SOKOGURU, KAMBERA, SUMBA TIMUR- Di Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) ada sebuah Taman Kanak-Kanak (TK) Negeri Kalu Manandang unik yang baru diresmikan, Senin, 28 Juli 2025.
Uniknya, sekolah itu dibangun dengan material ecoblock yang berasal dari olahan 2,2 ton sampah botol plastik daur ulang.
Inisiatif itu bukan hanya menjawab tantangan lingkungan melalui penerapan ekonomi sirkular, tetapi juga menghadirkan fasilitas pendidikan yang layak bagi anak-anak di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).
Baca juga: Program Desa Berdaya PLN Bangun Kemandirian Ekonomi Pesisir Nusa Lembongan Lewat Rumput Laut
Hal itu disampaikan Executive Vice President Komunikasi Korporat dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT PLN (Persero), Gregorius Adi Trianto, dalam keterangan resmi Kementerian BUMN, Selasa, 29 Juli 2025.
PLN, ujarnya, kembali menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan dan peningkatan mutu pendidikan, khususnya di wilayah 3T.
Melalui program TJSL PLN Peduli, perusahaan listrik negara itu meresmikan gedung baru TK Negeri Kalu Manandang.
Baca juga: Gelar PLN Startup Day 2025, PLN Gandeng Startup Berbasis Teknologi Hijau
Kepala Sekolah TK Negeri Kalu Manandang, Margaretha A.L Riupassa, tak kuasa menyembunyikan rasa haru atas perhatian yang diberikan PLN.
Setelah 17 tahun tanpa gedung permanen, kini anak-anak didiknya dapat belajar di ruang yang aman dan menyenangkan.
“Gedung baru ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Anak-anak kami akhirnya memiliki ruang belajar yang layak, ramah lingkungan, dan penuh warna. Kami sangat berterima kasih kepada PLN,” tuturnya penuh syukur.
Baca juga: Perluas Peluang Usaha IKM Manfaatkan Limbah Batu Bara, Kemenperin Berkolaborasi dengan PLN
Apresiasi juga datang dari Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, yang menilai langkah PLN sebagai terobosan inovatif dalam pembangunan pendidikan daerah.
Menurutnya, pemanfaatan sampah plastik untuk membangun sekolah adalah gebrakan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayahnya.
Pemanfaatan sampah plastik untuk membangun sekolah, menurutnya, adalah langkah luar biasa yang belum pernah kami lihat sebelumnya.
“Ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan menjadi prioritas kami. TK ini sangat berarti bagi masa depan pendidikan anak-anak di wilayah kami,” kata Umbu Lili.
Sementara itu, Adi Trianto menegaskan, proyek itu merupakan hasil kolaborasi multipihak dan bukti nyata kontribusi PLN dalam menciptakan dampak sosial serta lingkungan yang berkelanjutan.
“Setiap anak Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk anak-anak di Sumba Timur. Pembangunan TK Kalu Manandang menjadi simbol kolaborasi dan inovasi dalam pengelolaan limbah plastik yang bermanfaat langsung bagi dunia pendidikan dan lingkungan,” imbuhnya.
Di sisi lain, General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT, F Eko Sulistyono, menambahkan, sejak berdiri pada 2008, TK Negeri Kalu Manandang belum pernah memiliki bangunan sendiri dan harus berpindah-pindah lokasi untuk proses belajar-mengajar.
“Tepat di Hari Anak Nasional, kami mempersembahkan gedung baru TK Negeri Kalu Manandang sebagai hadiah untuk masa depan Sumba,” ujarnya.
“Kami berharap dari sekolah ini lahir generasi emas yang cerdas dan peduli lingkungan. PLN UIW NTT berkomitmen untuk terus mendukung kemajuan pendidikan di daerah ini,” terang Eko.
Pembangunan TK Negeri Kalu Manandang ini merupakan proyek sekolah pertama yang dibangun oleh PLN menggunakan material ecoblock, material ramah lingkungan yang aman dan tidak berdampak buruk terhadap kesehatan.
Proyek itu menjadi simbol dari inovasi dalam dunia pendidikan sekaligus solusi terhadap persoalan pengelolaan sampah plastik.
Gedung sekolah yang baru kini dilengkapi dengan dua ruang kelas permanen, toilet dan fasilitas sanitasi, serta berbagai perlengkapan penunjang belajar seperti laptop, printer, buku bacaan, alat tulis, alat peraga edukatif, hingga mainan anak-anak.
PLN juga menyerahkan bantuan tambahan berupa seragam sekolah bagi para murid.
Dengan peresmian sekolah ini, PLN tak hanya membangun ruang belajar fisik, tetapi juga memberi harapan baru bagi masa depan pendidikan dan lingkungan yang lebih baik di Sumba Timur. (SG-1)