Keuangan

Pasar Tanah Abang Sepi, Benarkah Kalah Bersaing dengan Pedagang Online?

Para pedagang di pasar Tanah Abang mengalami penurunan omzet rata-rata lebih dari 50 persen.

By Sokoguru  | Sokoguru.Id
20 September 2023
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki di Pasar Tanah Abang.  Dok. KemenKopUKM

Penjualan pedagang Pasar Tanah Abang mengalami penurunan secara drastis dalam satu tahun terakhir. Disebut-sebut hal itu disebabkan oleh persaingan dengan pedagang online di media sosial. Benarkah demikian?


Salah satunya pedagang yang mengalami penurunan penjualan adalah Juliarti, seorang pemilik usaha toko baju wanita di Tanah Abang. Ia mengaku, pendapatannya menurun hingga 50 persen sejak musim Lebaran 2023 hingga saat ini. Bahkan telah mencoba berjualan online namun tetap saja sepi pembeli.


“Jualan online dan offline sama-sama sepi, bahkan menurun secara drastis. Pendapatan terus berkurang, tetapi harga sewa terus naik. Saya pun pernah ambil bahan baku sampai utang,” kata Juliarti mencurahkan keluh kesahnya.


Juliarti mengaku sudah berjualan di Tanah Abang selama 10 tahun lebih, Namun ia merasakan dampaknya lebih terasa saat ini.


“Sebenarnya saya setuju saja tetap ada e-commerce. Tetapi memang harus adil, dan harganya sesuai dengan yang ada di pasar,” katanya.


Sepinya Pasar Tanah Abang ini ikut direspon Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki. Ia mengatakan era digital memang tidak terhindarkan sehingga para pedagang dan pelaku UMKM di dalamnya harus go digital dan terus berinovasi. Namun isunya bukan pedagang offline kalah dengan pedagang online.


 “Jadi isunya bagaimana UMKM yang sudah go online harus memiliki daya saing dan mendorong produk lokal untuk tumbuh dan berkembang,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam kunjungan kerjanya ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (19/09).


Dalam Pantauan Menteri Teten, para pedagang di pasar Tanah Abang mengalami penurunan omzet rata-rata lebih dari 50 persen. Meskipun mereka juga sudah melakukan transformasi dalam berjualan dengan memasarkan produknya secara online tetapi tetap saja sulit bagi sebagian besar mereka untuk bisa meningkatkan kembali omzet usahanya.


“Kami sudah melakukan diskusi pasar, mereka mengalami penurunan penjualan. Meskipun pada waktu tertentu ada peningkatan tetapi bisa dipastikan ini dampaknya bisa permanen,” katanya.


Ancaman Produk Impor


Menurut Menteri Teten, digitalisasi mendatangkan dampak yang besar, baik negatif maupun positif. Sehingga digitalisasi tersebut perlu ditopang dengan regulasi yang baik. Jika tidak ditopang, maka digitalisasi akan menjadi ancaman bagi pelaku ekonomi domestik. 


Menteri Teten mengamati, sampai saat ini pedagang UMKM yang berjualan secara online sebagian besar merupakan seller produk impor atau mereka tidak memiliki produk sendiri. Ia melihat sebanyak 56 persen pasar e-commerce dikuasai e-commerce asing.


Sehingga menurutnya, penting untuk memproteksi atau melindungi ekonomi domestik agar pasar digital Indonesia yang potensinya sangat besar tidak dikuasai oleh asing. Salah satu langkah yang mendesak saat ini yakni merealisasikan kebijakan transformasi digital dari sisi investasi, perdagangan, maupun persaingan usaha.


Teten menegaskan pentingnya perlindungan terhadap ekonomi domestik termasuk bagi para pelaku UMKM. Salah satunya melalui keberpihakan regulasi di bidang transformasi digital termasuk kebijakan investasi, kebijakan perdagangan, dan kebijakan persaingan usaha.[]