MEROKETNYA harga berasa ditengarai oleh perubahan iklim yang menyebabkan hasil panen menurun di beberapa daerah. Pola cuaca yang berubah-ubah dan sulit ditebak memacu para akademisi untuk menemukan solusi melalui teknologi.
Salah satunya, akademisi dari Politeknik Negeri Madiun (PNM). Berkolaborasi dengan Global Mitra Indopersada (PT GMI) dalam program Matching Fund Vokasi 2023, PNM memperkenalkan Pengering Gabah Smart Politeknik (PEGASPOL).
PEGASPOL merupakan mesin pengering padi berbasis PLC (Programmable Logic Controller) dan HMI (Human Machine Interface) yang dikembangkan oleh tim dosen dari PNM, di antaranya Yoga Ahdiat Fakhrudi, Budi Triyono, Yuli Prasetyo, Agus Choirul Arifin, dan Bias Nur Elmira.
Baca juga: Siswa SMK di Bali Ciptakan Motor Listrik Chopper Custom, Diminati hingga Luar Negeri
Dengan mesin pengering ini menjadi terobosan terbaru teknologi penanganan pasca panen untuk meningkatkan kualitas pangan, utamanya beras.
Salah satu inovator dalam produk mesin pengering pintar, Yoga Ahdiat, mengatakan bahwa pengeringan padi merupakan salah satu aspek krusial dalam rantai produksi pangan berupa beras. Teknik pengeringan yang baik akan berperan dalam menjaga kualitas beras yang dihasilkan.
“Penggunaan teknologi yang inovatif dan terotomatisasi menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas produk dan efisiensi proses," kata Yoga seperti dilansir vokasi.kemendikbud.go.id, Senin (15/4).
Baca juga: Inovasi Dosen Poliwangi, Mesin Perajang Pisang Otomatis Hasilkan Keripik Unik
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa inovasi ini menggabungkan keahlian teknis terdepan dan pemahaman mendalam akan kebutuhan petani.
“Mesin pengering padi ini memiliki spesifikasi yang bisa menjawab tantangan industri beras tanah air. Mesin ini memiliki dirancang dengan kapasitas 1-2 ton / +-10 jam dengan dimensi mesin 2mx2mx4m,” imbuhnya.
Mesin ini dibuat dengan material plat besi dan rangka besi baja agar kokoh serta bahan pembakaran palet kayu.
Baca juga: Lebarkan Market, Frozen Foods Produk UMKM asal Kota Bandung, Lakukan Inovasi
Mesin pengering padi ini mampu bekerja dengan daya listrik sekitar 7000 watt dan Conveyor Ember Lift. Mesin juga dilengkapi perangkat kontrol PLC dengan antarmuka HMI dan burner palet palet kayu.
Penggunaan heater berbasis PLC (Programmable Logic Controller) dan HMI (Human Machine Interface) dalam pengering padi telah menghadirkan dimensi baru dalam upaya meningkatkan kontrol, pemantauan, dan efisiensi dalam proses pengeringan padi.
Penggunaan Human Machine Interface (HMI) atau antarmuka mesin-manusia dalam sistem pengeringan padi juga memainkan peran yang krusial dalam mempermudah pengoperasian, memantau, dan mengendalikan proses secara efektif.
“Inovasi teknologi berupa kecerdasaan PLC-HMI ini dapat melakukan pengaturan secara cerdas dan terukur sehingga hasil yang dihasilkan menjadi lebih baik,” tambahnya lagi.
Yoga berharap, mesin pengering ini menjadi pioner salah satu teknologi tepat guna. Pengembangan teknologi pengering padi dengan menggunakan heater berbasis PLC dan HMI ini juga menjadi penting dalam upaya meningkatkan kualitas hasil panen dan meminimalkan kerugian pasca-panen di musim hujan. (SG-3)