengunjungi lokasi ini untuk belajar tentang pengelolaan sampah dan pertanian terpadu.
Keberhasilan Buruan Sae tidak lepas dari dukungan karang taruna seperti Aldo, ketua karang taruna, yang memiliki tujuan menciptakan ketahanan pangan di setiap kampung melalui usaha bersama yang saling mendukung.
Pembagian tugas dan tanggung jawab dengan Andri di bidang peternakan, Sopandi di pertanian, dan Deni yang bertanggung jawab atas maggot serta pemasaran di media sosial.
Program Buruan Sae di Lembah Tumaritis juga mendapat dukungan dari pemerintah kota yang memberikan lahan serta izin pengelolaan.
Dukungan ini menunjukkan sinergi antara masyarakat dan pemerintah dalam menciptakan program yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi lingkungan serta perekonomian warga.
Dengan berbagai kendala yang dihadapi, para penggerak Buruan Sae tetap optimis.
Mereka yakin bahwa dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, Lembah Tumaritis akan terus berkembang dan menjadi contoh sukses pemberdayaan masyarakat melalui pertanian terpadu dan pengelolaan sampah organik.
Buruan Sae adalah sebuah program urban farming terintegrasi yang digalakkan oleh Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung, untuk menanggulangi ketimpangan permasalahan pangan di Kota Bandung.
Program ini tidak hanya menciptakan ketahanan pangan tetapi juga memberdayakan masyarakat dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat. (Fajar Ramadan/SG-2)