Sokoguru.id - Bacang panas Braga, menjadi salah satu kuliner yang sedang diperbincangkan warganet saat ini. Bagaimana tidak? Bacang panas Braga dikenal dengan rasa yang otentik, enak dan sangat daging yang sangat melimpah.
Tak heran banyak sekali masyarakat yang berbondong-bondong ingin mencicipi cita rasa bacang panas Braga yang lezat selagi panas. Tetapi bacang panas sendiri bukan kuliner asli Indonesia lho. Namun asal muasal bacang berasal dari negeri tirai bambu China.
Lantas bagaimana sejarah bacang panas hingga bisa menjadi jajanan di Indonesia?
Bacang Sudah Ada Sejak Abad Ke-7 di Nusantara
Bacang panas, salah satu makanan khas dari Tionghoa, telah menjadi bagian penting dari budaya Indonesia selama bertahun-tahun. Namun, sejarahnya yang panjang dan menarik jarang diketahui oleh banyak orang.
Bacang panas dikenal sebagai salah satu jenis makanan tradisional yang berasal dari Tiongkok. Menurut legenda, Bacang berasal dari zaman Dinasti Zhou (1045-256 SM) di China, saat seorang pejabat istana bernama Wu Zixu menyembunyikan ketan dan daging babi dalam daun talas dan memasaknya di air mendidih. Ia memberikan makanan tersebut kepada para prajurit yang terlibat dalam perang, sehingga makanan tersebut menjadi populer di kalangan tentara. Kemudian, Bacang menjadi makanan populer di kalangan rakyat dan menjadi bagian dari perayaan Duanwu atau Festival Naga di China.
Bacang kemudian menyebar ke berbagai negara di Asia, termasuk Indonesia, melalui jalur perdagangan. Konon, bacang pertama kali diperkenalkan ke Indonesia oleh para pedagang Tiongkok yang datang ke Nusantara pada abad ke-7. Mereka membawa bacang sebagai makanan dalam perjalanan mereka menuju wilayah Indonesia. Bacang pada saat itu masih dalam bentuk kering dan terbuat dari ketan dan daging babi yang kemudian dibungkus dengan daun bambu.
Di Indonesia sendiri, Bacang dikenal dengan nama berbeda-beda di setiap daerah, seperti Ketan Bakar di Jawa Barat, Bacam di Sulawesi Utara, dan Panganan di Bali.
Bacang panas yang dijual saat ini memiliki bahan-bahan yang berbeda dengan bacang asli. Bacang panas terbuat dari ketan yang diisi dengan daging babi cincang, jamur, kacang, dan bumbu-bumbu seperti bawang putih, lada, dan garam. Setelah itu, bacang dibungkus dengan daun pisang dan kemudian direbus hingga matang. Kemudian, bacang akan dijual panas-panas dengan disajikan bersama kuah kental berwarna hitam yang terbuat dari kecap manis, kecap asin, minyak wijen, dan bawang putih.
Bacang panas kini tidak hanya dijual oleh orang Tionghoa, tapi juga oleh banyak orang Indonesia yang membuka usaha kuliner. Makanan ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia dan banyak disajikan sebagai hidangan pada acara-acara tertentu, seperti Imlek dan Lebaran.
Meskipun Bacang Panas telah menjadi makanan khas Indonesia, namun kita tidak boleh melupakan sejarahnya yang kaya dan beragam. Bacang Panas telah menjadi bagian dari kekayaan kuliner Indonesia dan menggambarkan sejarah perpaduan budaya Tionghoa-Indonesia yang terjadi selama berabad-abad.