PANDEMI Covid-19 yang melanda dunia juga turut memporakporandakan perekonomian. Setiap pelaku usaha dipaksa untuk memutar otak agar usahanya dapat bertahan.
Itulah yang dialami Dian Agus Yulianto, warga Desa Kedungsatrian Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. Pandemi covid-19 telah menjadikan pedagang pentol keliling ini pengekspor hasil kerajinan anyaman bambu.
Kala itu, pedagang pentol keliling di sekolah-sekolah itu terpaksa stop berjualan, karena sekolah diliburkan, dan para siswa harus belajar secara daring.
"Karena mikir ekonomi keluarga biar mutar, dan dapur mengebul, akhirnya saya mencoba beralih usaha ke anyaman bambu pada 2020," tutur Agus, seperti dilansir dinkop-umkm.jatengprov.go.id, Senin (22/1).
Ia mengaku memulai usahanya dari modal Rp10.000.000. Itu pun dari hasil pinjam sana sini. Usaha anyaman bambunya ternyata membuahkan hasil. “Semula beromset Rp2.000.000 per bulan. Kini mampu menembus angka Rp 30.000.000/bulan,” tambahnya.
Usaha Agus boleh dibilang sukses, dalam waktu tiga tahun ia sudah bisa merambah pasar luar negeri. Produk hasil kreasi bambu Agus pun sudah sampai negara Malaysia. Sedangkan untuk pasar domestik, produk anyaman bambu agur tersebar di Jawa, Sumatra, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kalimantan.
Agus tidak hanya lihai dalam mengolah kerajinan bambu, tetapi juga mampu menjadi penggerak ekonomi untuk warga sekitarnya. Ia mengaku memiliki tidak kurang dari 35 o pengrajin yang bergabung.
Namun, Agus tidak berpuas diri. Ia terus belajar dan ingin mengembangkan usahanya lebih luas lagi. Untuk itu, Agus mengikuti Bimbingan Teknis Diversifikasi Produksi Usaha UMKM pada 22 - 24 Januari 2024 di Kabupaten Blora.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh bidang Bina Usaha dan Pemasaran Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.
“Saya berharap bisa lebih mengembangkan usaha dan melibatkan lebih banyak orang untuk bergabung,” ujar Agus. (SG-1)