UNTUK membahas pengembangan wisata gunung berkelanjutan di Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerja sama dengan Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) menggelar 2nd Indonesia Mountain Tourism Conference (IMTC) 2024 (2nd IMTC), di Hotel Dafam Wonosobo, Jawa Tengah, Rabu (21/8).
Acara yang dibuka oleh Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno dihadiri 100 peserta secara luring (luar jaringan) yang terdiri dari pegiat, akademisi, dan asosiasi wisata gunung di Indonesia.
Dalam sambutannya, ia mengucapkan selamat atas terselenggaranya Indonesia Mountain Tourism Conference 2024. Pendakian gunung merupakan wisata minat khusus petualangan yang digemari wisatawan dari berbagai kalangan.
Baca juga: BPS: Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Juni 2024 Naik 9,99%
“Saya berharap Indonesia menjadi surga bagi wisata pendakian gunung karena negeri ini memiliki kawasan gunung dan pegunungan yang indah,” ujarnya.
Menparekraf menambahkan di Indonesia terdapat lebih dari 400 gunung yang membentang dari Aceh hingga Papua. Sebanyak 129 di antaranya gunung api aktif , dan 20 rangkaian pegunungan masuk dalam jalur cincin api dunia dengan keragaman flora, fauna, serta budaya yang khas.
“Semoga kegiatan IMPC 2024 ini dapat sukses terselenggara. Mari kita terapkan pariwisata hijau di kawasan gunung dan pegunungan agar kegiatan ini menjadi kesempatan berbagi pengetahuan dan mempelajari praktik baru produk wisata gunung di Indonesia,” imbuh Sandiaga.
Baca juga: Kuota untuk Aktivitas Wisata Alam Perairan di Kawasan Konservasi Nasional akan Diatur
Dalam kesempatan yang sama, Rahman Muslim, Ketua APGI, Rahman Muslim, melaporkan, diselenggarakannya acara tersebut untuk memberikan pemahaman tentang pengembangan wisata gunung berkelanjutan di Indonesia.
“Harapan kami dengan adanya kegiatan gunung yang banyak dan makin diminati, wisatawannya juga makin banyak. Namun, hal ini tidak boleh membawa dampak buruk, seperti masalah lingkungan atau kebersihan yang mengotori gunung,” imbuhnya.
Pada acara yang mengusung tema Green Tourism in Mountain Tourism Region itu, akan dibahas isu mengenai penerapan prinsip wisata hijau, dekarbonasi, dan pemberdayaan SDM yang nantinya akan menjadi blueprint penerapan pariwisata hijau yang maju.
Baca juga: Netas on Java Camp 2024 Dorong Peran Komunitas Dukung Pariwisata Hijau
Sumber devisa
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu, juga berpandangan pariwisata gunung sebagai salah satu sumber devisa negara yang signifikan dan penting.
"Wisata gunung memanfaatkan kawasan geografi seperti pegunungan dengan karakteristik dan atribut yang khas, seperti lanskap, topografi, iklim, dan keragaman flora serta fauna," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa wisata gunung berkembang pesat dan menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, baik domestik maupun internasional.
Jemadu juga menyoroti pentingnya komitmen dari semua pemangku kepentingan dalam pengembangan wisata gunung yang berkelanjutan.
"Komitmen dan kontribusi optimal dari pemerintah pusat, daerah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sangat penting untuk memenuhi target wisata yang berdaya saing dan sejahtera," katanya.
Lebih lanjut, ia berpandangan bahwa konsep "Green Tourism" harus diterapkan di seluruh destinasi wisata gunung di Indonesia. Sebagai contoh, Gunung Kembang di Wonosobo telah berhasil mengimplementasikan konsep zero waste yang diharapkan dapat menjadi model bagi destinasi lainnya.
"Konferensi ini menjadi platform penting untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang praktik-praktik terbaik dalam wisata gunung," imbuh Jemadu.
Ia berharap bahwa hasil dari konferensi ini akan mendorong pengembangan wisata gunung yang berkualitas, berdaya saing, dan berkelanjutan. (Fajar Ramadan/SG-1)