Pertanian

Harga Tomat di Aceh Anjlok, Petani: Hasil Panen Tidak Balik Modal

Harga jual tomat di tingkat petani hanya berkisar antara Rp1.000 hingga Rp1.500 per kilogram, membuat mereka sulit untuk menutup biaya produksi

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
12 September 2024
Para petani tomat di Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, mengeluhkan harga tomat yang terjun bebas. (Ist/Pemprov Aceh)

PARA petani tomat di Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, kini menghadapi dilema besar akibat harga tomat yang terjun bebas. 

 

Harga jual tomat di tingkat petani hanya berkisar antara Rp1.000 hingga Rp1.500 per kilogram, membuat mereka sulit untuk menutup biaya produksi. 

 

Situasi ini memaksa banyak petani memilih untuk tidak lagi merawat tanaman mereka.

 

Baca juga: Peluang Bekerja di Jepang, Kota Hokota Siapkan Kesempatan Bagi Pekerja Indonesia

 

Sahara, salah satu petani tomat di Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, mengungkapkan kekecewaannya. 

 

"Biaya untuk perawatan seperti pupuk dan semprot sangat tinggi, tapi harga jualnya terlalu rendah,” jelas Sahara. 

 

“Jadi, saya sudah tidak mengurus lagi tanaman tomat ini karena hasil panen pun tidak menutupi biaya tanam," ujarnya pada Rabu (4/9) sebagaimana dilansir situs Pemprov Aceh.

 

Harga Anjlok Sejak Awal Agustus

 

Harga tomat yang terus merosot ini sudah berlangsung sejak awal Agustus. 

 

Baca juga: Saatnya Dorong Generasi Muda Terjun dan Geluti Sektor Pertanian dan Perikanan

 

Sahara menjelaskan bahwa meskipun ini adalah panen ketiganya, harga tetap tidak mengalami kenaikan yang signifikan. 

 

"Ini sudah panen ketiga, tapi harga dari toke masih saja di angka Rp1.000 hingga Rp1.500 per kilogram. Kalau begini terus, kita tidak akan bisa bertahan," tambahnya.

 

Beban Biaya yang Tidak Tertanggungkan

 

Sahara dan petani lain merasa bahwa biaya perawatan tanaman, seperti pembelian pupuk dan pestisida, tidak sebanding dengan hasil penjualan yang mereka peroleh. 

 

Kondisi ini memaksa mereka untuk berhenti merawat lahan tomat yang sebelumnya menjadi andalan penghasilan mereka.

 

Baca juga: Wamentan di Belanda Dorong Produk Pertanian RI Kuasai Pasar Dunia

 

"Kami harus mengeluarkan modal besar untuk merawat tanaman. Kalau harga tetap rendah, bagaimana kami bisa bertahan? Sudah rugi, tenaga juga hilang sia-sia," keluh Sahara. 

 

Dengan harga yang terus anjlok, masa depan para petani tomat di Aceh tampak semakin suram. 

 

Mereka berharap ada intervensi dari pemerintah atau upaya stabilisasi harga agar pertanian tomat tetap layak untuk dikelola. (SG-2)