Soko Lokal

Pertamina Gandeng Rimba Satwa Foundation Beri Solusi Konservasi Multispesies untuk Gajah Sumatra

Program agrosilvopastura dikembangkan dengan menanam petai dan jengkol yang tidak disukai gajah. Cara itu menjaga penghasilan warga aman dari gangguan gajah.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
26 Juni 2025
<p>Program konservasi multispesies PHR di Riau berhasil kurangi konflik manusia-gajah dan ciptakan harmonisasi lewat pendekatan edukatif dan kolaboratif. (Dok. PHR)</p>

Program konservasi multispesies PHR di Riau berhasil kurangi konflik manusia-gajah dan ciptakan harmonisasi lewat pendekatan edukatif dan kolaboratif. (Dok. PHR)

SOKOGURU, RIAU- Konflik antara manusia dan gajah pernah mewarnai wilayah operasi PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Blok Rokan. Aktivitas industri dan pembangunan yang kerap mengganggu jalur migrasi gajah, membuat mereka tersesat ke pemukiman warga.

Di tengah rimbunnya hutan Riau, suara gemericik sungai dan desir angin di antara pepohonan menjadi saksi atas upaya besar dalam menjaga kelestarian alam.

PT PHR Regional Sumatra, Subholding Upstream Pertamina, telah merangkai kisah harmonisasi antara aktivitas migas dan perlindungan satwa liar, khususnya Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus).

Kisah itu bukan sekadar cerita konservasi, melainkan tentang dedikasi perusahaan energi yang turut menjaga keberlangsungan hidup spesies yang kian terancam.

Baca juga: Kampung Buah Nongsa Batam Diresmikan, Elnusa Ciptakan Ekonomi Hijau dan Lingkungan Berkelanjutan

Tak jarang masyarakat menggunakan petasan jumbo untuk menghalau kawanan gajah yang melintasi kebun di Kabupaten Bengkalis, Riau, menciptakan situasi yang merugikan kedua belah pihak.

Ketika gajah kehilangan jalur alami, mereka terpaksa mencari makan hingga ke area yang dihuni manusia. Status gajah Sumatra sebagai spesies kritis pun menjadikan kondisi ini semakin memprihatinkan.

Namun, PHR menyadari pentingnya keberlanjutan operasi yang selaras dengan kelestarian lingkungan, sehingga mulai melakukan studi dan pendekatan konservasi yang lebih ramah.

Suparto, petani sekaligus Sekretaris Kelompok Tani Hutan (KTH) Alam Pusaka Jaya, pernah terlibat dalam penggunaan petasan jumbo. Namun setelah mengikuti program edukasi dari PHR, ia berbalik arah.

Baca juga: Pertamina Kembangkan Inovasi Sistem Pengairan SIUMA, 408 Petani Bali Rasakan Manfaatnya

"Kami sadar bahwa gajah juga punya hak untuk hidup dan mencari makan. Dulu kami sering berinteraksi negatif dengan gajah, tapi sekarang kami bisa hidup berdampingan," katanya, dalam keterangan resmi Kementerian BUMN, Kamis, 26 Juni 2025.

Ia menjadi salah satu anggota masyarakat yang ikut dalam program Konservasi Multispesies yang diinisiasi PHR bersama mitra pelaksana, Rimba Satwa Foundation (RSF).

Edukasi yang diberikan berhasil mengubah sudut pandang warga mengenai keberadaan gajah, dari yang semula dianggap hama menjadi bagian dari ekosistem yang perlu dijaga.

Solusi jangka panjang ditawarkan melalui pendekatan konservasi habitat dan pengembangan agrosilvopastura. PHR menanam berbagai tanaman yang menjadi pakan gajah seperti rumput odot dan buah-buahan manis.

Baca juga: Masyarakat Tanjungpakis Olah Sampah Jadi Rupiah, Kolaborasi Masyarakat dengan Pertamina

Warga juga dilibatkan dalam penanaman, sehingga gajah tetap nyaman di habitatnya dan tak lagi mendekati pemukiman.

Program agrosilvopastura juga turut dikembangkan dengan menanam tanaman bernilai ekonomi yang tidak disukai gajah seperti petai dan jengkol.

Cara itu efektif dalam membatasi interaksi langsung dan menjaga sumber penghasilan warga tetap aman dari gangguan gajah.

“Program ini sangat membantu dalam mengatasi interaksi negatif dengan gajah, sehingga konflik antara gajah dan manusia mengecil,” imbuh Suparto.

Kini, bersama para anggota KTH lainnya, ia aktif dalam kegiatan konservasi di Zona Rokan. 

“Kami diberikan edukasi oleh PHR dan mitra pelaksananya RSF, hingga terbentuklah KTH Alam Pusaka Jaya ini,” tambahnya.

 

Pelibatan masyarakat

Manager Community Involvement and Development (CID) PHR Regional 1 Sumatra, Iwan Ridwan Faizal, menjelaskan, bahwa program ini merupakan bagian dari upaya pelibatan masyarakat.

“Gajah adalah hewan yang penting bagi ekosistem, dan mereka memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan alam,” jelasnya.

Menurut Iwan, kegiatan edukasi konservasi satwa dan ekosistem, pelibatan dan pemberdayaan masyarakat dalam pembinaan habitat serta agrosilvopastural yang dikembangkan PHR mampu mengurangi interaksi negatif dan ciptakan harmonisasi antara gajah dan manusia.

“Program konservasi multispesies itu memberikan dampak luas yakni  mengurangi emisi karbon, menjaga keanekaragaman hayati, menggerakkan ekonomi lokal, serta memperluas ruang penerimaan terhadap keberadaan gajah. Dengan demikian, potensi konflik pun ikut menyusut,” jelasnya.

Kisah Sahabat Gajah dari PHR, ujar Iwan lagi,  menjadi bukti perusahaan dapat menjadi kekuatan perubahan positif.

"Melalui konservasi berkelanjutan, mereka berinvestasi pada masa depan lingkungan, menjaga keseimbangan ekosistem, serta memastikan generasi mendatang tetap bisa melihat gajah hidup bebas di habitat aslinya,” tutupnya.