KEGIATAN usaha penggergajian kayu banyak tersebar di daerah Bontorita, Kelurahan Manongkoki, Polongbangkeng Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Serbuk limbah dari kegiatan usaha penggerjian kayu pun bertumpuk. Selain itu, limbah serbuk kayu cukup menggangu lingkungan sekitarnya.
Salah satu warga setempat, Nurwahida Tais, merasa terusik dengan keberadaan limbah serbuk gerjian yang bertumpuk tak jauh dari tempat tinggalnya.
Baca juga: Jelang Lebaran, Kementerian Pertanian Gelar Pasar Tani
Akhirnya, Nurwahida memiliki gagasan untuk memanfaatkan limbah serbuk gerjian untuk dijadikan bahan pembuat jamur tiram putih.
Dengan merangkul kelompok wanita tani (KWT) setempat, Nurwahida mengembangkan pembuatan jamur tiram putih yang bahannya dari serbuk gergajian yang semula tak dimanfaatkan.
Berkat kegigihan dan kerja keras, KWT setempat yang menamakan diri dengan sebutan KWT Rumah Jamur Takalar berhasil mengembangkan usaha jamur tiram putih.
Baca juga: Pertanian Jadi Fokus Utama Pemerintah, 14,3 Juta Petani dapat Pupuk Bersubsidi
Tak hanya itu, KWT Rumah Jamur Takalar melakukan hilirisasi jamur tiram putih menjadi olahan makanan.
Namun dengan modal yang masih terbatas, KWT Rumah Jamur Takalar hanya mampu memproduksi 5 kg jamur per hari dari satu kumbung.
Usaha yang dikembangkan KWT Rumah Jamur Takalar akhirnya mendapat perhatian dan bantuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) melalui program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP).
SIMURP yang mendukung peningkatan produksi jamur mengusung inovasi Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) telah memberi dukungan dan bantuan kepada KWT binaan yang berada di 24 kabupaten dan tersebar di 10 provinsi.
Baca juga: Kembangkan Start-up Pertanian dan Manufaktur, Indonesia - Belanda Jajaki Kerja Sama
Berkat dukungan Program SIMURP, jumlah kumbung yang dimiliki KWT Rumah Jamur Takalar meningkat dan bertambah menjadi 10 kumbung.
Kapasitas produksi kumbung mencapai 2.500 baglog dengan hasil panen mencapai 50 kg jamur per hari.
"Selain itu, berkat pendampingan SIMURP, beberapa anggota KWT telah membangun kumbung untuk memenuhi permintaan bibit maupun produk olahan jamur setiap hari ke Makassar," kata Nurwahida.
Kini penjualan bibit jamur yang diproduksi KWT Rumah Jamur Takalar telah menembus pasar di Kota Makassar dan sejumlah kota dan kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Tak hanya itu, jamur dari Takalar juga telah dipasarkan di Kota Topoyo di Provinsi Sulawesi Barat dan Kota Poso di Provinsi Sulawesi Tengah.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP0 Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa pemberdayaan wanita tani melalui KWT seperti dilakukan SIMURP bertujuan meningkatkan skill dan pengetahuan bagi kesejahteraan keluarga petani.
"Program SIMURP membina dan optimalisasi kelembagaan wanita tani dengan pemberdayaan melalui KWT," katanya.
KWT, menurut Dedi Nursyamsi, diharapkan mengembangkan potensi wanita tani menjadi SDM mandiri dan produktif sebagai salah satu tonggak pembangunan pertanian. (SG-2)