Umat muslim di Bali punya riwayat panjang sejak masa Kerajaan Majapahit. Khususnya di daerah Gelgel. Bahkan di sana terdapat salah satu masjid tertua yang berada di Bali. Keberadaan masyarakat muslim ini telah terjalin akulturasi dan toleransi yang tinggi dengan masyarakat Hindu. Salah satu tradisi menarik menjelang Idul Adha maupun Idul Fitri dikenal dengan istilah Ngejot atau memberi makanan kepada tetangga. Tradisi ini juga dilakukan oleh masyarakat umat Hindu saat Galungan, Nyepi, dan Kuningan.
Toleransi akan keberagaman agama di Bali ini terus hidup untuk menjaga hubungan sosial yang baik dan kerukunan antar umat beragama. Tradisi saling memberi ini memiliki nilai sekaligus makna yang berharga bagi masyarakat saat ini. Berbagai aneka makanan siap saji, kue, jajanan, hingga buah-buahan menjadi bagian dari semangat memberi ini. Tentu saja, makanan ini disajikan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Misalnya, makanan sajian halal dan sehat.
Tradisi ngejot memang sudah mengakar dan menjadi simbol kerukunan, kekeluargaan dan tali persaudaraan antar umat beragama. Tak salah jika tradisi ini terus dilakukan untuk memperkuat rasa silaturahmi sekaligus kepedulian di Bali.Ada banyak nilai kebaikan dalam tradisi ngejot sehingga rasa kebersamaan tumbuh erat di Bali. Persaudaraan menjadi ujung tombak mengapa Bali tumbuh menjadi daerah dengan nilai toleransi yang tinggi.
Perbedaan tidak lantas menjadi penyekat untuk menumbuhkan persaudaraan. Tradisi ngejot pun terus dilestarikan dan dimaknai dalam keadaan apapun dan menjadi pengikat kuat bagi masyarakat di Bali saat ini.