SEKTOR ekonomi kreatif (ekraf) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memiliki irisan yang kuat dalam bisnis perhotelan dan restoran.
Untuk membahas hal tersebut, Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menekraf/Kabekraf) Teuku Riefky Harsya menerima audiensi PHRI, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (9/1).
“Kerja sama pertukaran data dan pengembangan collaborative events sejalan dengan subsektor ekraf. Harapannya kolaborasi dengan PHRI dapat menghadirkan hal tersebut,” ujarnya dalam siaran resmi Kemenekraf.
Baca juga: Gandeng Dunia Usaha, Menekraf Tingkatkan Literasi Keuangan Desa Kreatif Pelalawan
Faktanya, sambung Teuku Riefky, sektor ekraf dan pariwisata semakin kuat dampaknya dalam penyerapan tenaga kerja. Ekraf bisa menjadi mesin pertumbuhan nasional yang dimulai dari daerah.
“Ke depan 17 sub sektor ekraf harus diberi stimulus untuk terus bergerak dorong ekonomi kreatif daerah,” imbuhnya.
Hadir pula dalam audiensi tersebut, Wamenekraf/Wakabekraf Irene Umar, Deputi Bidang Pengembangan Strategis Ekraf Cecep Rukendi, Direktur Pengembangan Sistem Pemasaran dan Hubungan Kelembagaan Radi Manggala, dan Direktur Fasilitasi Infrastruktur Fahmy Akmal.
Baca juga: Kemenekraf/Bekraf Ajak Ainaki Perkuat Kolaborasi Kembangkan Industri Animasi Indonesia
Wamenekraf Irene mengatakan potensi kolaborasi juga bisa fokus pada hal-hal yang menunjang seperti pemanfaatan produk ekraf untuk kebutuhan hotel (amenities, entertainment, dan lain-lain).
Selain itu, aktivasi program bersama dalam konteks ekraf bisa mengarah pada pengembang permainan (game), film animasi, dan pojok bacaan.
“Potensi kolaborasi pada sektor ekraf akan masuk pada jaringan pemasaran dan bisa kita mainkan IP lokal. Apalagi Kemenekraf sudah punya Program Re (Kreasi) Lokal yang menyediakan fasilitas local game console and local culinary di beberapa hotel Artotel Group yang juga terafiliasi PHRI,” ujarnya.
Baca juga: MenEkraf Harap ‘D-Futuro Futurist Summit 2024’, Lahirkan Gagasan, Inovasi Perkuat Ekraf
Sementara itu, PHRI menyambut baik potensi kolaborasi yang bisa diimplementasikan dukungan negara terhadap sub sektor ekonomi kreatif. Selain itu, digitalisasi juga penting memberi proteksi bagi IP lokal, terutama hotel dan restoran.
“Banyak sekali keterkaitan atau irisan antara industri kreatif dan pariwisata. Harapan kami kolaborasi ke depan bisa meningkatkan nilai tambah bagi ekonomi kreatif dalam penyelenggaraan event seperti festival budaya, festival musik, dan festival kesenian dalam lingkup jaringan hotel dan restoran di Indonesia,” ujar Hariyadi BS Sukamdani sebagai Ketua Umum PHRI. (SG-1)