Pertanian

Lakukan Inovasi, Petani Muda asal Subang Olah Buah Nanas Jadi Kerupuk dan Sale

Awalnya Aas memulai usahanya dengan memproduksi kerupuk nanas, namun dengan banyaknya kompetitor, maka dirinya 'putar otak' dengan mengolah nanas menjadi kerupuk, rujak, dan sale nanaas. 

By Sokoguru  | Sokoguru.Id
15 Februari 2024
Asriyani, salah satu anggota Klaster Nanas yang fokus pada usaha olahan buah nanas di Subang, Jawa Barat. (Dok.Kementan)

DALAM upaya memajukan perekonomian dan mempermudah perputaran roda bisnis petani muda di wilayah binaan,  Kementerian Pertanian (Kementan) mulai memberlakukan sistem klaster agribisnis.

 

Salah satu klaster sukses adalah Klaster Nanas di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat (Jabar) yang  membudidayakan nanas hingga membuat produk olahan dan mengolah limbah nanas menjadi serat.

 

Sistem klaster diterapkan pada Program Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS). 

 

Baca juga: Kementan Komitmen Cetak Petani Muda sebagai Job Seeker dan Job Creator

 

Program YESS merupakan kolaborasi Kementan dengan International Fund For Agricultural Development (IFAD) sebuah lembaga dana internasional untuk pengembangan pertanian.

 

Kualitas buah nanas dari Subang sudah tidak diragukan lagi dan sudah terkenal di Indonesia dan bahkkan mancanegara. 

 

Dengan kondisi topografi Subang yang berupa dataran tinggi, nanas telah menjadi ikon Subang dan hasil budidayanya sudah dikirim ke seluruh penjuru kota.

 

Baca juga: Pertanian Jadi Fokus Utama Pemerintah, 14,3 Juta Petani dapat Pupuk Bersubsidi

 

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa upayanya membangun ekosistem baru di sektor pertanian agar anak-anak muda mempunyai ruang untuk meraih laba sehingga sektor pertanian menarik bagi generasi milenial.

 

“Saya ingin agar anak-anak muda kita juga mau melirik pertanian sebagai sektor unggulan," kata Mentan.

 

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM  Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menuturkan bahwa sekarang ini dibutuhkan sekelompok anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas tinggi untuk memajukan sektor pertanian Indonesia.

 

Baca juga: Kelompok Tani Wanita Takalar Ubah Limbah Gergaji Jadi Jamur Tiram Putih

 

"Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya sehingga pertanian ke depan menjadi pertanian modern," kata Dedi.

 

Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, menurut Dedi, juga berorientasi ekspor. Saat ini kita telah memiliki banyak petani milenial sekaligus enterpreneur di bidang pertanian.

 

Plh Direktur Politeknik Pengembangan Pertanian (Polbangtan) Bogor, Rudi Hartono mengatakan dengan dikembangkannya klaster agribisnis sesuai dengan jenis komoditas, diharapkan para petani muda dalam satu daerah yang sama dapat membentuk suatu komunitas yang bersinergi mengusung prinsip simbiosis mutualisme.

 

"Ke depan, diupayakan akan ada lebih banyak klaster yang sesuai kebutuhan dan kondisi. Kelak diharapkan bisa bekerja sama dengan stakeholders untuk mendukung pengembangan petani milenial dan wirausahawan muda pertanian," kata Rudi Hartono.

 

Asriyani, salah satu anggota Klaster Nanas yang fokus pada usaha olahan buah nanas. Aas, sapaan akrab Asriyani, saat ini mengolahnya menjadi kerupuk, rujak, dan sale nanas.

 

Aas yang bergabung dengan program YESS, awalnya menjadi penerima manfaat untuk pelatihan literasi keuangan dan kewirausahaan.

 

Setelah itu, Aas termotivasi untuk membuka usaha oleh-oleh khas daerah Subang, yakni buah nanas.

 

Awalnya Aas memulai usahanya dengan memproduksi kerupuk nanas, namun dengan banyaknya kompetitor dengan bidang usaha yang sama, Aas mulai mencari cara untuk membuat olahan buah nanas lain yang lebih unik.

 

“Saya ingin berinovasi dari produk tersebut, dengan menciptakan produk nanas yang belum ada. Umumnya nanas itu hanya rasa original, kalau pun ada rasa hanya berupa taburan bubuk," ungkap Aas.

 

Inovasi tersebut, katanya, berupa bumbu rujak nanas. Penjualannya cukup laris, karena kegiatan pemasarannya  bekerja sama dengan sejumlah toko oleh-oleh di Subang serta didukung pemasaran online.

 

Setelah produk rujak kerupuk nanas dengan merk Pinnas diterima pasar, sifat wirausaha Aas beserta suami pun penasaran untuk melakukan inovasi, guna menggoda selera konsumen, dia pun mencoba memproduksi sale nanas.

 

Aas menuangkan sebuah ide ternyata tidak mudah.  Awalnya, ia melihat peluang sale dari buah nanas, karena selama ini sale hanya terbuat dari olahan pisang. 

Aas mencoba praktik pembuatan sale nanas, memanfaatkan potensi daerah Subang, yaitu buah nanas.

 

“Awalnya nggak langsung bagus. Gagal terus. Namun kita praktik bikin terus dan Alhamdulillah menemukan resep yang pas sehingga menjadi produk sale nanas yang sekarang kita pasarkan,” ungkap Aas.

 

Aas menambahkan, bahwa produk barunya menjadi pelopor sale nanas yang pertama di Indonesia. Produksi olahan buah nanas awalnya sekitar Rp5 juta. 

 

Setelah bergabung dengan Klaster Nanas dari Program YESS, menambah jejaring pemasaran produksi Aas, omsetnya mencapai Rp20 juta setiap bulan.

 

Dia mengakui, produk kerupuk, rujak dan sale nanas banyak diminati lantaran dibanderol dengan harga terjangkau dan rasa yang ´tidak pelit bumbu´ di kisaran Rp15 ribu hingga Rp20 ribu. (SG-2)