BANK Indonesia menyelenggarakan Executives' Meeting of East Asia Pacific Central Banks (EMEAP) ke-66 (66th EMEAP Deputies' and Related Meetings) pada 29 – 30 April 2024 di Bali.
Pertemuan para Deputi Gubernur Bank Sentral yang tergabung dalam EMEAP itu mendiskusikan dinamika pertumbuhan ekonomi di kawasan serta merespons kebijakan yang tepat bagi tantangan global.
Demikian disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung dalam siaran pers yang dilansir bi.go.id, Selasa (30/4).
Baca juga: Indonesia Dukung Aksi Iklim dan Reformasi Kebijakan Ekonomi Hijau Berkelanjutan
“Bahasan yang mengemuka pada forum tersebut adalah pentingnya inovasi pembiayaan untuk mendukung proses transisi menuju ekonomi hijau, termasuk melalui blended finance, dan mendorong inovasi keuangan khususnya digitalisasi sistem pembayaran dalam upaya meningkatkan inklusivitas,” ujarnya yang memimpin pertemuan forum tersebut.
Hasil permbahasan dari rangkaian pertemuan itu, lanjut Juda, akan disampaikan kepada Gubernur Bank Sentral EMEAP dalam pertemuan 29th EMEAP Governors' Meeting pada 14-16 Juli 2024 untuk menjadi masukan program dan kerja sama EMEAP ke depan.
Lebih lanjut, Juda menjelaskan EMEAP merupakan forum kerja sama yang beranggotakan sebelas bank sentral yaitu Reserve Bank of Australia, People's Bank of China, Hong Kong Monetary Authority, Bank Indonesia, Bank of Japan, Bank of Korea, Bank Negara Malaysia, Reserve Bank of New Zealand, Bangko Sentral ng Pilipinas, Monetary Authority of Singapore, dan Bank of Thailand.
Baca juga: Standar Industri Hijau Tulang Punggung Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
EMEAP bertujuan menyediakan wadah diskusi dan pertukaran informasi terkait perkembangan ekonomi dan keuangan di kawasan Asia-Pasifik.
Pada pertemuan tersebut, Juda menyampaikan, perekonomian Indonesia tetap kuat di tengah ketidakpastian global. “Respons kebijakan moneter yang pro-stability serta kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” jelasnya.
Bank Indonesia, sambung Juda, secara aktif berupaya meningkatkan inklusi keuangan melalui berbagai inovasi sistem pembayaran di antaranya BI-Fast dan QRIS, serta penyusunan kerangka regulasi dan infrastruktur, serta perluasan kerja sama dan kolaborasi, seperti cross-border payments maupun konektivitas regional.
Menurut Juda, pertemuan mencatat kemajuan dalam inisiatif pada forum EMEAP di bidang pasar keuangan, sistem pembayaran dan infrastruktur, pengawasan sektor keuangan, serta teknologi informasi yang relevan dengan bidang tugas otoritas bank sentral.
“Para Deputi Gubernur juga mendiskusikan program Komite Stabilitas Moneter dan Keuangan (Monetary and Financial Stability Committee - MFSC), kerangka manajemen krisis di kawasan, serta kegiatan riset yang mengangkat isu terkini ekonomi dan keuangan,” imbuhnya. (SG-1)