PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meninjau perkebunan kopi di Desa Kambahang, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Jumat (12/7).
Kunjungan ini menjadi bagian upaya pemerintah terus memperkuat dukungan terhadap komoditas kopi Indonesia sebagai kopi terbaik dan terbesar di dunia.
"Dan kita tahu, harga kopi sekarang ini terus naik, meskipun kadang turun, tapi secara tahunan naik terus,” kata Jokowi.
Baca juga: Termasuk Negara Tujuan Ekspor, Jawa Barat Tingkatkan Ekspor Kopi dan Kako ke Filipina
“Lalu volume untuk permintaan ekspor juga naik terus. Inilah yang tadi saya sampaikan ke Pak Menteri Pertanian agar memberi perhatian pada komoditas kopi," ujarnya.
Saat ini harga komoditas kopi mencapai Rp 70 ribu per kilogram dalam bentuk kering atau green bean, sementara rata-rata produktivitas kopi petani mencapai 3 hingga 4 ton per hektare.
Terkait hal ini, Presiden ingin petani terus meningkat produksinya hingga menyentuh 8 ton perhektare agar kesejahteraannya meningkat.
Baca juga: Mendag Lepas Ekspor Kopi Senilai USD 1,48 Juta ke Amerika Serikat
"Yang paling penting adalah produktivitas per hektarnya harus naik, yang masih 1 hektar, 1 ton, 2 ton, harusnya bisa masuk ke 8 ton atau 9 ton,” tutur Jokowi.
“Tetapi ingat, ini tugas kita bersama bagaimana membuat produktivitas per hektarnya menjadi naik drastis," katanya.
Presiden mengatakan pemerintah telah menyiapkan alokasi pupuk subsidi yang kini naik 2 kali lipat dari yang tadinya 4,5 juta menjadi 9,5 juta.
Kenaikan tersebut diharapkan menjadi pemicu produksi agar mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun mancanegara.
"Dan itu bisa terjadi kalau ada perawatan yang baik, ada pupuk yang baik, ada jarak tanam yang mungkin lebih rapat sehingga produktivitas perhatiannya bisa naik,” jelasnya.
“Ingat kita memiliki 1,2 juta hektare kopi, baik Robusta maupun Arabica, di seluruh Indonesia," ucap Jokowi.
Baca juga: Menyeruput Kopi Teras Gandok di Tengah Sejuknya Gang Enom, Kota Bandung
Kendati begitu, Presiden Jokowi ingin produksi kopi yang dilakukan ini masuk pada tahap industri atau hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah atau pendapatan petani kopi itu sendiri.
Hilirisasi yang dilakukan bahkan tidak hanya dilakukan pada kopi melainkan juga komoditas coklat, kakao, sawit dan komoditas perkebunan lainnya.
"Ya harus seperti itu, harusnya semuanya tidak dalam bentuk mentahan, bahkan tidak hanya kopi, tetapi coklat, sawit dan semua komoditas perkebunan lainya," katanya.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menambahkan bahwa luas areal kopi nasional tahun 2023 mencapai 1.268.905 hektare dengan rata-rata produksinya mencapai 756.097 ton atau terbesar keempat dunia dan menyumbang 6 persen kopi dunia.
Mentan mengatakan Indonesia memproduksi 9% kopi robusta dan 9% kopi Arabika, dengan nilai ekspor tahun 2020-2022 mengalami kenaikan sebesar US$ 326.451 atau 40% dari sebelumnya US$ 821.932 menjadi US$ 1.148.383.
Sementara itu, volume ekspor naik sebesar 58.201 ton atau 15 persen dari 379.354 ton menjadi 437.555 ton.
Khusus provinsi Lampung, Amran menambahkan saat ini merupakan posisi kedua terbesar produksi kopi nasional dengan luas perkebunan mencapai 155.165 hektare atau 108.069 ton dengan dominasi kopi robusta.
"Yang menarik adalah petani kopi Lampung Barat sebagian besar menerapkan teknologi sambung pucuk pada budi daya kopi Robusta dan menghasilkan produktivitas 1,1 ton per hektare atau di atas produktivitas rata-rata Nasional 0,813 ton per hektar," jelasnya. (SG-2)