Kreatif

Walau Dilarang, Thrift Masih Dianggap Bisnis Yang Menguntungkan

Bisnis Thrift sudah dilarang pemerintah. Bahkan aturan ketat sudah mulai diumumkan beberapa waktu terakhir ini. Namun penjualannya masih tergolong marak disukai para pelaku usaha.

sumber: dokumentasi sokoguru

Sokoguru.id - Beberapa waktu lalu, Kementerian Koperasi dan UKM mengumumkan pelarangan bisnis thrifting atau import fashion bekas bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk mensupport UMKM lokal yang tengah naik daun saat ini.

Pelarangan tersebut, dikatakan langsung oleh Hanung Harimba selaku Deputi Bidang UKM. Usulan pelarangan tersebut mencuat akibat dari adanya tren kenaikan konsumsi barang import dengan harga murah di Indonesia. Hal itu jelas berdampak signifikan pada produk UMKM.

Tak hanya Hanung saja, sebelumnya Zulkifli Hasan atau Zulhas sudah mengatakan perihal pelarangan impor barang bekas ke Indonesia.

"Memang kalau impornya itu enggak boleh. Kalau kita memang boleh jual barang bekas. Misalnya saya jual barang bekas, ya boleh. Yang enggak boleh itu impor barang bekas," ucap Zulhas dikutip dari CNBC Indonesia.

Peraturan mengenai impor barang bekas sudah tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permenag) No.18 Tahun 2021, tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang DIlarang Impor. Lebih detail, dalam pasal 2 ayat 3 tertulis bahwa barng dilarang impor salah satunya adalah berupa kantong bekas, karung bekas, dan pakaian bekas.

Sanksi yang akan didapatkan bagi pedagang atau pengusaha yang berani menjual baju bekas impor adalah dengan pemusnahan barang, penghentian usaha perdagangan, serta pencabutan izin di bidang perdagangan.

Walaupun peraturan dan sanksi nya telah tegas dituliskan, tapi bisnis thrifting masih marak di Indonesia. Kira-kira apa yang mampu menyebabkan bisnis ini marak di Indonesia?

Indonesia Jadi Surga Sampah Tekstil?

Banyak orang sudah tau bahwa banyak sekali tumpukanpakaian di pasar loak, dijual dengan harga yang sangat miring. Bahkan di antara banyaknya tumpukan tersebut, kamu bisa menemukan barang-barang dengan brand ternama. Tapi dibalik girangnya kamu menemukan barang mewah, ada fakta tercengang lho.

Baju-baju impor tersebut merupakan limbah yang sudah dianggap sampah oleh negara asalnya. berton-ton ball fashion impor tersebut membuat Indonesia menjadi markas pembuangan limbah tekstil secara tidak langsung.

Apalagi, fakta bahwa sampah tekstil memiliki masa yang sangat lama untuk terurai, menjadi satu masalah pelik yang harus dihadapi. Misalnya saja baju dengan bahan polyester atau lycra membutuhkan waktu setidaknya selama 20 hingga 200 tahun untuk bisa terurai di tanah.

Sampah kain yang ada di Indonesia mencapai 2.633 ton dari 29 ton sampah. Hal tersebut menurut data dari Sistem Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021.

Data tersebut diiringi dengan fakta bahwa terdapat banyak sekali masalah kesehatan yang mengintai masyarakat Indonesia, jika membeli pakaian impor tanpa filterisasi.

Banyaknya Para Oknum Nakal

Beberapa waktu lalu, seorang wartawan reuteurs membuktikan fakta mengenai impor produk fashion ilegal yang telah terjadi di Indonesia. Juli tahun lalu, reuters tersebut mengirim sepasang sepatu kepada program daur ulang yang dipelopori perusahaan Singapura dan AS, Dow Inc. Program tersebut menyebutkan bahwa sepatu-epatu tersebut akan didaur ulang untuk jadi bahan membangun taman bermain baru di Singapura.

Reuteurs tersebut secara diam-diam meletakkan alat pelacak pada sepatu-sepatu yang ia kirim. Namun, ia justru menemukan bahwa sepatunya sudah berada di pasar loak pulau Batam, Indonesia dan bukan berada di negara Singapura.

Bahkan beberapa berada di Jakarta. Pihak pemerintah melalui Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Pengawasan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Very Anggrijono memaparkan bahwa sulit sekali memberantas impor pakaian bekas ke Indonesia karena lihainya para pedagang menghindari razia.

Ia pun mengakui, satu-satunya solusi yang mampu dijalankan pemerintah ialah dengan mencabut izin impor, menyita serta menghancurkan pakaian tersebut. Namun sayang, walau pun sudah ada tindakan tersebut para pedagang baju-baju impor bekas tidak jera dan justru semakin menjamur.

Bisnis Murah Dengan Untung Besar

Bisnis thrifting hingga masih disukai oleh para pelaku usaha terutama kalangan muda. Modal yang sedikit, dan omzet yang cukup besar bisa dihasilkan dari penjualan thrifting.

Para distributor menjual dalam bentul ball atau tumpukan yang penuh baju-baju bekas yang dibungkus dengan kategori tertentu. Misalnya baju anak, baju perempuan, baju pria dan lainnya. Ball tersebut bisa berisikn rtusan hingga ribuan baju bekas pakai. Rata-rata dijual dengan harga yang bervariasi mulai dari Rp1 juta hingga 5 juta per ball nya.

Untuk harga jual per buah pakaian, bisa dihargai dengan harga yng bermacam-macam. Mulai dari 20 ribu hingga ratusan ribu. Tergantung dari model dan merk bajunya.