SOKOGURU - Koperasi Desa Merah Putih merupakan lembaga ekonomi desa yang berkomitmen memberdayakan warga melalui enam unit usaha produktif, seperti LPG, sembako, pupuk, dan layanan kesehatan.
Berbasis keanggotaan yang solid dan loyal, koperasi ini telah menjadi pusat distribusi kebutuhan pokok masyarakat desa.
Untuk memperluas skala usaha dan memperkuat ketahanan ekonomi lokal, koperasi mengajukan pinjaman modal kerja sebesar Rp3 miliar dengan bunga 6% per tahun.
Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk menambah stok barang, mengembangkan sistem distribusi, memperluas jangkauan pasar, serta membuka kanal pemasaran digital dan offline.
Langkah ekspansi ini dirancang untuk meningkatkan daya saing koperasi, menyerap tenaga kerja lokal, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di desa.
Proposal ini didasarkan pada regulasi resmi seperti UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Permenkop UKM No. 8 Tahun 2023.
Legalitas koperasi juga telah lengkap dengan akta pendirian, SK Kemenkop, NIK, dan NPWP. Dengan dukungan regulasi dan kepercayaan masyarakat, koperasi siap menjadi motor penggerak ekonomi desa di tengah tantangan global.
Baca Juga:
Hasil studi kelayakan menunjukkan potensi pasar yang besar. Permintaan LPG, sembako, dan pupuk relatif stabil, dengan rata-rata pengeluaran kebutuhan pokok rumah tangga desa mencapai Rp1,5 juta hingga Rp2 juta per bulan.
Beberapa unit usaha seperti gerai sembako dan apotek telah menunjukkan perputaran modal yang cepat dan margin keuntungan yang menjanjikan.
Selain itu, koperasi juga memiliki peluang kolaborasi strategis dengan BUMDes, agen POS, dan petani lokal.
Namun demikian, tantangan seperti fluktuasi harga pangan dan potensi masuknya toko modern ke desa tetap menjadi perhatian serius dalam strategi bisnis koperasi ke depan.
Baca Juga:
10 Poin Penting Tambahan:
1. Jumlah gerai aktif koperasi saat ini mencapai enam unit, mencakup berbagai kebutuhan dasar seperti pangan, energi, dan kesehatan.
2. Permintaan rata-rata LPG mencapai 600 tabung per bulan, menjadikan sektor ini sebagai salah satu penyumbang arus kas stabil.
3. Gerai sembako mencatat penjualan rata-rata Rp80 juta per bulan, dengan margin bersih antara 8–12%, membuktikan tingginya kebutuhan masyarakat.
4. Unit pupuk berkontribusi besar saat musim tanam, dengan potensi penjualan mencapai Rp100 juta, menunjukkan sifat musiman namun vital.
Baca Juga:
5. Layanan logistik POS melayani 300 paket per bulan, membuka potensi pemasukan tambahan sekaligus mendukung akses digitalisasi desa.
6. Gudang sembako berfungsi sebagai pusat distribusi, memungkinkan koperasi membeli dalam jumlah besar dan menstabilkan harga pasar lokal.
7. Apotek desa menjual obat generik dengan margin 10–20%, memperluas fungsi koperasi dari sisi sosial dan kesehatan.
8. Analisis SWOT menunjukkan kekuatan koperasi berada pada distribusi lokal yang efisien dan keanggotaan yang loyal.
9. Peluang sinergi dengan pihak eksternal seperti BUMDes dan petani lokal membuka jalan penguatan ekonomi kolaboratif.
10. Strategi pembayaran pinjaman dirancang setelah koperasi mencapai titik impas (BEP), mencerminkan pengelolaan keuangan yang hati-hati dan realistis.