SokoKreatif

BBSPJIKB Kemenperin dan Panasonic Lahirkan Mesin Cuci Seri Batik, tidak Merusak Serat dan Warna Batik

Hasil pengujian laboratorium BBSPJIKB menunjukkan, mesin cuci Seri Batik Panasonic terbukti menjaga kestabilan warna dan dimensi kain batik sesuai standar mutu.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
14 Oktober 2025
<p>Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) sukses menyelenggarakan Batik City Run (BCR) 2025 di Yogyakarta, Minggu 12 Oktober 2025. Pada momentum Batik City Run (BCR) 2025, PT Panasonic Gobel Indonesia memperkenalkan produk mesin cuci Seri Batik model NA-W80BBZ4. (Dok. Kemenperin)</p>

<p> </p>

Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) sukses menyelenggarakan Batik City Run (BCR) 2025 di Yogyakarta, Minggu 12 Oktober 2025. Pada momentum Batik City Run (BCR) 2025, PT Panasonic Gobel Indonesia memperkenalkan produk mesin cuci Seri Batik model NA-W80BBZ4. (Dok. Kemenperin)

 

SOKOGURU, YOGYAKARTA-Hasil pengembangan bersama Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik Kementerian Perindustrian (BBSPJIKB Kemenperin) dengan PT Panasonic Gobel Indonesia melahirkan produk mesin cuci Seri Batik model NA-W80BBZ4.

Produk tersebut diperkenalkan pada  momentum Batik City Run (BCR) 2025  di Yogyakarta, Minggu, 12 Oktober 2025.

Produk tersebut, dirancang khusus untuk mencuci batik tanpa merusak serat kain dan warna alaminya. 

Berdasarkan hasil pengujian laboratorium BBSPJIKB, mesin ini terbukti menjaga kestabilan warna dan dimensi kain batik sesuai standar mutu.

Baca juga: Rayakan Hari Batik Nasional, Kemenperin Gelar Batik City Run di Yogyakarta 12 Oktober 2025

Hal itu disampaikan Kepala BBSPJIKB, Jonni Afrizon, seperti dikutip keterangan resmi Kemenperin, Senin, 13 Oktober 2025. 

“Kami memberikan apresiasi atas kerja sama yang terjalin dengan Panasonic dalam menciptakan Panasonic Seri Batik guna menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam mencuci produk batik dengan tanpa merusak serat dan warna,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur PT Panasonic Gobel Indonesia, Arif Gobel, menegaskan, inovasi itu mencerminkan filosofi perusahaan untuk mendukung keberlanjutan budaya dan gaya hidup sehat masyarakat. 

Baca juga: Gelar Batik Nusantara Dibuka, Kemenperin Tekankan Transformasi Industri Batik Menuju Pasar Generasi Muda

“Kami ingin menunjukkan bahwa inovasi teknologi bisa berjalan seiring dengan pelestarian budaya. Bagi Panasonic, batik bukan sekadar kain, melainkan simbol persatuan dan identitas bangsa yang perlu dijaga kualitasnya,” imbuhnya. 

Sebab itu, sambung Arif, pihaknya menghadirkan teknologi mesin cuci Panasonic Seri Batik agar masyarakat bisa merawat batik lebih mudah, cepat, dan tetap mempertahankan keindahan warnanya.

Kementerian Perindustrian terus proaktif mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, agar bangga mengenakan batik dan menjadikannya bagian dari gaya hidup modern yang dinamis. 

Baca juga: Sambut Hari Batik Nasional 2025, Kemenperin-YBI Dorong Perajin Terapkan Inovasi

Berbagai upaya strategis dilakukan, termasuk dari satuan kerja di daerah seperti BBSPJIKB yang sukses menyelenggarakan BCR 2025 dengan mengusung tema Batik Goes Urban: Identitas Lokal, Selera Global.

“Kegiatan Batik City Run menjadi wujud nyata sinergi antara olahraga, budaya, dan industri kreatif untuk memperkuat daya saing batik Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Menperin memberikan apresiasi kepada BBSPJIKB yang telah menggelar kegiatan BCR sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Batik Nasional tahun 2025. 

“Dengan tema Batik Goes Urban, kegiatan ini menegaskan bahwa batik bukan sekadar busana tradisional, melainkan juga identitas yang mampu beradaptasi dengan tren masa kini,” ujarnya.

Pada gelaran BCR 2025, secara resmi dilepas dengan pengibaran bendera (flag off) oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dengan didampingi Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi.

Adapun para peserta datang dari berbagai daerah dan tampil dengan beragam corak batik, dari klasik hingga kontemporer, yang menunjukkan bahwa batik dapat tampil fleksibel di ruang publik dan menjadi bagian dari ekspresi diri generasi urban. Lebih dari 1.300 pelari dengan scarf batik asli memadati kawasan Benteng Vredeburg, Yogyakarta.

Pada kesempatan itu, ia menyampaikan, BCR merupakan kegiatan positif untuk melestarikan warisan budaya yang mempunyai potensi ekonomi luar biasa. Pada triwulan II tahun 2025, nilai ekspor batik menembus hingga USD5,09 juta atau naik 27,2% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.

“Kami di BSKJI berkomitmen terus memperkuat standardisasi, mutu, dan jasa industri yang menopang pengembangan batik melalui berbagai layanan yang telah disediakan,” ujar Andi.

Kegiatan Batik City Run 2025, lanjutnya,  sangat relevan karena menunjukkan bahwa batik tidak hanya untuk acara adat atau seremonial, tetapi juga untuk ruang publik modern, termasuk olahraga dan aktivitas sehari-hari.

Andi menambahkan, BSKJI bersama satuan kerja di bawahnya terus mendukung optimalisasi berbagai teknologi seperti pewarnaan alami berbasis aplikasi, efisiensi proses produksi, serta pembinaan kepada IKM batik agar mampu menembus pasar global. 

 

Sarana edukasi bagi masyarakat luas

Sementara itu, Jonni Afrizon menegaskan, kegiatan Batik City Run 2025 dihelat sebagai sarana edukasi bagi masyarakat luas, khususnya generasi muda, untuk mencintai batik Indonesia sebagai warisan bangsa.

“Melalui BCR, kami ingin menunjukkan bahwa batik hidup di tengah masyarakat modern. Batik dapat dikenakan di berbagai suasana, termasuk saat berlari, beraktivitas, dan berekreasi,” tambahnya.

Kegiatan itu juga menjadi wujud kebersamaan lintas generasi dan profesi yang dapat mempertemukan para pelari, komunitas budaya, desainer, pengrajin, serta pelaku industri dalam satu langkah yang sama, yakni menjaga warisan, memajukan inovasi, dan memperkuat kebanggaan nasional.

“Sebagai lembaga yang berperan dalam standardisasi dan peningkatan mutu industri batik nasional, BBSPJIKB terus memperkuat kerja sama dengan instansi pemerintah, dunia industri, dan akademisi untuk mendukung keberlanjutan ekosistem batik Indonesia,” ungkapnya.

Salah satu upayanya adalah menjalin kerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dalam pemanfaatan produk turunan kelapa sawit untuk industri batik. 

Analis BPDP Farouq Rosyadi menjelaskan malam batik berbasis sawit memiliki banyak keunggulan yang bisa dimanfaatkan oleh para pembatik.

 “Malam batik sawit lebih mudah didapatkan dan ramah lingkungan, serta memanfaatkan sumber daya lokal. Bahkan cangkang kelapa sawit juga bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami batik. Kami berharap pembatik bisa meningkatkan kreativitasnya dengan bahan baku malam sawit yang ada,” ujarnya. (SG-1)