SOKOGURU, TUBAN- Bonggol dan jerami jagung yang dulu hanya dianggap limbah kini bisa dimanfaatkan kembali. Bahan tersebut kemudian dijual untuk diolah menjadi biomassa dan digunakan sebagai bahan bakar alternatif di PLTU Tanjung Awar-Awar.
Itulah yang dilakukan para petani jagung Di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Mereka kini mulai merasakan keuntungan dari upaya transisi energi berbasis ekonomi kerakyatan.
Menyulap limbah jagung jadi energi listrik itu tidak lepas dari inisiatif PT PLN Nusantara Power (NP), Subholding PT PLN (Persero).
Baca juga: Limbah Jadi Berkah, Warga Binaan Nusakambangan Sulap FABA PLN Jadi Produk Bernilai Ekonomi
Salah satu anggota Kelompok Tani (Poktan) Sido Makmur di Desa Beji, Muzamil, mengatakan, limbah jagung yang selama ini hanya dibiarkan ternyata bisa mendatangkan tambahan penghasilan.
“Saat ini limbah jagung dibeli PLTU jadi menghasilkan tambahan rupiah. Semua kelompok Sido Makmur berterima kasih kepada Bapak Ibu dari PLTU Tanjung Awar-awar yang telah mengusahakan program ini,” kata Muzamil, seperti dikutip keterangan resmi Kementerian BUMN, Sabtu, 4 Oktober 2025.
Hal senada disampaikan oleh Roni, petani lain dari poktan Sido Makmur.
Baca juga: PLN Olah 2,2 Ton Sampah Botol Plastik Jadi Sekolah TK Ramah Lingkungan di Sumba Timur
Ia mengaku sangat terbantu, bukan hanya dari segi ekonomi, tapi juga dari sisi pertanian berkelanjutan berkat bantuan infrastruktur pendukung.
“Alhamdulillah selama ini bonggol jagung yang nggak ada nilainya dan hanya dibakar bisa dimanfaatkan oleh PLTU dan dibeli. Kami merasa sangat terbantu dengan hal itu,” ujarnya.
Selain itu, sambung Roni, kelompok taninya juga dapat bantuan sumur sibel, yang dulunya harus sewa atau mengambil air dari jauh, sekarang jadi lebih hemat dan efisien untuk mengairi sawah.
Ditampung koperasi
Program pemanfaatan limbah pertanian tersebut dijalankan oleh PLN NP melalui Unit Pembangkitan (UP) Tanjung Awar-Awar, Tuban, sebagai bagian dari program CSR bertajuk Pengembangan Agrikultur Terpadu Desa Sinergi Energi (Si Pandu & Desi).
Baca juga: Program Desa Berdaya PLN Bangun Kemandirian Ekonomi Pesisir Nusa Lembongan Lewat Rumput Laut
Kabupaten Tuban sendiri merupakan sentra jagung nasional dengan produksi mencapai lebih dari 760 ribu ton per tahun.
Produksi itu turut menghasilkan limbah pertanian dalam jumlah besar, seperti jerami dan bonggol jagung, yang sebelumnya dibakar dan tidak menghasilkan energi.
Kini, limbah jagung dari petani ditampung oleh Koperasi Energi Cakrawala Nusantara (ECN) yang telah dilengkapi mesin hammer mill berkapasitas minimal 8 ton per hari.
Mesin tersebut merupakan hasil dukungan program CSR dari PLN NP, dan telah diuji coba pada 20 September 2025. Limbah tersebut bisa langsung dijual ke koperasi dan diolah menjadi biomassa.
“Petani tak perlu pusing lagi untuk bakar sisa selepan jagung, tinggal jual saja ke kami malah dapat uang. Dengan mesin ini, kami mampu memproduksi biomassa minimal 8 ton per hari dan siap menyerap limbah pertanian jagung sebanyak-banyaknya,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan, pihaknya akan terus menggenjot penerapan co-firing (bahan campuran batu bara) biomassa sebagai bagian dari strategi untuk mengakselerasi swasembada energi yang berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat lokal.
"Sesuai arahan dari Bapak Presiden Prabowo Subianto, PLN terus mendukung agenda swasembada energi dari pemerintah,” ujarnya.
Dulu, lanjut Darmawan, PLN hanya bertugas menyediakan listrik, tetapi kini tugas PLN adalah menyediakan energi yang bersih dan affordable untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, sekaligus pada saat yang sama juga menjaga kelestarian lingkungan.
Pendapat senada disampaikan Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah. Ia menyebutkan co-firing biomassa di PLTU Tanjung Awar-Awar ini merupakan bukti nyata bahwa transisi energi bisa berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pemanfaatan limbah jagung menjadi biomassa co-firing di PLTU Tanjung Awar-Awar, ujarnya, bukti transisi energi dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
"Kami tidak hanya menekan emisi karbon, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi petani lokal yang selama ini kesulitan mengelola limbah pertaniannya,” tutup Ruly. (SG-1)