Kuliner

Asal Muasal Cuanki: Kudapan Khas Bandung Yang Menasional.

Cuanki atau lebih dikenal dengan singkatan "Cari Uang Jalan Kaki", merupakan kudapan lezat yang digemari banyak orang, Bahkan kiprah cuanki sudah menasional dan dapat ditemui di banyak daerah.

By Sokoguru  | Salsabilla Ramadhanty  | Sokoguru.Id
29 Juni 2022
sumber: terakur.web.id

Sokoguru.id – Siapa pun pasti taka sing dengan makanan khas Bandung yang melegenda, yaitu cuanki. Cuanki dikenalkan oleh orang Tionghoa yang berasal dari singkatan “Cari Uang Jalan Kaki”. Kini keberadaan cuanki selalu ada hamper di setiap daerah.

Asal muasal cuanki ini, berawal dari negeri Tionghoa. Imigran dari negeri tirai bambu tersebut, mengenalkan siomay sebagai salah satu makanan khasnya. Sehingga , cuanki dikemas sebagai kudapan hangat yang gurih dan sedap.

Kudapan ini berisikan siomay, bakso, dan tahu putih yang diguyur kuah bening yang gurih ini tak pernah gagal jadi makanan selingan Ketika perut keroncongan. Bahkan, boleh dibilang keberadaan bakso cuanki telah menasional.

Awalnya, cuanki dikenalkan karena banyak pedagang makanan ini berjualan dengan cara berjalan kaki. Sambal memikul, dari kampung ke kampung para pedagang menjajakan cuanki dengan memukul kentongan yang bunyinya khas.

Jadi, kebanyakan pedagang cuanki itu biasa memanggul dagangannya dengan cara manual. Walaupun banyak juga pedagang yang memilih instan untuk memikul cuanki mereka dengan menggunakan gerobak dorongan, motor atau menetap.

Harga semangkuk cuanki biasanya tak mahal. Cukup dihargai dari rentang harga 5-18 ribu saja per porsi. Tergantung dari berapa banyak jumlah potongan kudapan persatuannya yang kita ambil. bahkan, masih banyak pedagang yang menghargai cuanki dengan harga yang sangat terjangkau.

Salah satunya adalah pak Nana. Kiprahnya berjualan cuanki, bisa dibilang tidak sebentar. Ia sudah berjualan sekitar 10 tahun. Caranya berjualan, ialah dengan cara dipikul, berkeliling kompleks jalan Babakan Haji Tamim, hingga Jalan Sekepondok, Bandung. Boleh dibilang, ia masih menggunakan corak tradisional dalam berjualan, yakni dengan dipikul.

Untuk harga, Ia berkata, bahwa pembeli lah yang bebas menentukannya.“boleh mau 5000 mau berapa juga. Atau mau ditambah mie juga, ya gimana pembeli aja,” katanya. Karena untuk satu buah siomay saja, dihargai hanya 500 rupiah saja. Jika bakso, ia hargai 1000 rupiah.

Walaupun tergolong murah, dagangannya bisa laku hingga Rp500 ribu sampai Rp1.000.000 lebih dalam sehari. Tak jarang banyak konsumennya yang mengeluh jika cuanki yang dijual pak Nana sudah ludes terjual.

“kadang ada aja pelanggan yang ngeluh, kalau saya lewat pas cuanki saya udah kejual habis,” ucapnya.