DI tengah ancaman krisis pangan dunia dan dampak el nino yang menurunkan produksi pertanian, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengupayakan ketahanan pangan dalam negeri dan mencanangkan lima tahun ke depan Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia.
“Saat ini, ada 10 negara berstatus telah kelaparan dan 59 negara hampir kelaparan. Di Indonesia selain masalah iklim, yakni el Nino juga pupuk menyebabkan penurunan produksi. Masalah itu harus dicari solusi cepat. Sebab, kalau pangan bermasalah, negara juga bermasalah,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, di Plataran, Senayan, Jakarta, Selasa (2/7).
Pada acara Investor Daily Roundtable (IDR) bertajuk "Menjaga Tata Kelola Pangan Menuju Ketahanan Pangan" itu tampil juga sebagai narasumber Direktur Utama ID FOOD Sis Apik Wijayanto. Acara dipandu oleh mantan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang juga Komisaris Utama B-Universe.
Baca juga: Tersebar di 17 Kecamatan Kementan Pastikan Program Pompanisasi di Sukabumi Lancar
Lebih lanjut, Mentan mengatakan beberapa faktor penyebab produksi padi turun, diantaranya volume pupuk dikurangi 50%, sekitar 17%-29% petani tidak punya kartu tani, petani hanya diberi pupuk 1 kali tanam, alat mesin pertanian sudah tua, kekeringan akibat el Nino, dan 60% saluran irigasi perlu direhab, serta beberapa faktor lain.
“Waktu di rapat terbatas (ratas) Februari lalu di istana bersama Presiden saya katakan, pupuk harus di tambah dan ada pompanisasi. Air kita pompa dari sungai-sungai. Kini petani mendapatkan pupuk bisa untuk 2-3 kali tanam,” jelas Amran.
Ia mengakui awalnya ditentang, tetapi karena ia turun ke lapangan dan berdialog langsung dengan petani terkait kendala, lalu semua itu disampaikannya ke Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Kementan Gandeng Himpuni Wujudkan Swasembada Pangan
“Dan Presiden setuju pupuk ditambah, anggarannya pun ditambah menjadi Rp28 Triliun. Jumlah kuantum pupuk dari anggaran 2024 yang direncanakan 4,7 ton dinaikkan menjadi 9,55 ton.
Dengan penambahan itu, sambung Amran, petani tidak perlu risau karena ketersediaan pupuk cukup. Bahkan mentan yang akan berangkat ke Merauke, Papua Selatan sehabis acara mengatakan, bulan lalu Gorontalo ekspor 50 ribu ton jagung ke Filipina.
Menuju Swasembada
Dalam rangka menuju swasembada dan lumbung pangan dunia untuk pada 2029, Mentan Amran mengatakan, pihaknya telah membuat roadmap yakni langkah-langkah yang harus dilakukan seperti upaya pompanisasi, optimalisasi waduk, mencetak sawah, dan perbaikan irigasi.
Baca juga: Pompanisasi akan Ada di Semua Provinsi yang Dilanda kekeringan pada Juli- Oktober
“Ada pakar tanya kalau sungainya kering apa yang dipompa. Saya berpikir itu pakar S3 dari mana? Tidak mungkinlah sungai kering kita pompa,” jelasnya yang disambut tawa oleh hadirin.
Lalu Amran menjelaskan yang dipompa adalah air dari sungaiseperti Bengawan Solo, Sungai Musi, Sungai Brantas. Itu pun pada awalnya terkendala oleh undang-undang.
“Dari PUPR bilang ada undang-undangnya tidak boleh memompa air sungai karena mengancam keberlanjutan biota di dalamnya. Lalu saya bilang di hadapan Presiden, mau pilih mana? manusia yang keparan atau biota sungai, lagi pula saya juga cuma pompa enam bulan ke depan, karena BMKG sudah menyurati kami akan ancaman kekeringan hingga Agustus akibat el Nino,” papar Amran lagi.
Menurut Mentan, 2024 menjadi tahun bagi Indonesia melakukan persiapan dan perencanaan yang matang. Tetapi disamping itu, pemerintah juga mulai melancarkan program pompanisasi terhadap 1 juta hektare (ha) lahan.
“2025 nanti, Indonesia akan masuk pada tahap dimana produksi beras naik sampai dengan 2,5 juta ton per tahun. Program pompanisasi masih dilanjutkan untuk 1 juta ha lahan lainnya. Sedangkan untuk menggenjot produksi beras, pemerintah RI bakal turut mengoptimalkan 61 waduk yang ada,” imbuhnya.
Mentan Amran optimistis, Indonesia bisa mencapai swasembada pangan. “Kalau 3 juta ha kita garap setiap tahun saya yakin kita bisa swasembada asalkan kita berkolaborasi. Hingga pada 2029, Indonesia diharapkan dapat menggapai cita-citanya menjadi lumbung pangan dunia untuk komoditas beras dengan target produksi meningkat sampai 12,5 juta ton,” ujarnya.
Merespon pendapat yang mengatakan hal itu tidak mudah diwujudkan, dengan enteng Menteri Amran mengatakan, sukses itu memang tidak mudah. “Yang mudah itu bangun-tidur-makan, bangun-tidur-makan, itu yang mudah. Yang susah adalah menembus cita-cita yang kita inginkan,” ujarnya.
Mengakhiri diskusi, mentan Amran mengingatkan kembali bahwa jika pangan bermasalah, negara juga akan bermasalah.
Sementara itu, Sis Apik Wijayanto, mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, impor tidak bisa dihindari. Namun begitu, ID FOOD tetap mendukung Kementan bagaimana kemandirian pangan itu bisa terjadi.
“Tugas kami dalam mendistribusikan pupuk. Yang penting kuantumnya harus terpenuhi. Kami punya cabang di seluruh Indonesia yang bisa mendistribusikan pupuk ini,” ujar Sis. (Ros/SG-2)