Sokoguru – Hari pahlawan 2023, umumnya menjadi momen untuk menghormati jasa para pendahulu yang telah membawa Indonesia ke gerbang kemerdekaan. Semangat mereka adalah hal yang mesti ditanam dalam diri generasi sekarang dan yang akan datang. Dengan begitu, hari pahlawan bukan sekadar momen mengenang mereka yang berjasa, lebih dari itu hari ini adalah momen bagi kita untuk mengupayakan kemajuan bangsa.
Dessy Nur Anisa Rahma merupakan sosok sociopreneur penting yang memiliki semangat bak pahlawan. Lewat usahanya, Pulas Katumbiri atau PUKA, banyak penyandang disabilitas yang akhirnya memiliki pekerjaan. Mungkin, bagi mereka, Dessy Nur Anisa Rahma adalah pahlawan yang membimbing dan membuka peluang pekerjaan.
Dilansir dari Katadata, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, jumlah pekerja dengan disabilitas di Indonesia mencapai 720,748. Yaitu, 0,54% dari total penduduk di Indonesia yang bekerja. Khususnya, di Kota Bandung, berdasarkan data Open Data Jabar pada 2021, pekerja dengan disabilitas mencapai 167. Hanya sekitar 8,73% dari jumlah penduduk dengan disabilitas di Kota Bandung.
Jumlah pekerja dengan disabilitas berdasarkan data tersebut masih terbilang kecil. Namun, dari data tersebut semestinya muncul sebuah ide lain untuk membuka lapangan pekerjaan ramah disabilitas. PUKA adalah contoh sociopreneur yang berdampak, beginilah awal mulanya.
8 Tahun Dessy Memulas PUKA
Bermula dari hobi crafting masa kecil, yaitu menghias tas. Pada 2015, Dessy mulai berkreasi dengan membuat produk berupa tas laptop yang dihias dengan kain goni yang diberi sulaman berwarna. Di awal perjalanannya, Dessy merasa terkejut, tas tersebut banyak diminati temannya.
“Awalnya 3 teman saya tertarik dan langsung memesan, setelah itu banyak juga yang memesan” pungkas Dessy.
Pada saat itulah, Dessy mulai menyulam brand-nya, Pulas Katumbiri (PUKA) di kediamanya, Garut. Pulas Katumbiri sendiri memiliki arti sebagai goresan Pelangi. Produk yang banyak warna, akan tetapi tetap selaras merupakan ciri khas PUKA. Namun, awal cerita yang menjadikan Dessy sebagai sociopreneur baru terwujud di tahun kedua berdirinya PUKA.
Saat itu, Dessy baru berencana untuk memperkerjakan karyawan di brand-nya itu. Dengan latar belakang orang tuanya yang berkarir dalam Pendidikan Luar Biasa. Dessy disarankan untuk memberdayakan anak-anak disabilitas di SLB Al-Masduki, Garut. Langkah awal yang dilakukan Dessy, yaitu mengajarkan Teknik menyulam, membuat pompom, dan tassel pada guru-guru di sana. Tujuannya, agar guru-guru tersebut dapat mengajarkannya pada anak-anak.
Atas ide memberdayakan anak dengan disabilitas tersebut, pada tahun yang sama, PUKA semakin dikenal masyarakat luas. Media-media turut bergantian membicarakan, PUKA. Sebagai UMKM, PUKA menjadi usaha yang membuka peluang kerja ramah disabilitas.
From Disability to Artability
From disability to artability, bukan sekadar motto PUKA, akan tetapi kampanye bagi kita semua bahwa orang dengan disabilitas dapat juga menghasilkan kreasi seni yang berkualitas. PUKA hijrah ke Bandung pada 2019, dengan alasan ekosistem UMKM di Bandung yang dapat membuat PUKA terus tumbuh.
Sesuai dugaan Dessy, PUKA lebih banyak menjalin kerjasama ketika di Bandung. Puka mengadakan pelatihan menyulam bersama SLB Wartawan. Bahkan, Puka bekerja sama dengan brand luar negeri.
“Brand Bebicitos asal Amerika mengajak Puka berkolaborasi untuk membuat jepit rambut” ujar Dessy.
Setidaknya sampai pandemi covid-19 menghentikan segala kegiatan, luar biasanya Puka secara konsisten membina kerja sama dengan 4 SLB di Bandung dan Garut, di antaranya SLB Al-Masduki, Wartawan, Wanaraja, dan Al-Barkah.
PUKA bentuk Ekonomi Inklusi Ramah Disabilitas
Pada 2023, PUKA akhirnya memiliki official store yang terletak di Pasar Kreatif Jawa Barat, di jalan PHH Mustofa, Bandung. Dalam mengentaskan permasalahan lapangan kerja yang minim bagi disabilitas, PUKA hadir sebagai bentuk sociopreneur yang menyerap tenaga kerja dengan disabilitas. Pekerjaannya pun disesuaikan dengan kapasitas mereka.
“Untuk meningkatkan kemampuan disabilitas. Bersama PUKA, saya membuat berbagai workshop seni kriya ke sekolah-sekolah luar biasa dan komunitas disabilitas,” ucap Dessy.
“Semoga dengan kegiatan tersebut, PUKA dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian dalam diri teman-teman disabilitas,” tambah Dessy.
Produk-produk PUKA tersebar luas di Marketplace. Tak hanya tas dengan sulaman yang menarik dilihat, gelang, kalung, dan aksesoris lainnya sudah tersedia. Sesuai nama brandnya, semua produk tersebut colourfull, fashionable, dan unik.
Dessy Nur Anisa Rahma sosok pahlawan bagi pekerja dengan disabilitas. Ia telah membangun sebuah usaha yang juga berdampak sosial. PUKA, bukan sekadar UMKM yang memiliki produk unik, tapi juga memiliki nilai sosial yang tinggi. Perjalanan PUKA dapat dicontoh, sehingga kita pun dapat memiliki semangat yang sama untuk Indonesia yang lebih maju.